Kisah Seputar Hilangnya Anak Harimau dari Kandang Penitipan

Kabar anak harimau Sumatera, hilang setelah berhasil dievakuasi dari jeratan pemburu, menimbulkan banyak pertanyaan.  Anak harimau usia kurang satu tahun yang hilang di kandang penitipan Yayasan Bodhicitta di Barumun ini ada dugaan sengaja diambil untuk diperjualbelikan.

Sebuah organisasi yang konsen soal harimau, Bukitbarisan Sumatran Tiger Rangers (BSTR) menurunkan tim investigasi. Harray Sam Munthe, Pendiri BSTR kepada Mongabay, Sabtu (2/7/16) mengatakan, hasil investigasi mereka ternyata anak harimau itu sudah hilang pagi hari, belum lama ‘numpang kandang’ setelah evakuasi.  Dari kronologis Yayasan Bodhicitta, anak harimau hilang setelah dipindahkan ke kandang sementara yang lebih besar. (lihat kronologis dari yayasan).

Seksi VI BKSDA Sumut yang mengevakuasi bersama sejumlah organisasi masyarakat sipil, menitipkan anak harimau diperkirakan ke Yayasan Bodhicitta.  Dia menyesalkan, kehilangan anak harimau seolah ditutup-tutupi, dua minggu setelah kejadian baru diberi kabar. “Jadi Minggu malam (10/4/16), anak harimau tiba di Yayasan Bodhicitta Barumun, pagi sudah hilang. Itu kami sesalkan.”

Terkait waktu hilang ditutup-tutupi, ada indikasi anak harimau diambil, lalu dibawa keluar Sumut untuk dijual. Karena, tak berapa lama pasca kehilangan harimau ini, dia mendapat informasi dan telepon dari pemilik kebun binatang Asam Kulin Pekanbaru, Riau, bahwa ada sejumlah orang menawarkan anak harimau.

Karena curiga, sang pemilik kebun binatang menghubungi Harray mempertanyakan status anak harimau ini. Dia terkejut dan meminta menahan sebisa mungkin sejumlah orang yang akan menjual anak harimau itu, seraya melaporkan ke BKSDA dan Balai Pengamanan dan Penegakan Lingkungan Hidup Sumatera. Sayangnya, para pelaku keburu pergi karena mulai curiga.

Dari perbincangan dengan pegawai kebun binatang, para pelaku mengaku anak harimau dapat dari hutan Barumun, dibawa ke Gunung Tua, dan akan dijual. Pelaku, kata Harray, melanjutkan perjalanan ke Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat. “Apakah ini anak harimau yang hilang atau tidak? Dari kronologis sejumlah orang yang mau menjual dan ciri-ciri ada kemiripan.”

Temuan lain, setelah berhasil mengevakuasi anak harimau dari jerat pemburu, ada sejumlah orang mengaku oknum kepolisian dan kehutanan, membuntuti tim evakuasi BKSDA Sumut bersama Yayasan Bodhicitta menuju ke Barumun Nagari.

Dari pengumpulan bukti, malam sebelum anak harimau hilang, sejumlah orang mengaku oknum polisi dan kehutanan ingin mengambil anak harimau. Penjaga di yayasan mengaku, ketika tengah minum kopi masih melihat satwa di kandang, tak lama hilang.

Anak harimau yang hilang. Foto: Ayat S Karokaro
Anak harimau yang hilang. Foto: Istimewa

Induk harimau diduga terjebak dan mati

Belum selesai keterkejutan anak harimau hilang, ada kabar menyedihkan, kalau sang ibu harimau juga mati. Selang beberapa hari setelah anak harimau dievakuasi ke Barumun, harimau dewasa diduga sang induk mencari anak, terjerat pemburu, kemudian langsung dikuliti. Area di Padang Lawas, desa berdekatan dengan evakuasi anak harimau.

Perilaku harimau, katanya, jika anak hilang pasti mencari keliling kampung, karena masih mencium bau sang anak. Namun, tim evakuasi langsung membawa anak harimau ke area cukup jauh hingga induk terus mencari, dan jadi target pemburu.

