Fakta Menarik, Mengapa Kehidupan Badak Harus Kita Jaga…

Anda tahu badak? Berapa jenis yang ada di Indonesia?

Badak merupakan satwa berkuku ganjil (Perrisodactyla) yang masuk dalam anggota super-famili Rhinoceratoidea, keluarga super yang menghimpun seluruh spesies badak termasuk seluruh fosil keluarganya. Bila kita rinci lebih detil, badak berasal dari rumpun Hyracodontidae (badak yang suka berlari) dari zaman Eocene hingga keberadaannya melimpah di zaman Oligocene yang ditandai dengan berbagai jenisnya.

Seiring berjalannya proses evolusi dan masa kepunahan, kini, badak tersisa yang ada di muka bumi hanya 5 jenis yang awalnya diperkirakan ada 30 jenis, sekitar 60 juta tahun silam. Dimanakah mereka sekarang?

Di Benua Afrika ada 2 jenis, yaitu badak hitam (Diceros bicornis) dan badak putih (Ceratotherium simum). Padahal, ribuan tahun sebelumnya pernah ada badak purba (Tichorhinus antiquatatis) berbulu lebat yang hidup di wilayah ini.

Sementara 3 jenis lainnya ada di Asia, yaitu badak india (Rhinoceros unicornis) dan dua jenis badak yang hanya ada di Indonesia. Badak kebanggaan kita semua yaitu badak jawa (Rhinoceros sondaicus) serta badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).

Badak sumatera yang berada di SRS. Foto: Rahmadi Rahmad
Badak sumatera yang berada di SRS. Foto: Rahmadi Rahmad

Badak jawa, saat ini populasinya hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten. Berdasarkan catatan Balai TNUK 2015, jumlahnya sekarang diperkirakan sekitar 60 individu. Padahal, persebarannya dahulu mulai dari Bengal, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.

Sementara badak sumatera, yang memiliki sensitivitas penciuman dan pendengaran yang tinggi ini, jumlahnya diperkirakan sekitar 100 individu. Keberadaannya tersebar di Taman Nasional gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, hingga Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di Taman Nasional Kerinci Seblat, yang dulunya disebut sebagai gudangnya badak, diperkirakan badak bercula dua ini sudah tidak ada lagi.

Badak sumatera dan badak jawa merupakan satwa langka dilindungi yang saat ini berstatus Kritis. Ancaman kepunahan, membungkus rapat kehidupan satwa bercula ini.

Konservasi

Widodo S. Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI) menyatakan, badak sangat penting dalam hal menjaga keseimbangan ekosistem alam. Yaitu kemampuannya menebar benih. “Ini terlihat dari tumbuhnya di atas 10 jenis tanaman dari kotoran badak yang telah dimasukkan dalam polybag.”

Hal istimewa lain adalah dari cara makan badak. Sebagai satwa “browser” atau pemakan semak dan pucuk dedaunan, jasanya penting untuk memelihara kualitas hutan. Saat pucuk daun atau ranting muda dimakan, maka pucuk baru yang tumbuh tersebut akan menyerap karbon dioksida yang lebih banyak jumlahnya ketimbang pucuk daun yang tua. “Artinya, badak turut serta memelihara lingkungan hidup dalam hal ini mengurangi pemanasan global. Ini yang harus kita pahami bersama.”

Berbagai tanaman pakan badak yang berada di area penanaman di Way Kambas. Foto: Rahmadi Rahmad
Berbagai tanaman pakan badak yang berada di area penanaman di Way Kambas. Foto: Rahmadi Rahmad

Jenis apakah yang dimakan? Berdasarkan penelitian Strein (1974), badak sumatera memakan 108 spesies tumbuhan dari 44 famili. Detilnya, 82 spesies daun, 17 spesies buah, 7 spesies kulit kayu, dan 2 spesies bunga. Pohon yang mengandung getah seperti nangka (Artocarpus integra) dan semak mania (Urophyllum spp) adalah makanan favorit badak sumatera.

