, ,

Kala Terumbu Karang Sumbar Memutih…

Terumbu karang di Perairan Sumatera Barat, mengalami pemutihan (coral bleaching). Bahkan, Perairan Mandeh, yang selama ini aman juga mengalami hal serupa. Fenomena ini hampir terjadi di berbagai daerah.

Indrawadi Mantari, peneliti terumbu karang dari Universitas Bung Hatta (UBH) Padang mengatakan, hampir semua koloni terumbu karang genus Arcopora tersebar di kawasan wisata bawah laut memutih.

Pengamatan dia, pemutihan terumbu karang terlihat di Perairan Sungai Pinang, Pulau Sironjong Besar, Pulau Sironjong Kecil, Pulau Pagang dan Pulau Marak. Dia memperkirakan, tiga bulan kedepan koloni karang ini akan ditumbuhi alga fitoplankton yang membuat warna menghitam, setelah itu karang mati.

Indrawadi menyatakan, terjadi peningkatan suhu merata di perairan Indonesia seperti data National Ocean Atmospheric Administration (NOAA). Pengukuran di perairan laut oleh Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LPSDKP), Bungus diketahui suhu permukaan laut Perairan Sumbar mencapai 31-32 derajat celcius, kedalaman  2-5 meter 30-29 derajat celcius.

“Terumbu karang sangat rentan perubahan suhu. Sedikit saja suhu naik terumbu karang akan memutih. Idealnya suhu rata-rata di perairan laut 25-28 derajat,” katanya di Padang, pekan lalu.

Terumbu karang mulai mengalami pemutihan di Perairan Sumbar. Foto: Indrawadi Mantari
Terumbu karang mulai mengalami pemutihan di Perairan Sumbar. Foto: Indrawadi Mantari

Dia mengatakan, pemanasan suhu terjadi 2016 terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saat coral bleaching melanda sebagian besar Perairan Sumbar pada 1998, 2000 dan 2010, wisata Mandeh tak terdampak karena kawasan itu di daerah teluk dipengaruhi air sungai hingga suhu relatif stabil. Berbeda, tahun ini, suhu tak stabil lagi. “Ini membuktikan kenaikan suhu perairan laut cukup tinggi.”

Penyelam senior Diving Prokalamator UBH ini menjelaskan, terumbu karang yang mengalami pemutihan bermacam-macam, ada karang bercabang (acropora), karang meja (acrovora tabulate), karang lunak (soft coral) dan karang massive (polites). Pemantauan menggunakan metode standardisasi kaji cepat dari Reef Check Indonesia.

coral4-IMG-20160420-WA0023

coral3-IMG-20160423-WA0003

Tim yang mengamati terumbu karang Club Diving UBH Padang dan Pengelola Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, Padangpariaman. Tim ini menyelam di TWP Pulau Pieh di tiga pulau, yakni Pulau Pieh Pandan, Kasiak Pariaman dan Tangah Tiku.

Pengamatan juga ke Taman Nirwana Bungus Teluk Kabung, Sungai Pinang, Pulau Pagang, Pulau Marak, Sironjong Gadang, Sironjong Kecil dan Mandeh. “Semua pulau itu di Kabupaten Pesisir Selatan. Penyelaman selama tiga kali, 24 Maret, 13 April dan 18 April,” katanya.

Kondisi cukup memprihatinkan, dari penyelaman 13 Maret di Perairan Pulau Pagang dan Pulau Merak, air laut berwarna putih karena pemutihan karang sudah mengeluarkan substrat kapur.

“Ini tinggal menunggu kehancuran saja. Padahal biasa kecerahan menyelam di kawasan yang dijuluki Raja Ampat Sumatera ini bisa sampai 22 meter. Bahkan di Pulau Pieh, karang tahan perubahan suhu, massive juga ikut, lokasi kolonin ditemukan di kedalaman 19-20 meter.”

Pemutihan terumbu karang di perairan Sumbar. Foto: Indrawadi Mantari
Pemutihan terumbu karang di perairan Sumbar. Foto: Indrawadi Mantari

Uniknya, katanya, ada dua koloni terumbu karang kedalaman empat meter di Perairan Pulau Sironjong Besar, masih bagus walau warna agak pucat. “Jika pemanasan global diperkirakan sampai Juli, terumbu karang masih bisa selamat hingga bisa dipakai untuk pembibitan.”

Produksi ikan terdampak
Eni Kamal, Ketua Pengurus Mitra Bahari Nasional untuk Sumatera mengatakan, pemutihan terumbu karang akan berdampak pada produksi perikanan Sumbar, terutama dua tahun kedepan. Dia memperkirakan, penurunan produksi ikan bisa sampai 30%.

