,

Mesia Telinga-perak si Burung Pancawarna

Sosoknya mungil dengan corak tubuh warna-warni. Burung ini tersebar dalam region yang luas, dari Himalaya di barat, Tiongkok bagian selatan, Semenanjung Malaysia hingga Sumatera. Habitatnya berada di semak-semak di hutan pegunungan. Inilah mesia telinga-perak (Leiothrix argentauris). Burung ini kerap bergabung dengan kelompok burung lain dalam mencari makan dan berpindah tempat.

Berdasarkan sebuah penelitian Mesia telinga-perak memangsa serangga dan larva serta buah-buahan. Burung ini umumnya mencari makan lebih dekat ke tanah hingga lima meter dari atas tanah.

“Jenis mesia telinga-perak yang di Sumatera memiliki perbedaan fisik dengan yang ada di daratan Asia,” tutur Jihad, Bird Conservation Officer Burung Indonesia. Di daratan Asia, mesia telinga perak memiliki corak hijau zaitun pada bagian tubuh, hitam pada kepala dan perak pada pipi, serta kuning kehijauan berpadu jingga pada bagian leher, dahi serta tunggir serta merah pada pangkal sayap. Sementara jenis yang sama di Sumatera memiliki leher, sayap, dahi serta tunggir merah.

Karena perbedaan tersebut, mesia telinga-perak di Sumatera dimasukkan dalam anak jenis tersendiri. Anak jenis yang ada di Sumatera bagian barat laut termasuk Aceh yaitu L. argentauris rookmakeri, sementara anak jenis di Sumatera bagian barat yaitu L. argentauris laurinae.

Meskipun saat ini belum dikategorikan sebagai spesies terancam punah, keberadaan mesia telinga-perak di Sumatera menjadi salah satu target perburuan dan perdagangan. Warna-warni tubuhnya yang menarik serta suaranya yang nyaring, membuat burung yang juga dikenal dengan nama pancawarna ini, menarik minat para penghobi burung.

“Mesia telinga perak kerap diperjualbelikan bersama kerabatnya pekin robin (Leiothrix lutea) dalam jumlah besar,” ujar Jihad.

Berdasar hasil studi organisasi advokasi perdagangan satwa liar pada 2015, burung ini termasuk dalam daftar 42 jenis burung yang paling banyak diperdagangkan di tiga pasar burung terbesar di Jawa. Di Indonesia, anak jenis rookmakeri kerap terlihat diperdagangkan di pasar.

Hal ini patut menjadi perhatian, karena meskipun secara umum mesia telinga-perak berstatus risiko rendah menurut badan konservasi dunia IUCN, kedua anak jenis di Sumatera berpeluang dipisah menjadi jenis tersendiri dan populasinya cukup jarang. Artinya, jika terus menerus ditangkap bukan tidak mungkin pancawarna di Sumatera makin menyusut populasinya dan menghilang secara perlahan.

Dalam artikel kerjasama antara Mongabay-Indonesia dan Burung Indonesia bulan Maret 2016 ini, Anda bisa mengunduh kalender digital untuk gadget atau komputer anda. Silakan klik tautan ini dan simpan dalam perangkat anda.

Burung Indonesia Maret-16

Artikel yang diterbitkan oleh
,