Di Malam Takbiran, Warga Dusun Ini Terus Berusaha Menghalau Kawanan Gajah

Hingga hampir sepekan merayakan Idul Fitri, setiap malam warga di Dusun Talang Petai, Desa Ulak Kedondong, Kecamatan Cengal, Kebupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, terus menghalau kawanan gajah dari dusun mereka. Namun, kawanan gajah liar sekitar 30 individu itu tidak mau pergi. Mereka terus memakan kebun karet milik warga.

“Tampaknya kawanan gajah, sebagian anak-anak gajah, begitu kelaparan. Sudah tiga pekan ini mereka mengendon di dusun kami. Mereka makan semua tanaman karet yang berusia muda. Tidak mau berlari dari dusun ini meskipun hampir setiap malam kami halau, termasuk pada malam takbiran lalu,” kata Supriyana, Kepala Dusun Talang Petai kepada Mongabay Indonesia melalui telepon, Sabtu (09/07/2016).

Kerugian warga atas kedatangan kawanan gajah itu diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. “Bayangkan, biaya bibit dan perawatan selama beberapa tahun yang dikeluarkan setiap warga, habis hanya dalam semalam,” katanya.

“Kami jelas tidak mampu menanganinya, terlebih membunuh karena gajah merupakan satwa yang dilindungi. Kami sangat berharap, pemerintah membantu menghalau kawanan gajah ini,” kata Supriyana.

Seekor gajah betina dan anaknya di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sebokor, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Foto: Taufik Wijaya

Seperti diberitakan sebelumnya, kawanan gajah masuk ke Dusun Talang Petai sejak pertengahan Juni 2016. Kawanan yang diperkirakan berjumlah 30 individu ini merobohkan sebuah pondok warga dusun, memakan pohon-pohon karet muda, serta bambu.

Yang mencemaskan warga, saat malam, kawanan gajah ini tidur di tengah jalan. Jalan yang menghubungkan dusun tersebut ke Dusun Pasir dan Dusun Lebung Gapil, sehingga tidak ada warga yang berani melalui jalan tersebut. “Mereka meninggalkan jalan dan masuk hutan atau kebun setelah subuh,” ujarnya.

Dua tahun lalu, kawanan gajah ini juga berperilaku yang sama di Desa Ulak Kedondong. Selain merusak pondok warga di kebun, juga memakan dan merusak perkebunan karet milik warga.

Diperkirakan Supriyana maupun warga lainnya, kawanan gajah tersebut masuk melalui Sungai Kuala 12, Sungai Kuala Lebung Hitam, Sungai Lumpur, dan kemudian ke Cengal. “Sebenarnya dusun kami merupakan koridor mereka, tapi selama dua tahun terakhir mereka bukan hanya melintas juga berdiam lalu memakan dan merusak kebun kami. Itu persoalannya.”

Kenapa ini terjadi? “Sebab hutan dan perkebunan milik perusahaan sudah habis akibat kebakaran. Jadi hanya perkebunan masyarakat yang menjadi sumber makanan mereka,” kata Bandar, warga Dusun Talang Petai.

Bandar berharap pemerintah segera mengatasi persoalan ini. Sebab dalam situasi seperti ini mereka menjadi bingung. “Jika kami bunuh, kami yang akan ditangkap. Tapi mereka sulit dihalau. Bukan hanya kebun dan rumah kami yang rusak, kami juga terancam keselamatannya,” kata Bandar.

Kawasan gambut yang menjadi lintasan gajah di Desa Ulak Kedondong rusak, sehingga gajah masuk ke perkebunan warga mencari makan. Foto: Taufik Wijaya
Kawasan gambut yang menjadi lintasan gajah di Desa Ulak Kedondong rusak, sehingga gajah masuk ke perkebunan warga mencari makan. Foto: Taufik Wijaya

Berdasarkan pemantauan beberapa tahun lalu, Desa Ulak Kedondong dan Desa Ketupak di Kecamatan Cengal, kawasan hutannya merupakan habitat gajah sumatera. Kawanan gajah ini menyerang pemukiman penduduk lantaran sejumlah hutan (hutan produksi) dibuka warga menjadi perkebunan, serta menjadi konsesi hutan tanaman industri (HTI) yang selama dua tahun ini terbakar.

Bila sebelumnya ditemukan 15 individu, saat ini jumlahnya menjadi 30 individu, yang diduga adanya penambahan di Cengal. Selain di Cengal, kawanan gajah sumatera juga ditemukan di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Menang. Beberapa tahun lalu jumlahnya berkisar 12 ekor.

Keberadaan gajah sumatera di pesisir timur Sumatera Selatan jumlahnya setiap tahun kian bertambah. Di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sebokor, Kabupaten Banyuasin, tetangga Kabupaten OKI, tercatat 40-an gajah liar, dan 20-an gajah yang sekolah di Pusat Latihan Gajah Padang Sugihan.

Sebagai catatan, saat program transmigran dijalankan pemerintah di Air Sugihan -baik di Kabupaten OKI maupun Banyuasin (dulu masuk Musi Banyuasin)- kawanan gajah liar ini menjadi persoalan. Ini dikarenakan mereka berkonflik dengan manusia.

Pada 1982, atas perintah Presiden Soeharto, Letkol I Gusti Kompyang (IGK) Manila bersama 400 anggotanya yang tergabung dalam Satuan Tugas Operasi Ganesha memindahkan kawanan gajah liar sebanyak 232 ekor dari Air Sugihan ke Lebong Hitam, Lampung. Jaraknya sekitar 70 kilometer.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,