,

Leonardo DiCaprio Disambut Lilik dan Nonik Saat Sambangi CRU Serbajadi Aceh Timur

Aktor Hollywood yang juga aktivis lingkungan Leonardo DiCaprio, pada 26-27 Maret 2016 berkunjung ke Sumatera. Daerah pertama yang disambangi setelah beberapa jam mendarat di Indonesia adalah Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. CRU ini terletak di hutan lindung yang masuk Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

Bersama dua aktor Hollywod lain, Adrien Brody dan Fisher Stevens, DiCaprio disambut hangat oleh Lilik dan Nonik begitu tiba di CRU. Siapakah mereka?

Lilik merupakan gajah sumatera jantan, sementara Nonik gajah sumatera betina yang ditempatkan di CRU Serbajadi untuk membantu mengatasi konflik satwa liar khususnya gajah dengan manusia di Aceh Timur. Selain Lilik dan Nonik, di CRU itu juga ditempatkan sepasang gajah sumatera, Bunta dan Lia.

Manager Konservasi Forum Konservasi Leuser (FKL), Rudi Putra, Rabu (30/03/2016), kepada Mongabay Indonesia menuturkan, ke Indonesia, DiCaprio ingin melihat langsung KEL dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

“Tempat pertama yang dikunjungi adalah CRU Serbajadi pada 26 Maret 2016 untuk melihat llebih dekat gajah sumatera,” sebut Rudi yang turut memfasilitasi DiCaprio selama mengunjungi Aceh.

Rudi menyebutkan, sebagian besar satwa dilindungi hidup di KEL yang merupakan penyangga TNGL. Bagaimanapun, KEL harus diselamatkan dan tidak boleh bertambah kerusakannya. “DiCaprio antusias melihat gajah sumatera yang ditempatkan di CRU, bahkan banyak minta penjelasan peran CRU dalam menangani konflik satwa dengan manusia.”

Setelah berkunjung ke CRU, sambung Rudi, DiCaprio melanjutkan lawatannya ke Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, Sumatera Utara, lalu pada 27 Maret 2016, berkunjung ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). “Dia banyak menghabiskan waktu di Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, dan bangga melihat keindahan hutan Leuser yang alami.”

DiCaprio juga melihat kerusakan kawasan hutan akibat pembukaan lahan untuk perkebunan, baik di KEL maupun di TNGL. “Melihat kondisi itu, dia mengajak semua pihak untuk menjaga dua kawasan hutan alami tersebut agar tidak bertambah parah kerusakannya.”

Rudi menjelaskan, sebelum mendatangi CRU Serbajadi, Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, dan Taman Nasional Gunung Leuser, dirinya telah meminta izin kepada semua pihak terkait. “Ke CRU, kami meminta izin ke Dinas Kehutanan Aceh Timur, dan ke TNGL kami minta izin ke Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL),” ujarnya.

Leonardo DiCaprio saat mengunjungi Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, Sumatera Utara. Foto: Instagram Leonardo DiCaprio
Leonardo DiCaprio saat mengunjungi Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, Sumatera Utara. Foto: Instagram Leonardo DiCaprio

Chairperson Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA), Farwiza Farhan mengatakan, kedatangan Leonardo Dicaprio ke KEL dan TNGL merupakan hal yang sangat baik untuk melindungi hutan alami tersebut dari kerusakan. “DiCaprio mengatakan, yang dapat menyelamatkan KEL dan TNGL bukanlah dirinya yang hanya seorang aktor, tapi pemerintah kita dan semua pihak.”

Farwiza menyebutkan, bagaimanapun caranya, KEL harus diselamatkan. Semua pihak mendukung hal tersebut. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menghapus KEL dalam Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh.

“Dihapusnya KEL dalam RTRW Aceh, hutan di kawasan tersebut berpotensi menjadi perkebunan kelapa sawit. Padahal, KEL penyangga utama TNGL. Karenanya, saya bersama beberapa masyarakat Aceh menggugat Qanun tersebut.”

DiCaprio juga memberikan pesan untuk penyelamatan KEL dan TNGL. Menurutnya, KEL merupakan bentang alam terbaik di dunia. Di sini ada gajah sumatera yang sayangnya terancam punah. Ekspansi perkebunan kelapa sawit membuat hidup gajah menderita, sulit mendapatkan sumber makanannya, terlebih habitat alaminya yang terganggu. Tak hanya gajah, di kawasan ini juga ada orangutan, badak, dan harimau.

“DiCaprio sangat mendukung upaya nyata semua pihak, juga lembaga lokal, demi terjaganya keanekaragaman hayati, terlebih kehidupan fauna di areal ekosistem Leuser,” tutur Farwiza.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,