BKSDA, katanya,  sudah memburu para pelaku dibantu Barumun Nagari, tetapi tak berhasil menemukan yang menguliti sang induk.

Tim BSTR juga mencari tahu pembunuh sang induk. Tim bergerak sampai Riau. Hingga kini belum menemukan jejak kulit sang induk.

Syukur Alfajar, Manager Program Yayasan Bodhicitta, kepada Mongabay mengatakan, anak harimau dititipkan karena saat evakuasi ada sejumlah orang yang mengikuti Suhut Helsaki, Kepala Seksi Kepala Seksi VI BKSDA Sumut. Demi keamanan, mereka berinisiatif memindahkan anak harimau sitaan dari mobil Suhut ke mobil mereka.

Di Yayasan Bodhicitta, seeorang dokter hewan asal Australia yang menjadi relawan di SRI, Jen Shower, memeriksa kondisi harimau. Ia diberi vitamin.

Hari pertama, harimau ditempatkan di kandang kecil, dokter Jen  menyarankan pindah ke kandang besar. Awalnya Syukur menolak mengingat kekhawatiran anak harimau ini lepas dari jeruji kandang yang lebar. Namun karena dipastikan akan aman, maka akhirnya dipindahkan ke kandang besar. Sayangnya, tidak berapa lama anak harimau itu kabur dan keluar dari sisi jeruji kandang besar.

“Jadi dokter hewan Jen itu yang mengatakan agar anak harimau itu dipindahkan ke kandang besar. Dia bilang tak akan lari karena sudah ada dipasang jaring penghalau matahari. Jadi bukan diambil atau dicuri, melainkan benar-benar keluar kandang yang jerujinya ukuran besar.”

Sebenarnya, anak harimau itu sebelum evakuasi sudah di rumah kepala desa. Kepala desa menghubungi dan menawarkan anak harimau itu. Dia langsung menghubungi BKSDA Sumut, dan mencoba mengulur waktu kepala desa agar tak menjual ke pihak lain.

Karena anak harimau terlihat lemas, kepala desa menghubungi dia lagi dan tak perlu membayar.

Suhut Helsaki, Kepala Seksi WIlayah VI, berangkat ke desa itu buat penyitaan.  Jadi, katanya, anak harimau sudah di kandang di rumah kepala desa. “Suhut berhasil menyita dan menitipkan ke kami. Begitu sehat akan dirilis ke alam di hutan Barumun. Sayangnya, kabur dari kandang. Aku sudah diperiksa penyidik PPNS BKSDA dan ditunjukkan bukti, benar lari dari kandang, sisa bulu dekat kandang,” katanya.

Dia yakin anak harimau kabur dari kandang itu masih sehat. “Dua hari lalu masih terlihat jejak. Dia mampu bertahan di hutan Barumun, karena masih alami dan jauh dari pemburu.”

Mengenai induk harimau, dia membenarkan ikut membantu BKSDA Sumut mencari si pembunuh. Sayang tak berhasil.

Hotmauli Sianturi, Kepala Balai Besar KSDA Sumut, mengatakan,  dari investigasi mereka, anak harimau lepas dari kandang karena jeruji kurang rapat.

Anak harimau Sumatera betina ini, terkena perangkap pemburu selama lima hari di Desa Banua Tongah, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Minggu (10/4/16). Tim evakuasi datang dan harimau selamat.

Sebelum disita BKSDA Sumut, ternyata anak harimau ini sudah dimasukkan dalam kandang dan siap dijual.
Sebelum disita BKSDA Sumut, ternyata anak harimau ini sudah dimasukkan dalam kandang dan siap dijual.
Pada 23 Juli 2016, Yayasan Parsamuhan Bodhicitta Mandala Medan, melalui Syukur Alfajar, Conservation Program Manager Yayasan Bodhicitta Mandala Medan memberikan kronologi seputar harimau, Hamidah, dari proses evakuasi sampai hilang dan upaya pencarian.

