Kemarau Datang, Apa yang Dilakukan untuk Hadang Kebakaran?

Musim kemarau 2016 sudah melanda sebagian besar Sumatera Selatan (Sumsel), khususnya di wilayah rawa gambut. Apa yang telah dilakukan Pemerintah Sumatera Selatan dan berbagai lembaga yang sebelumnya berkomitmen mencegah kebakaran di lahan gambut?

“Hingga pertengahan Juli 2016, titik panas tidak sebanyak di bulan yang sama tahun 2015. Tahun lalu sebanyak 229 titik dan sekarang 76 titik, yang sebagian besar ada di lahan mineral,” kata Dr. Najib Asmani, Sekretaris Gerakan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Sumsel dalam Rapat Koordinasi Karhutla Sumsel di Bappeda, Jumat (15/07/2016).

Meskipun begitu, kata Najib, dibutuhkan persiapan matang menghadapi ancaman kebakaran tahun ini. “Minimnya titik panas mungkin karena musim kemarau ini masih ada hujan. Namun jika selama 20 hari tidak turun hujan, bukan tidak mungkin akan banyak muncul titik panas.”

Mengutip data Stasiun Meteorologi SMB II  BMKG Palembang, kata Najib, hari tanpa hujan hingga 20 hari terjadi Muba, Banyuasin, dan wilayah utara Kabupaten OKl. Yang lebih 20 hari terjadi di sebelah barat Kabupaten Empat Lawang dan utara Kota Lubuk Linggau.

Pembuatan sumur bor oleh SHI bersama masyarakat Pedamaran OKI. Foto: Sarekat Hijau Indonesia (SHI)
Pembuatan sumur bor oleh SHI bersama masyarakat Pedamaran OKI. Foto: Sarekat Hijau Indonesia (SHI)

Selama awal Juli 2016, telah dilakukan berbagai penanggulangan kebakaran di sejumlah titik, sehingga kebakaran teratasi dan tidak meluas. Misalnya, kebakaran di wilayah perbatasan PT. Bumi Mekar Hijau (BMH) dengan SM Padang Sugihan pada 5 Juli 2016 lalu. Posili telah memproses enam pelaku karhutla, dan satu pelaku di Kabupaten Muba sudah ditahan.

Saat ini tengah dikumpulkan titik koordinat upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla, baik dari instansi pemerintah, perusahaan, maupun NGO. “Diharapkan, akhirnya Juli semua koordinat sudah lengkap dan detil,” kata Koordinator Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumsel ini.

Sebagai informasi, titik koordinat tersebut beranjak dari 87 desa di empat kabupaten, yakni Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin, dan Ogan Ilir (OI).

Tingkat rawan areal terbakar tahun 2015. Peta: Dinas Kehutanan Sumsel
Tingkat rawan areal terbakar tahun 2015. Peta: Dinas Kehutanan Sumsel

Melaporkan kegiatan

Dalam rapat tersebut, beberapa pihak yang menyampaikan laporan kegiatan yang sudah dilakukan maupun akan dilakukan pada wilayah dampingannya.

Stasiun Meteorologi SMB II BMKG Palembang melakukan pengamatan, analisis dan prakiraan cuaca dan iklim 24 jam yang berkaitan dengan kewaspadaan dan kesiap-siagaan pencegahan Karhutlah 2016.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten OKI telah membentuk posko pemantauan karhutla kabupaten di Air Sugihan. BPBD Kabupaten OI dibantu Koramil 0402/07 Indralaya melakukan monitoring, patrol rutin dan pembentukan posko siaga darurat. Sementara Dinas Perkebunan dan Kehutan OI telah melakukan sosialisasi pencegahan kathutla di masyarakat dan perusahaan, serta membina Kelompok Tani Peduli Api.

Dinas Perkebunan Musi Banyuasin (Muba) telah membentuk 7 Kelompok Tani Peduli Api (KTPA). Sedangkan BPBD Muba selain melakukan pemantaun dan sosialisasi karhutla, menetapkan satgas karhutla di sejumlah desa, juga merekrut tenaga kerja Penanggulangan Bahaya Kebakaran (PBK) dan Team Reaksi Cepat (TRC) sebanyak 60 orang.

Pembuatan embung di lahan gambut oleh SHI dan masyarakat di OKI. Foto: SHI
Pembuatan embung di lahan gambut oleh SHI dan masyarakat di OKI. Foto: SHI

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel melakukan patroli rutin pencegahan Karhutla di kawasan konservasi di sejumlah desa sekitar SM Dangku dan SM Bentayan, serta melakukan kampanye pencegahan Karhutla. Sementara Manggala Agni Daops III OKI (BKSDA Sumsel) melakukan sosialisasi, patroli & groundcheck sejak Maret 2016 lalu.

Sementara NGO yang sudah melaporkan kegiatannya antara lain Sarekat Hijau Indonesia (SHI). Kegiatan atas kerja sama UNDP dan KLHK berlangsung di Kabupaten OKI diantaranya revitalisasi lahan gambut, pembuatan sumur bor, dan pembuatan embung.

GIZ BIOCLIME melakukan pendampingan kelompok tani, blocking canal, dan rehabilitasi  Hutan Desa Kepayang dan KHG (Kawasan Hidrologis Gambut) Merang-Kepayang. Sementara Sinar Mas APP melaporkan pembentukan Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

Penanaman jelutung di lahan gambut di Pedamaran ini oleh SHI dan warga sebagai upaya perbaikan kondisi lahan gambut dan menjadi sumber ekonomi masyarakat ke depan. Foto: SHI
Penanaman jelutung di lahan gambut di Pedamaran ini oleh SHI dan warga sebagai upaya perbaikan kondisi lahan gambut dan menjadi sumber ekonomi masyarakat ke depan. Foto: SHI
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,