, ,

Inilah Penyelamatan Penyu Hijau di Tengah Bentang Laut Sulu Sulawesi

Berstatus sebagai negara pemilik keanekaragaman hayati laut terbanyak di dunia, tak membuat Indonesia bisa bernafas lega. Justru, status tersebut memberi beban kepada Indonesia untuk bisa menjaganya dari kepunahan yang saat ini terus mengintai seluruh biota laut di negeri maritim ini.

Salah satu  spesies laut yang sedang menjadi sorotan dunia, adalah penyu. Dari 7 spesies yang ada di dunia, 6 spesies di antaranya ada di Indonesia. Populasinya saat ini diketahui terus mengalami penyusutan. Salah satu faktornya, karena penyu banyak yang mati di jalur migrasinya sendiri.

Untuk menyelamatkan spesies langka tersebut, Pemerintah Indonesia melakukan pengelolaan di kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan populasi penyu, salah satunya adalah di wilayah Sulu, Sulawesi Utara (Sulut). Tercatat, ada tiga kawasan yang masuk dalam program Pengelolaan Bentang Laut Sulu-Sulawesi tersebut, yakni Kabupaten Berau-Kalimantan Timur, Kota Tarakan-Kalimantan Utara, dan Kabupaten Minahasa, Sulut.

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Darmawan, mengungkapkan, program yang dimulai pada 2016 hingga 2018 mendatang tersebut akan melibatkan tiga negara di Asia Tenggara.

“Selain Indonesia, kita bekerja sama dengan Malaysia dan Filipina. Ketiganya akan bekerja sama dalam program ‘Kelola Bentang Laut Sulu Sulawesi’ ini,” ungkap dia seusai menghadiri penandatanganan kerja sama ‘Kelola Bentang Laut Sulu Sulawesi’ di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Dalam program yang digagas Coral Triangle Initiative – on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) bersama Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) itu, KKP juga melaksanakan pengelolaan perikanan berkelanjutan di tiga kawasan yang masuk dalam program.

“Karena, penyelamatan penyu tidak akan berhasil jika tidak dibarengi dengan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Ini ada keterkaitan. Tapi, itu juga tidak akan berhasil jika tidak melibatkan negara sekitar yang menjadi jalur migrasi penyu,” cetus dia.

“Penyu yang akan menjadi fokus penyelamatan dalam program ini, adalah penyu hijau. Makanya, kita pilih Berau, karena di sana dalah tempat bertelur penyu hijau tertinggi di Asia Tenggara,” tambah dia.

Berkaitan dengan keterlibatan Malaysia dan Filipina, kata Agus, karena kedua negara tersebut masuk dalam jalur migrasi penyu hijau di dunia. Oleh itu, penting untuk melibatkan kedua negara tersebut dalam penyelamatan penyu hijau, umumnya penyu di Indonesia dan dunia.

penyu sisik hidup diantara terumbu karang. Foto : Arkive.org
penyu sisik hidup diantara terumbu karang. Foto : Arkive.org

Untuk diketahui, 6 (enam) spesies penyu yang ada di Indonesia adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu pipih (Natator depressus).

Perikanan Berkelanjutan

Tentang pengelolaan perikanan berkelanjutan, Agus menjelaskan bahwa itu berkaitan erat dengan program penyelamatan penyu hijau yang dilaksanakan bersama CTI-CFF dan GIZ. Penyu hijau, sebut dia, biasanya akan menggunakan jalur migrasi yang sudah ditentukan sendiri. Namun, jalur tersebut biasanya akan dilalui oleh nelayan yang sedang menangkap ikan.

“Penyu itu banyak yang mati karena terjerat tidak sengaja dalam jaring yang menjadi alat tangkap nelayan di laut. Nah, nelayan biasanya masuk ke jalur migrasi tanpa sengaja. Jadi, ini harus dibenahi agar nelayan bisa tetap menangkap ikan dan penyu tetap hidup dengan aman,” papar dia.

Project Director GIZ Franca Sprong, dalam kesempatan yang sama juga mengakui, salah satu fokus yang dilakukan pihaknya dalam program tersebut adalah melaksanakan konservasi perikanan dan kelautan. Karenanya, lembaga milik Pemerintah Jerman itu mengucurkan dana hingga 7 juta euro untuk mendukung program tersebut.

Penyu hijau di perairan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Foto: Hendar
Penyu hijau di perairan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Foto: Hendar

Sementara Direktur Eksekutif CTI-CFF Widi A Pratikno mengatakan, program kegiatan yang dijalankan dalam Bentang Laut Sulu Sulawesi akan berfokus pada hasil akhir yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar, di lokasi implementasi program.

“Baik itu peningkatan kesejahteraan hidup maupun kualitas konservasi lingkungan laut dan pesisir,” ucap dia.

Sekilas Bentang Laut Sulu Sulawesi

Bentang Laut Sulu Sulawesi adalah puncak segitiga karang yang mencakup wilayah lautan luas yang terbentang hampir sejuta hektar dan melintasi tiga negara: Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sepanjang wilayah tersebut dihuni sekitar 35 juta penduduk dan kawasan tersebut menjadi pusat keanekaragaman hayati laut.

Sebagai pusat kenakeragaman hayati laut, Sulu Sulawesi kayak akan kehidupan terumbu karang dan ikan laut, beragam ukuran karang dan kerang, beragam bentuk alga, dan hutan mangrove.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,