, ,

Sedihnya…Bayi Harimau Medan Zoo Ini Hanya Berusia 9 Hari

Kabar duka datang dari Medan Zoo. Bayi harimau Sumatera yang lahir Kamis (18/2/16), tak bertahan lama. Jumat dini hari (26/2/16) sekitar pukul 05.00, kala petugas memberi makan harimau, si bayi sudah tak bernyawa. Pada 2012, si Manis, juga melahirkan dua bayi. Keduanya mati.

Sucitrawan, dokter hewan Medan Zoo, kepada Mongabay, mengatakan, penyebab kematian bayi sembilan hari ini, karena usia kelahiran belum sempurna atau prematur. Kehamilan tak cukup bulan, lebih cepat dua bulan, dari seharusnya, yaitu 115 hari. Bayi ini, lahir sekitar 65-75 hari. “Saat mati, berat badan ditimbang, hanya enam ons. Berat normal 1,1 kilogram,” katanya.

Penyebab lain kematian bayi ini, katanya karena dehidrasi (kurang cairan). Selama sembilan hari, bayi kurang menyusui. Air susu induk kurang karena usia 18 tahun.

Induk mengurus anak tak seperti kelahiran sebelumnya. Saat ditanya mengapa tak perawatan khusus, kata Suci, jika bayi diambil sang induk marah. Jadi, dokter hanya memantau dan pemberian vitamin.

“Kami serba salah, jika diambil induknya gak mau mengurus. Air susu kurang, dehidrasi, dan prematur dugaan kematian bayi ini.”

Kini, bayi diotopsi guna pemeriksaan mennyeluruh. Ini untuk mengetahui ada penyakit atau tidak yang menyebabkan kematian bayi. Hasilnya, kematian murni dehidrasi, ditambah prematur. Seluruh outopsi dihadiri petugas Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara.

Rencananya, tubuh bayi harimau diawetkan, sebagai upaya lain penelitian dan pendidikan harimau.

Soal berat bayi, keterangan Suci berbeda dari sebelumnya. Berita Mongabay sebelumnya, dua hari pasca kelahiran, Suci mengatakan, bayi lahir normal dan cukup sehat, berat badan 2,5 kilogram panjang 31 centimeter. Usia kelahiran 315 hari, dan tak prematur seperti penjelasan terbaru.

Yoan Dinata, Ketua Forum Harimau Kita, mengatakan, kematian bayi harimau ini cukup memprihatinkan. Seharusnya, Medan Zoo, mempunyai standar prosedur jelas mengatasi bayi lahir prematur. Terlihat pengelola tak siap dalam penanganan khusus.

Perawatan bayi harimau, katanya, bukan hanya minum dan vitamin, tetapi harus dipantau 24 jam dan penanganan khusus. Dia menduga, prosedur perawatan tak benar hingga bayi mati.

Untuk itu, perlu evaluasi, dan penyidikan mendalam penyebab kematian bayi harimau ini. “Harus oleh eksternal pengelola. BBKSDA mengawasi lembaga konservasi.”

Nata mengatakan, perawatan satwa hampir semua kebun binatang di Indonesia, sangat rendah. Seharusnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, katanya, bisa mendorong peningkatan perawatan.

Ini anak harimau yang mati di usia 9 hari di kandang sempit Medan Zoo. Foto: diambil usia baru dua hari. Foto: Ayat S Karokaro
Ini anak harimau yang mati di usia 9 hari di kandang sempit Medan Zoo. Foto: diambil usia baru dua hari. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,