Untuk badak jawa, berdasarkan penelitian Yayasan Mitra Rhino – WWF (2002) mengenai persaingan ekologi badak dan banteng, hasil analisis tumbuhan pakan di Semenanjung Ujung Kulon menunjukkan ada 109 jenis. Sekitar 97 jenis tumbuhan merupakan pakan badak jawa, 74 jenis tumbuhan pakan banteng, dan 62 jenis merupakan pakan bersama.

Jenis tumbuhan yang disenangi badak jawa sebagaimana dituliskan Hoogerwerf (1970) adalah salam (Eugenia polyantha), rukem (Glachidon macrocarpus), dan segel (Dillenia excelsa). Sedangkan langkap (Arenga obtusifolia) yang daun mudanya dimakan, namun diduga sebagai tumbuhan yang dapat mengancam ketersediaan tumbuhan sumber pakan karena tajuknya yang rapat membuat sinar matahari sulit menembus lantai hutan.

Widodo menuturkan, khusus badak sumatera, harus upaya ekstra untuk melindunginya. Perambahan kawasan yang menyebabkan menyempitnya habitat badak terus terjadi. Penggunaan kawasan konservasi yang bukan untuk tujuan konservasi pun masih berlangsung. Di masyarakat, ada anggapan yang menyebutkan berburu merupakan bagian dari kehidupan mereka. Sementara, penegakan hukum belum maksimal.

Dari serangkaian masalah itu semua, hal terpenting menurut Widodo adalah, kita sendiri belum mengetahui pasti dimana posisi badak sumatera. Ini di luar badak sumatera yang ada di Suaka Rhino Sumatera (Sumatran Rhino Sanctuary/SRS), Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

“SRS merupakan bukti nyata keberadaan badak sumatera. Ada 7 individu badak sehat di wilayah seluas 100 hektare yang dipagar dan dijaga 24 jam penuh ini. SRS bukan semata bangunan, akan tetapi satu kesatuan sistem kehidupan bagi 3 badak jantan (Andalas, Andatu, dan Harapan) serta 4 betina (Ratu, Bina, Rosa, dan yang baru lahir, adiknya Andatu) yang hidup di dalamnya.”

Rhino Protection Unit yang terus mengamankan kawasan dari pemburu badak di Way Kambas, Lampung. Foto: Rahmadi Rahmad
Rhino Protection Unit yang terus mengamankan kawasan dari pemburu badak di Way Kambas, Lampung dan sekitar. Foto: Rahmadi Rahmad

Haerudin R. Sadjudin, ahli badak yang juga Program Manajer Yayasan Badak Indonesia (YABI), menjelaskan terancamnya kehidupan badak sumatera dikarenakan hutan yang merupakan habitat utama kehidupan badak diubah menjadi perkebunan sawit juga hutan tanaman industri. Selain itu, badak yang berada di luar kawasan konservasi terus diburu untuk diambil culanya, sebagai ramuan perkasa. “Salah besar. Cula terbentuk dari sel-sel kulit yang mangalami keratinisasi. Tak ubahnya tanduk, cakar, atau juga kuku pada binatang lain.”

Sementara badak jawa, terdesak akibat habitatnya diubah menjadi perkebunan teh, jati, dan kina. Untuk badak yang ada di luar kawasan konservasi, nasibnya dikejar pemburu. “Bila dilihat persebarannya, dahulunya badak jawa pernah ada di Gunung Pangrango, Gunung Salak, dan Ciremai. Sedangkan badak jawa yang berada di Sumatera diperkirakan mulai punah alias tidak ada lagi sejak tahun 1940-an.”

Masyarakat adalah bagian penting dalam kegiatan konservasi. Mereka harus dilibatkan, misalnya dengan membuat biogas, mengembangkan pertanian organik atau perikanan air tawar, hingga ekowisata. “Dengan demikian, masyarakat merasakan manfaat adanya kawasan konservasi yang mencakup perlindungan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar, termasuk badak. Bukan sebagai penonton,” tukas Widodo.

Badak sumatera yang berada di SRS saat ini berjumlah 7 individu. Foto: Rahmadi Rahmad
Badak sumatera yang berada di SRS saat ini berjumlah tujuh individu. Foto: Rahmadi Rahmad
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,