Ini Kisah Valen, Bocah 8 Tahun Penjaga Bentang Laut Kepala Burung

Kawasan kepala burung di Pulau Papua sudah sejak lama termasyhur sebagai kawasan perairan yang memiliki keanekaragaman biota laut. Bahkan, kekayaan biota laut yang ada di kawasan tersebut, hingga saat ini masih ditasbihkan sebagai yang terlengkap di dunia.

Keindahan dan keanakeragaman tersebut, menginsipirasi lembaga konservasi internasional non profit, Conservation International (CI) untuk membuat sebuah film yang menceritakan tentang upaya konservasi di kawasan kepala burung.

Tak tanggung-tanggung, film tersebut mengadopsi teknologi virtual reality (VR) yang memungkinkan  penonton bisa merasakan sensasi putaran film hingga sudut 360 derajat. Jika sudah menonton film tersebut, siapapun akan bisa menikmati keindahan bawah laut di kawasan perairan kepala burung.

Film berjudul Valen’s Reef itu sudah diluncurkan pada 20 Juni lalu dan masih terus disebarluaskan ke seluruh dunia dalam upaya kampanye konservasi kawasan kepala burung. Dari keterangan resmi yang dirilis CI Indonesia, tokoh utama film tersebut dilaksanakan oleh seorang ilmuwan yang tidak lain bekerja untuk LSM tersebut.

Dialah Ronald Mambrasar, ilmuwan yang berperan menjadi tokoh utama di film tersebut. Sebagai tokoh utama film, Ronald bekerja keras untuk bisa memperlihatkan upayanya dalam menjaga bentang laut di kawasan kepala burung bersama masyarakat setempat.

Upaya yang dilakukan secara nyata itu, kemudian berupaya ditularkan kepada anaknya, Valen yang berusia 8 tahun. Dengan upaya tersebut, Ronald berharap anaknya kelak bisa mengerti tentang pentingnya menjaga bentang laut kepala burung yang salah satunya adalah laut Raja Ampat di Provinsi Papua Barat.

Poster film Valen's Reef yang dibuat oleh Conservation Internasional, tentang konservasi terumbu karang di daerah kepala burung, Papua Barat. Sumber : Conservation International
Poster film Valen’s Reef yang dibuat oleh Conservation Internasional, tentang konservasi terumbu karang di daerah kepala burung, Papua Barat. Sumber : Conservation International

Executive Vice President CI International M. Sanjayan mengatakan, film Valen’s Reef mengantarkan penonton langsung ke bawah laut Raja Ampat yang termasyhur ke seantero dunia. Di sana, ada lebih dari 600 jenis terumbu karang dan 1.765 spesies ikan hidup.

Di luar film pun, kata Sanjayan, lokasi tersebut juga menjadi salah satu program konservasi laut berbasis komunitas yang paling sukses di dunia, yaitu Inisiatif Bentang Laut Kepala Burung.

“Laut kami berada di bawah ancaman yang mengerikan. Namun kami yakin bahwa sebuah metode – yaitu konservasi berbasis komunitas – bisa membuat perubahan yang signifikan,” ungkap M. Sanjayan yang juga ilmuwan senior di CI International.

“Di dalam Valen’s Reef, kami menggunakan teknologi virtual reality untuk mengantarkan Anda ke dalam lautan paling kaya di planet ini, serta mendengarkan cerita kesuksesan konservasi untuk menumbuhkan rasa cinta dan dukungan untuk laut kita,” tambah dia.

Salah satu adegan film Valen's Reef yang dibuat oleh Conservation Internasional, tentang konservasi terumbu karang di daerah kepala burung, Papua Barat. Sumber : Conservation International
Salah satu adegan film Valen’s Reef yang dibuat oleh Conservation Internasional, tentang konservasi terumbu karang di daerah kepala burung, Papua Barat. Sumber : Conservation International

Sementara Ronald Mambrasar tak bisa menyembunyikan kegembiraannya karena bisa berpartisipasi dalam film bertema konservasi laut tersebut. Dia merasa senang karena dapat berbagi pengalaman dan harapannya untuk menjaga kekayaan laut di Bentang Laut Kepala Burung.

“Saya harap penonton film ini dapat melihat keindahan Raja Ampat, serta memahami pentingnya kelestarian alam tersebut bagi kehidupan kami. Saya juga harapkan agar film ini bisa memberikan inspirasi untuk membangun masyarakat dan generasi muda yang berkomitmen menjaga lingkungan untuk masa depan,” ucap dia.

Tersedia dalam Jejaring Video

Setelah resmi diluncurkan ke publik pada 20 Juni, empat hari kemudian atau pada 24 Juni, CI merilis film tersebut dalam format jejaring video Youtube. Sama seperti pada perilisan publik sebelumnya, CI menyelipkan teknologi VI untuk film yang dirilis di Youtube tersebut. Dengan demikian, penikmat film bisa merasakan sensasi Raja Ampat sebagai jantung segitiga terumbu karang di dunia.

Dalam memproduksi film ini, Conservation International bekerja sama dengan produsen virtual reality terkemuka yaitu Vrse.works dan Finch Company, dan didukung oleh The Tiffany& Co. Foundation. Bagi Vrse Works sendiri, film Valen’s Reef merupakan film bawah laut kedua yang mereka produksi.

Tokoh utama film "Valens Reef, Ronald Mambrasar dan anaknya Valen. Sumber : Conservation International
Tokoh utama film “Valens Reef, Ronald Mambrasar dan anaknya Valen. Sumber : Conservation International

Sekedar diketahui, Conservation International telah bekerja di kawasan Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) sejak 2004. Di sana, CI bekerja bersama masyarakat dan para pihak, inisitiatiff program BLKB. Sepanjang 12 tahun di sana, banyak capaian penting yang berhasil dibuat.

“Inisiatif ini kini menjadi model global untuk sebuah konservasi berbasis masyarakat. Pemberdayaan masyarakat lokal adalah langkah tepat dalam melakukan konservasi. Kami belajar dari pengelolaan sumber daya alam secara tradisional dan kami memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk mendukung sistem lokal yang telah ada di masyarakat,” ungkap Vice Presidet CI Indonesia Ketut Putra.

Bentang Laut Kepala Burung – yang  baru saja diidentifikasi sebagai sebuah lokasi penting bagi terumbu karang oleh jurnal Nature – memiliki banyak hal yang lebih baik dari wilayah terumbu karang lainnya. Ditambah dengan sejumlah spesies unik seperti hiu, pari manta, paus, dan penyu, membuat perairan tersebut menjadi sentral dari keberagaman biota laut di dunia.

Luas terumbu karang di dunia sendiri sebenarnya hanya mencapai 0,2 persen dari total luas permukaan bumi. Namun, fungsinya yang sangat erat sebagai habitat bagi lebih dari 30 persen ikan di laut membuat terumbu karang memiliki peran sangat penting.

Selain itu, terumbu karang juga terbukti telah menghasilkan nilai ekonomi sekitar USD375 miliar atau ekuivalen Rp5.000 triliun per tahun untuk pangan, perlindungan kawasan pesisir, serta pariwisata.

Bagi Anda yang tertarik menyaksikan langsung petualangan Valen bersama Ayahnya, Ronald, Anda bisa membuka tautan berikut:

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,