, ,

Kala Para Selebriti Ajak Bersama Peduli Bumi

Peringatan Hari Bumi, tiap 22 April. Ia jadi momen pengingat betapa beban bumi makin berat. Kerusakan lingkungan, hutan hancur, air (sungai, laut) tercemar, bikin bumi makin merana. Tentu, masih ada jalan menjaga, minimal tak menambah tekanan bagi bumi. Berbagai kalangan menyuarakan itu, tak terkecuali dari para selebriti.

Penyanyi Astrid,mengatakan, Hari Bumi sebenarnya tanda atau peringatan kalau sekarang harus mulai memperhatikan hutan dan segala macam di bumi ini. Sekarang, katanya, harus lebih mengerti dan melakukan sesuatu meskipun mulai dari hal kecil. “Misal tak membuang sampah sembarangan. Kita gerak mulai dari lingkungan sekitar dulu,” katanya saat ditemui di Kawasan Sudirman Jakarta, Jumat (22/4/16).

Dia mengatakan, mengajak orang peduli lingkungan memang tak mudah, walau buat hal kecil seperti membuang sampah. “Aku mulai ngerasain kalau kita ingin menghirup udara segar, air bersih dan lain-lain, pikirkan itu semua darimana kalau kita tak membuat sesuatu,” katanya.

Kondisi lingkungan hidup Indonesia, katanya, makin memprihatinkan. Jadi, jangan hanya menunggu pemerintah memulai sesuatu bagi lingkungan hidup.

“Kita harus memulai dari diri sendiri. Mungkin aku belum melakukan banyak hal. Ini juga baru ngerti juga ternyata sedalam dan sepenting itu menjaga lingkungan. Ke depan, aku bisa memberitahu ke orang-orang sekitar, termasuk berkampanye melalui sosial media. Ayo…kita mulai mikirin itu.”

Serupa dikatakan aktivis lingkungan sekaligus penyanyi Melanie Subono. Bumi itu makhluk bernyawa. “Perlakukanlah seperti loe mau diperlakukan. Bumi itu hidup meski gak ada manusia. Manusia kalau gak ada bumi, ya selesai,” katanya.

Kekayaan alam Indonesia, katanya, begitu melimpah tetapi pelahan rusak. “Sangat menyedihkan, seperti loe dikasih barang bagus banget tapi loe tinggalin dimana-mana, akhirnya rusak…”

Peduli bumi itu, katanya, sebelum mengajak orang lain, mesti memulai dari diri sendiri. Dia juga begitu, memulai dari komitmen tak menggunakan produk hasil merusak bumi, sampai di rumah buat biopori dan lain-lain. “Mencoba mempelajari setiap kali belanja ngeliat ini produk darimana? Itu sudah lama gue lakuin.”

Jadi, katanya, jangan cuma peduli lingkungan saat peringatan Hari Bumi. “Jadikan setiap hari sebagai Hari Bumi.”

Bagi presenter Uli Herdinansyah, Hari Bumi itu momen pengingat kembali.“Saya melihat Indonesia banyak yang rusak, seperti sungai-sungai air kotor.”

Memperbaiki lingkungan negeri ini, katanya, tanggungjawab bersama. Dia mengusulkan, lebih bagus lingkungan jadi isu utama dalam kampanye politik. “Kita belum ada. Tak seperti di luar negeri misal Amerika, dalam kampanye membicarakan pemanasan global.”

Dia juga menyoroti perilaku orang kala camping di gunung membuang sampah sembarangan. Begitupun kala membuat api unggun, seharusnya pilih dahan sudah mati.

Melanie Subono, dalam Hutan itu Indonesia. Foto: Indra Nugraha
Melanie Subono, dalam Hutan itu Indonesia. Foto: Indra Nugraha

Uli berusaha berkampanye melalui sosial media dan sebarkan ke orang-orang sekitar. “Saya merasa harus melakukan lebih banyak lagi. Alam itu sangat menyenangkan. Ada hal-hal yang susah diungkapkan dengan kata-kata saat kita dekat dengan alam.”

Hotma Roni, vokalis grup Band Float mengajak semua orang membuka mata hati serta melakukan sesuatu bagi pelestarian lingkungan hidup dan hutan.

“Permasalahan hutan tak akan selesai jika cuma melihat di berita, lalu sedih. Harus lakukan sesuatu dalam bentuk apapun . Kalau kami mengekspresikan melalui musik.”

Musisi Nugie mengatakan, di tengah kerusakan hutan dampak eksploitasi karena alasan pembangunan ekonomi, ada harapan perbaikan. Kini, akses masyarakat yang tinggal di sekitar hutan lebih terbuka. “Mereka di pinggir hutan itu lebih merawat dibanding investasi besar.”

Hutan Itu Indonesia

Malam itu, di Kawasan Jl Sudirman Jakarta, sebuah gerakan bernama “Hutan Itu Indonesia” diluncurkan. Ia gerakan terbuka dari para individu dan organisasi yang memiliki kepedulian dalam pelestarian hutan Indonesia.

Leony Aurora, penggagas gerakan ini mengatakan, kampanye ini mengandalkan kekuatan kolaborasi dengan banyak inisiatif yang dibangun melalui pesan-pesan positif. Tujuannya, menciptakan kepemilikan dan keterkaitan terhadap hutan Indonesia hingga menjadi bagian gaya hidup dan beraksi untuk menjaga.

“Tak kenal maka tak sayang. Tak kenal hutan maka tak sayang. Seringkali kita berpikir hutan hanya bermanfaat bagi orang hidup di sekitar hutan . Padahal hutan memiliki fungsi mengatur siklus air, cegah erosi dan banjir, supaya tak kekeringan, serap karbon juga. Bisa dibilang Indonesia tak bisa jadi sekarang tanpa hutan.”

Lewat gerakan ini, dia percaya pesan positif yang sampaikan kepada publik bisa menimbulkan rasa cinta terhadap hutan. Kegiatan ini antara lain, lokakarya penulisan cerita, kompetisi foto kampanye pelestarian hutan, kunjungan ke berbagai kampus di Indonesia. Juga berkolaborasi dengan berbagai organisasi dan komunitas muda lokal untuk menghasilkan karya-karya kreatif guna mempromosikan hutan Indonesia.

Leony percaya pada kekuatan kolaborasi. Gerakan ini terbuka bagi siapa saja untuk bergabung berkontribusi menjaga hutan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,