Adapun kronologis penyelamatan (evakuasi) hingga lepasnya anak harimau Hamidah dari kandang sementara di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) di Kecamatan Batang Onang, Kabupaten Padang Lawas Utara, sebagai berikut:

8 April 2016:
Kepala Desa Simangambat Dolok, Damri menelepon Syukur Alfajar, Conservation Program Manager Yayasan Persamuhan Bodhicitta Mandala Medan, dan mengatakan akan ada anak harimau dijual. Ada beberapa kali beliau menelepon. Syukur menanyakan dimana lokasi anak harimau dan bagaimana kondisinya. Karena concern penyelamatan satwa. Tetapi Damri menanyakan tentang harga penjualan anak harimau.

10 April 2016:

Sore hari ketika Syukur keluar dari lokasi camp BNWS, Damri, mencegat dan mengatakan “Tolong ambil anak harimau itu. Anak harimau tidak dijual lagi tetapi ambil saja karena sudah empat hari di lubang jerat.” Lubang jerat merupakan salah satu cara masyarakat Paluta menangkap satwa buruan seperti rusa atau kijang.

Begitu Syukur kembali ke camp dan mendapatkan jaringan internet, dia men-share ke grup whatsapp (WA) Barumun Nagari, sebuah kelompok diskusi berbagai lembaga yang berkolaborasi dalam program konservasi Suaka Margasatwa Barumun. Syukur tujukan pesan kepada Gunawan, Kepala Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan BBKSDA Sumut, bahwa ada anak harimau terjerat di dalam lobang jerat rusa di Kecamatan Batang Onang. Syukur share juga nomor telepon Kepala Desa Simangambat Dolok, Damri, kepada Gunawan.

Meskipun lokasi anak harimau berada adalah di Desa Purba Tonga, sebuah desa di sebelah Simangambat Dolok, tetapi nomor Kades Simangambat Dolok yang Syukur berikan karena yang memberi informasi pertama kali. Jarak Simangambat Dolok ke Purba Tonga kira-kira delapan km.

11 April 2016:
Pagi hari, Suhut Hesaki Tampubolon, Kasi Konservasi Wilayah VI BKSDA Sumut menelepon Syukur, sekitar pukul 6.00 pagi. Beliau yang sudah mendapat perintah dari KSDA Wilayah III, mengatakan sudah menelepon Damri dan akan meluncur ke lokasi anak harimau dijerat. Suhut meminta Syukur menyusul di belakang untuk memback-up operasi evakuasi sebagai mitra dari BBKSDA Sumut.

Saat itu, Suhut sudah berada di dekat Bandara Aek Godang. Perkiraan jarak antara Padang Sidempuan-Aek Godang sekitar satu jam. Begitu menerima telepon Suhut, Syukur bersiap-siap. Ada juga informasi tambahan bahwa Suhut juga menghubungi drh. Jen Shower, relawan dari Australia, saat itu menjadi relawan di lembaga Sumatra Rainforest Institute (SRI). Jarak kantor SRI yang berlokasi di Kota Panyabungan ke tempat anak harimau sekitar 2,5 jam (lebih kurang 110 km).

Syukur meluncur ke Daerah Sosopan di Daerah Pasar Matanggor. Satu jam kemudian setelah Syukur sampai di Pasar Matanggor, Suhut mengabari bahwa tidak perlu lagi ke lubang anak harimau terjerat, jaraknya menurut informasi orang kampung 3,5 jam perjalanan jalan kaki dari desa. Suhut meminta Syukur menunggu di Pasar Matanggor karena anak harimau sudah di dalam kotak di mobil Suhut. Suhut mengatakan akan membawa harimau ke BNWS untuk segera rilis ke habituasi Barumun Tiger Sanctuary.

Saat Suhut Hesaki keluar kampung mengendarai mobil operasional Manggala Agni BBKSDA Sumut, diikuti beberapa anggota Koramil Sosopan dan beberapa anggota masyarakat yang mendengar ada anak harimau terjerat dan ingin tahu anak harimau mau dibawa kemana.

