,

Reza Rahardian ‘Malak’ Demi Air di Desa Napu

Jangan heran jika bertemu aktor Reza Rahardian ke sana ke mari meminta sumbangan. Ya, seniman peran ini mulai pekan lalu didapuk menjadi juru bicara dan kampanye Badan Dunia untuk Program Pembangunan (UNDP) Indonesia, lebih tepatnya SDGs Mover UNDP Indonesia.

Reza terlibat dalam UNDP Indonesia untuk mengadakan penggalangan dana pembangunan pompa air bertenaga surya di Sumba Timur. Bekerja sama dengan Koordinasi Pengkajian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, KOPPESDA, proyek ini akan memberikan akses air bersih kepada penduduk yang bermukim di Desa Napu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

Reza mengatakan, dia mengajak semua pihak terlibat dalam proyek yang akan menghabiskan dana lebih dari Rp350 juta ini. Beberapa hari lalu, dia pun mengajak teman, kolega, dan relasinya untuk berdonasi.

“Teman-teman saya mungkin sampai sebel, saya palak. Pokoknya saya tagih terus sampai dia transfer,” ujarnya saat dialog di Panggung Lobby Jakarta Convention Center pada  Indonesia Climate Change Education Forum & Expo 2016, Sabtu, 16 April 2016.

Reza tergerak ikut terlibat dalam aksi ini karena ingin melakukan sesuatu, membantu sesama di luar pekerjaannya sebagai aktor. “Selama ini saya fokus untu seni karya film, saya masih ada waktu untuk melakukan sesuatu untuk orang lain,” ujarnya.

Dia mengaku tak punya akun di media sosial, dia pun tak mau basa basi. “Jadi, saya pikir harus saya lakukan segera, saya ajak berdonasi lewat situs Kitabisa.com. Donasi saja tak usah bicara kebaikan,” tegas pemeran aktor pemenang Piala Citra 2013 ini.

Reza mengatakan projek kali ini berlangsung di Desa Napu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur karena desa ini sebagai desa yang paling kering. Dia mengatakan kebanyakan desa di Sumba Timur kekurangan air bersih. Untuk mencapai sumber air terdekat harus berjalan kaki berjam-jam, berkilo-kilometer.

Doddy S. Sukadri, Technical Officer-Environment Unit UNDP Indonesia mengatakan ada tiga desa sebagai pilot project dari 120 desa. Tapi Sumba Timur, khususnya Desa Napu ini yang paling kritis. “Dibandingkan desa lain, paling kritis dari tingkat ekonomi, geografinya, desanya gersang,” ujarnya.

Untuk membangun satu instlasi penyalur air bertenaga surya dibutuhkan dana sebesar Rp.350 juta. Instalasi itu akan dibangun di titik sumber air atau mata air lalu disalurkan ke Desa Napu yang berpenduduk 500 jiwa ini. Proyek ini mengundang partisipasi dari warga atau crowd funding dalam waktu dua bulan.

Titik balik

Rupanya sebelum bergabung dalam proyek ini, Reza punya pengalaman menarik tentang air di wilayah ini. “Pada 2011 itu, titik balik kesadaran saya soal air,” ujarnya.

Selama ini (sebelum 2011) Reza mengaku melakukan kebiasaan yang memboroskan air. Dia mencontohkan tetap menyalakan kran saat mandi dan gosok gigi. Hingga suatu ketika, dia terlibat pembuatan film bersama Sutradara Garin Nugroho di suatu tempat pengambilan gambar.

Saat itu listrik tak ada. Tak bisa mencuci dengan air bersih. Para penduduk setempat mengambil air dengan ember bekas wadah cat. Saat itu, Reza juga mengalami kesulitan yang sama.  Dia pun mendapat cara pandang baru. “Selama ini mereka bisa bertahan hidup tanpa banyak mengeluh, sementara saya di kota bersama banyak orang buang-buang air,” ujarnya.

Bukit gundul dan bebatuan terjal harus dilalui demi air bersih. Foto: Kitabisa.com
Bukit gundul dan bebatuan terjal harus dilalui demi air bersih. Foto: Kitabisa.com

Dari sana Reza mulai menyadari sesuatu tentang air. Saat pengambilan gambar untuk film Pendekar Tongkat Emas lalu yang berada di Sumba Timur, Reza tak mengalami kesulitan soal air karena tinggal di hotel. Tetapi dia melihat masyarakat di sana sangat sulit mengakses air bersih.

Karena itu, dengan cepat dia merespon saat diajak terlibat proyek ini. Dengan target dana yang cukup besar, kata Reza, tak usah panjang pikir dan berbuat sesuatu untuk berdonasi atau mengajak berdonasi.

Reza pun mengajak semua orang untuk makin peduli soal lingkungan, air dan bumi. Menurutnya untuk menyadarkan orang untuk itu butuh waktu panjang. “Soal kesadaran itu PR jangka panjang. Yang kecil soal buang sampah aja masih begitu. Itu mindset,” ujarnya.

Menurutnya, orang harus terus menerus diingatkan hingga suatu ketika dia menemukan saat seperti tak punya air dan sebagainya. “Ubah cara pandang itu susah, presiden aja sulit ngubah. Yang penting mulai dari diri sendiri dari yang kecil.”

Akhir bulan ini, rencananya dia akan datang langsung ke lokasi proyek untuk melihat titik lokasi dan pekerjaan. Dia pun berencana membuat film pendek atau klip untuk berkampanye, memperlihatkan kondisi di Sumba Timur dan wajah warga serta dirinya di Jakarta.

Reza ingin acara kampanye semacam ini bergulir di banyak tempat. Berkeliling kampus untuk bicarakan air.

Reza Rahardian yang berkampanye pentingnya air bersih. Foto: Asti Dian
Reza Rahardian yang berkampanye pentingnya air bersih. Foto: Asti Dian
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,