, , ,

Air Krisis Kala Hutan Merauke Terus Menipis

Sumber air bersih di Merauke, Papua, makin mengkhawatirkan. Sumber air dari sungai maupun rawa makin susut dengan alih fungsi hutan di hulu menjadi kebun sawit maupun tebu. Belum lagi sampah plastik maupun limbah lain, seperti minyak tumpah.

Yosehi Mekiuw, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Musamus (Unimer) Merauke khawatir dengan kondisi ini. Dia mengambil satu contoh kehidupan Suku Yeinan di Kampung Bupul, Kabupaten Merauke, yang makin terhimpit. Mata pencarian mereka meramu dan berburu tetapi hutan terus ditebang. Tak hanya kesulitan pencarian, sumber air bersih pun terancam. Kampung ini persis berbatasan dengan Papua New Guinea.

Pasokan air, suku ini bertopang pada Kali Maro. Dulu, katanya, kondisi hulu daerah aliran sungai (DAS) Kali Maro, sangat bagus, sekarang mulai hilang dengan penebangan hutan oleh beberapa perusahaan sawit. Dulu, ikan mudah didapatkan di Kali maro, kini sulit. “Setop tebang hutan karena akar pohon berfungsi menahan air dan menyimpam air, jangan merusak lingkungan,” kata Mekiuw.

Kali Maro, Kumbe, Bian dan Kali Buraka melintasi Merauke. Namun, kali penyuplai air bersih ini mulai menyusut kala hutan makin menipis. “Ada yang salah dalam sistem hidrologi di Merauke,” katanya.

Hasil alam sarang semut Kampung Tanas Distrik Elikobel, Merauke. diolah menjadi obat herbal. Kampung ini terletak di hulu Kali Maro. Foto: Agapitus Batbual
Hasil alam sarang semut Kampung Tanas Distrik Elikobel, Merauke. diolah menjadi obat herbal. Kampung ini terletak di hulu Kali Maro. Foto: Agapitus Batbual

Bila musim hujan, Merauke kelimpahan air. Sebaliknya, bila kemarau, Merauke kering, kesulitan air bersih. Pengolahan lahan, sumur resapan dan tata air, tidak ada.

“Sekarang, mulai masa hujan, hati-hati penduduk Merauke. Limpasan air pasti berdampak negatif,” katanya.

Tak jauh beda dikatakan Marthinus Marco Wattimena, Sekretaris DAS Bian, Kumbe, dan Maro. Dia mengatakan, berbicara air erat kaitan dengan hutan, aktivitas manusia, kebutuhan kayu dan lain-lain. Daerah hulu air tanah ditahan berbagai akar pohon. Sisanya, pasti berpindah ke tempat lebih rendah. “Artinya air tanah bisa terserap mengikuti alur alami. Maka saat hutan dibuka apalagi areal sangat besar, terjadi erosi dan air akan terbawa ke sungai dan rawa,” katanya.

Maka tak heran, saat hulu pohon ditebang otomatis hilir terjadi pendangkalan. Saat hutan hulu dibuka, air tertampung di berbagai danau tetapi segera hilang dalam sekejap. “Katakanlah jika hulu dibuka untuk pembangunan, hilir juga pasti terkena dampak.”

Dia mengingatkan agar kawasan hulu jangan diganggu supaya ada sumber air. “Daerah tangkapan air ini jarus dijaga, hingga menjadi sumber air di Merauke.”

Wattimena mengatakan, kehadiran kebun sawit dan tebu menjadi salah satu penyebab pencemaran air tanah seperti dari pupuk. “Juga limbah plastik, sampah rumah tangga, minyak. Sudah dipastikan, perubahan iklim mikro banyak di area itu.”

Anak-anak ini tampak ceria di perumahan mereka pada lokasi abrasi Kali Bian, Foto: Agapitus Batbual
Anak-anak ini tampak ceria di perumahan mereka pada lokasi abrasi Kali Bian, Foto: Agapitus Batbual
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,