Saat ini, katanya, tangkapan nelayan Sumbar mencapai 320.000 ton pertahun, dengan kerusakan terumbu karang, pendapatan nelayan nisa hilang sampai Rp45 miliar pertahun.

Saat ini, ada sekitar 13.000 nelayan aktif terkena dampak coral bleaching. Dengan kerusakan terumbu karang, kata Eni, akan terjadi mortalitas alami ikan plagis karena tak tersedia makanan. Tingkat kematian ikan alami pun akan meningkat. “Contoh jika satu induk ikan bertelur 100.000 , karena tak tersedia rumah sebagai tempat bermain dan mencari makan, maka benih-benih ikan akan hilang sampai 60%.”

Pemutihan terumbu karang di perairan Sumbar, mengancam produksi ikan nelayan. Foto: Indrawadi Mantari
Pemutihan terumbu karang di perairan Sumbar, mengancam produksi ikan nelayan. Foto: Indrawadi Mantari

Coral bleaching, merupakan faktor alam dan tak bisa pulih dalam waktu cepat. Untuk itu, mitra Bahari Nasional sedang mendiskusikan bagaimana mencari solusi nelayan tak terlalu terpuruk.

Saat ini, katanya, usulan solusi mengembangkan budidaya kerapu dan rumput laut terutama di pulau-pulau, seperti gugusan Pulau Pandan, Pesisir Selatan, Pasaman Barat.

“Ini sudah kami diskusikan dan sejalan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mau meningkatkan pendapatan nelayan, seperti memperbanyak budidaya ikan di pesisir, membuat lebih banyak rumah ikan (rumpon) hingga jika terjadi faktor alam seperti ini migrasi ikan tak terlalu cepat.”

Sumbar, lanut lumbung benih ikan karena hamparan mangrove tempat telur ikan tersebar di Kepulauan Mentawai dan Airbangis, Pasamanbarat. Ikan-ikan akan besar di padang lamun dan terumbu karang tersebar di perairan laut Sumbar. Tak heran, Sumbar banyak ikan plagis (ikan karang).

Faktor alam dan  eksploitasi pesisir
Andry Indryasworo Sukmoputro, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang mengatakan, coral bleaching merupakan fenomena alam rutin dampak perubahan kondisi alam maupun iklim ditambah tekanan ekploitasi sumber daya pesisir dan laut juga pengaruh virus pada koloni karang.

Penyelam dari Club Diving Universitas Bung Hatta Padang memantau terumbu karang di kawasan Pulau Merak, Pesisir Selatan (24/4/16). Tampak sebagian besar terumbu karang di kawasan perairan ini sudah memutih. Foto: Club Diving Universitas Bung Hatta Padang, Indrawadi Mantari
Penyelam dari Club Diving Universitas Bung Hatta Padang memantau terumbu karang di kawasan Pulau Merak, Pesisir Selatan (24/4/16). Tampak sebagian besar terumbu karang di kawasan perairan ini sudah memutih. Foto: Club Diving Universitas Bung Hatta Padang, Indrawadi Mantari

Coral bleaching makin lama makin cepat. Sebelumnya, setiap 16 tahun sekali dengan luasan tak terlalu luas, kini makin cepat hingga mengkhawtirkan kala pemulihan lebih lambat dari kerusakan.

BPSPL Padang, kata Andry, memetakan sebaran coral bleaching bersama-sama UBH dan ahli terumbu karang. Untuk mencegah kerusakan makin luas, BPSPL sedang sosialisasi terutama di wilayah-wilayah potensi pariwisata agar menghentikan atau menunda selam yang mengalami pemutihan. Juga tak memperkenankan wisatawan atau masyarakat memanfaatkan terumbu karang mati.

Kini, KKP bekerjasama dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat memetakan fenomena pemutihan karang ini secara nasional. “Saya rasa hampir merata seluruh Indonesia kecuali beberapa daerah seperti Kepulauan Anambas masih bertahan.”

Di pesisir barat Sumatera khusus Sumatera Barat, katanya, pemutihan hampir merata puncaknya diperkirakan April-Mai ini. “Bahkan terumbu karang di kawasan konservasi perairan nasional Pieh ada kedalaman 20 meter. Biasa, pemutihan hanya pada kedalam permukaan kurang 10 meter.”

Kondisi terumbu karang yang telah memutih di perairan Pulau Merak pada (24/416). Foto: Club Diving Universitas Bung Hatta Padang, Indrawadi Mantari
Kondisi terumbu karang yang telah memutih di perairan Pulau Merak pada (24/416). Foto: Club Diving Universitas Bung Hatta Padang, Indrawadi Mantari
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,