,

Kala Plastik Mulai Berbayar, Apa Kata Konsumen?

Sudah sepekan lebih, kebijakan kantong plastik berbayar di ritel-ritel modern berlaku pada 20-an kota dan kabupaten di Indonesia. Apa kata konsumen?

Pengunjung tampak hilir mudik di sebuah peritel modern di Jakarta Barat. Sekitar 30 menit, setidaknya empat pengunjung ke kasir untuk membayar.  Jakarta, salah satu dari 23 kabupaten dan kota yang memberlakukan kantong plastik berbayar mulai 21 Februari lalu.

Budi Kosasih, seorang konsumen membeli satu galon minuman mineral enam liter dan spon cuci piring. Dia tak membawa kantong atau tas. Saat ditawari plastik, Budi menolak, memilih langsung membawa barang-barang itu. ”Memang jarang bawa kantong plastik,” katanya.

Dalam keseharian, dia membawa barang belanjaan pakai tas kuliah. Walaupun, katanya, kemungkinan beli plastik kala barang memerlukan kantong.

Budi mengkritisi kebijakan kantong plastik berbayar karena terkesan tiba-tiba. Meskipun dia sadar, kebijakan ini untuk mengurangi limbah plastik. ”Sosialisasi tak jelas, Rp200 itu untuk apa? Kemana dana mengalir dan lain-lain. Kurang ada sosialisasi.”

Sebenarnya, Budi tak keberatan karena menyadari pengurangan sampah plastik penting. Dia juga meminta, harga tak hanya Rp200, mesti lebih mahal. “Lebih mahal ga apa-apa, tapi dana jelas kemana. Rp200 mah ga ngaruh,” katanya.

Berbeda dengan Maruti Asmaul Husna. Dari rumah membawa kantong dari kain untuk berbelanja. ”Aku baru pake kantong kain ini emang karena kebijakan ini (plastik bayar). Sebelumnya beberapa kali. Meski masih jarang.”

Kebijakan ini, katanya, membuat perubahan pola berpikir dalam menggunakan kantong plastik. Tak hanya saat belanja ke ritel modern, juga tempat lain.

Namun, dia menduga, kebijakan ini belum terlalu berdampak. Sebab, dia masih banyak melihat orang berbelanja menggunakan kantong plastik.

Sebaiknya, kata Maruti, peritel memberikan pilihan dengan mengganti kantong plastik, misal, pakai kardus untuk pembelian banyak hingga lebih ramah lingkungan.

Sama dengan Budi, dia setuju kalau harga kantong plastik tinggi hingga kebijakan berdampak signifikan terhadap pengurangan kantong plastik.”Minimal Rp5.000.”

Dia juga menekankan, sosialisasi soal kejelasan kepada publik ke mana dana mengalir. ”Harusnya (dana) kembali ke masyarakat. Misal, kantong plastik berkurang, uang alokasi penghijauan bertambah,” katanya.

Sebastiana Widya Prasetyaningrum, karyawan swasta tinggal di Bekasi, senang dengan kebijakan ini. Kala itu, dia sedang membeli perabot rumah tangga di mal Bekasi.

”Kantong plastik berbayar sangat tepat,” katanya. Dalam keseharian, dia selalu membawa kantong kain lipat hingga mudah dibawa kemana-mana.

Dia suka kantong lipat yang unik jadi enggan bawa plastik. Dengan ‘kantong ajaib’ ini tak berpengaruh, kantong plastik bayar atau tidak.

Namun, bagi Widya, harga plastik Rp200 terlalu rendah. ”Biar jera dan terbiasa bawa kantong misal, Rp1.000. Masa’ mahalan bayar parkir daripada beli plastik,” seraya menekankan, perlu kejelasan aliran dana plastik.

Beberapa konsumen mengatakan, harga kantong plastik berbayar Rp200 terlalu murah. Seharusnya, harga tinggi hingga orang berpikir dan lebih memilih membawa wadah atau tas dari rumah. Selain itu, dana plastik juga harus jelas. Foto: Febriana Arum
Beberapa konsumen mengatakan, harga kantong plastik berbayar Rp200 terlalu murah. Seharusnya, harga tinggi hingga orang berpikir dan lebih memilih membawa wadah atau tas dari rumah. Selain itu, dana plastik juga harus jelas. Foto: Febriana Arum
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,