,

Amerika Serikat Apresiasi Pengelolaan Kawasan Berbasis Lansekap

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Orris Blake mengapresiasi upaya pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan kawasan produksi berbasis lansekap. Model pengelolaan ini sudah diterapkan di lansekap Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat sejak 2015.

Dari hasil kunjungan kerjanya ke Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 17 Februari 2016, Blake menyampaikan dukungannya kepada Pemerintah Kubu Raya, private sector, masyarakat, dan NGO yang terlibat dalam skema pembangunan berbasis lansekap.

Lansekap Kubu memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Namun di sisi lain, wilayah ini sekaligus menjadi kawasan hutan produksi yang penting. Sejumlah hal menarik adalah kondisi hutan mangrove yang komposisinya paling lengkap se-Asia. Hutan mangrove di lansekap Kubu terdiri dari 40 jenis tumbuhan mangrove. Salah satu jenis di antaranya endemik Kalimantan, yakni Kandelia candel.

Selain flora, lansekap Kubu juga dikenal sebagai habitat bekantan (Nasalis larvatus). Berdasarkan hasil survei WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, satwa endemik Borneo ini ditemukan di 50 titik perjumpaan.

Kemudian, satu lagi satwa dilindungi adalah pesut (Orcaella brevirostris) yang selama ini diketahui hanya ada di Kalimantan Timur. Ternyata, pesut ada di Batu Ampar dan kini masuk dalam golongan local concern species.

Pada kesempatan kunjungannya ke lansekap Kubu, Blake menyambangi PT. Kandelia Alam, salah satu perusahaan yang mengantongi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) seluas 18.130 hektar melalui SK No 249/Menhut-II/2007.

Perusahaan ini telah berhasil mengantongi sertifikat Forest Stewardship Council (FSC) pada Mei 2015. Sertifikasi FSC menjamin sistem pengelolaan hutan yang bertanggung jawab dengan memerhatikan tiga aspek utama, yakni ekologi, produksi, dan sosial. Skema ini sekaligus memastikan semua produk kayu di pasar dunia memiliki kepastian asal-usul, dan status legalitasnya bisa dipertanggungjawabkan.

Dubes AS melihat secara langsung di lapangan sejauh mana skema FSC diimplementasikan oleh perusahaan. “Kami apresiasi pengelolaan kawasan berbasis lansekap. Kunjungan ini sekaligus menjadi ajang pembelajaran bagaimana skema FSC diimplementasikan,” kata Blake.

Direktur Utama PT. Kandelia Alam, Fairus Mulia turut mengapresiasi kunjungan Dubes Amerika Serikat, Robert Orris Blake ke perusahaan yang dipimpinnya. “Sebuah kehormatan bagi kami dapat kunjungan tamu negara. Ini tidak lepas dari upaya Kandelia Alam melakukan aksi konservasi dan pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan di lansekap Kubu,” katanya.

Menurut Fairus, komitmen lain terhadap pengelolaan hutan mangrove adalah jasa lingkungan. Sejauh ini, sudah ada dua target besar yang dibidik. Yakni, menggagas kawasan ekowisata dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (non timber forest product).

Impian itu mulai dibangun dari sekarang dengan pertimbangan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Pengunjung dapat berwisata alam sambil menyaksikan bekantan dan pesut bermain di kawasan hutan mangrove, sambil menikmati hidangan kepiting, lobster, dan madu dari lebah hutan mangrove.

Hutan di Kalimantan Barat. Foto: Rhett Butler

Mengikat komitmen untuk lansekap Kubu

Manajer Program Kalbar WWF-Indonesia, Albertus Tjiu mengatakan, kekayaan sumber daya alam di lansekap Kubu ini membutuhkan dukungan multipihak. “Lansekap Kubu perlu perhatian kita semua, termasuk pihak korporasi. Kita harus bersama-sama membangun komitmen untuk melindunginya.” katanya.

Menurut Albert, hamparan konsesi yang ada di lansekap Kubu tidak hanya milik Kandelia Alam semata. Masih ada pemegang konsesi lain yang diharapkan juga menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Target capaian yang telah diraih Kandelia Alam ini sejatinya bisa menjadi model pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Perlindungan kawasan perlu juga dukungan perusahaan lain. Melalui program The Sustanaible Trade Initiative atau biasa disebut IDH ini, bisa menjadi contoh yang baik lantaran NGO, masyarakat, dengan private sector skala lansekap bisa berkolaborasi.

Sementara Kepala Bappeda Kubu Raya, Nurmarini mengatakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Kubu Raya akan memfasilitasi serta memberikan dukungan terhadap upaya kerja sama peningkatan produksi, restorasi, konservasi mangrove, dan lahan gambut di Kecamatan Batu Ampar dan Kubu.

“Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah sosialisasi untuk peningkatan pemahaman. Hal itu penting untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Tujuannya, agar ada manfaat yang diperoleh masyarakat dari hasil kerja sama ini,” katanya.

Pemerintah Kubu Raya berharap ada nilai tambah bagi daerah melalui kerja kolaborasi ini. “Mangrove, pesut, dan bekantan adalah kebanggaan yang tak ternilai harganya. Sudah tentu pemerintah akan tetap memberikan perhatian pada upaya-upaya pengembangan potensi yang kita miliki secara lestari,” kata Nurmarini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,