Karena terlalu ramai, Suhut menghubungi Syukur dan mengatur skenario agar anak harimau di mobil dipindahkan ke mobil evakuasi BNWS yang Syukur tumpangi. Suhut akan melayani konfirmasi dari beberapa anggota masyarakat yang penasaran dan terus mengikuti kendaraan evakuasi.

Syukur meminta Suhut mencari tempat aman. Syukur akan berhenti di belakang dan memindahkan anak harimau ke dalam mobil Syukur supaya anak harimau dapat segera ditangani secara medis. Sementara Suhut berkomunikasi dengan kelompok masyarakat yang mengikuti. Setelah berhasil memindahkan anak harimau, Syukur melanjutkan perjalanan. Anak harimau sudah di dalam box kayu, Syukur coba lihat ke dalam dan dengar suara. Di dalam mobil yang Syukur tumpangi bersama, supir, dan Henry Wijaya, Program Director BNWS. Mereka mengendarai mobil jenis Toyota Hilux.

Waktu anak harimau sudah di dalam mobil, posisi tim kesehatan, Jen Shower, dari hasil komunikasi, Syukur perkirakan masih sekitar satu jam lagi baru tiba di Aek Godang. Syukur tetap komunikasi dengan Jen tentang bagaimana penanganan medis. Jen menyarankan mencari tempat sunyi dan ada air. Di sana nanti baru akan dicek apakah anak harimau sehat atau tidak. Sesuai saran Jen, mereka kemudian mencari tempat sunyi.

Suhut saat itu masih mengobrol dengan orang yang mengejar tadi. Tim SRI bersama Jen belum tiba. Setelah bertemu dengan lokasi yang sunyi dekat dengan sungai serta jauh dari akses masyarakat, mereka berhenti. Syukur terus intensif berkoordinasi dengan Suhut dan Jen. Suhut lebih dahulu tiba dan anak harimau diturunkan dari peti kayu. Syukur tidak bisa melihat jelas tapi dia pikir anak harimau haus. Syukur beri air. Anak harimau mau minum.

Syukur hubungi kembaliJen karena berpikir anak harimau harus segera ditangani oleh dokter hewan. Lalu 20 menit kemudian, barulah tim SRI beserta Jen tiba. Begitu mereka tiba, atas instruksi dan pengawasan Suhut, karena bukan SRI yang memimpin operasi penyelamatan, anak harimau itu kemudian dicek kesehatan. Secara kasat mata, Jen menyimpulkan anak harimau tersebut kurus dan tidak sehat. Karena Jen adalah wildlife rescuerer, penanganan medical rescue dipercayakan diambil alih olehnya. Kami hanya membantu seperlunya. Tindakan yang dilakukan selanjutnya memberi bius agar bisa dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan.

Dari hasil pemeriksanaan, Jen menyimpulkan anak harimau itu tidak bisa dirilis saat itu karena malnutrisi hingga perlu perawatan beberapa saat, tidak bisa dijelaskan beberapa saat itu seberapa lama, tetapi sampai kondisi pulih. Karena tempat itu sudah banyak orang datang, maka mereka putuskan membawa anak harimau pindah ke barak/camp gajah Unite Penyelamatan Populasi Gajah BBKSDA Sumut yang saat ini berlokasi di dalam areal BNWS. Barak gajah tempatnya terkontrol, ada pintu security hingga tidak sembarang orang bisa masuk.

Dalam perjalanan ke Barak Gajah, Zein menyarankan jika ada sungai, anak harimau perlu dimandikan supaya bersih. Jadi begitu ada sungai, anak harimau kami mandikan. Seperti yang tampak pada foto di berita Mongabay.

Sesampainya di barak gajah, Jen melakukan tindakan medis, anak harimau diberi infus. Mereka sediakan tempat yang rileks, jauh dari kerumunan orang, dan sejuk. Kemudian Jen menyuntikkan beberapa vitamin. Saat anak harimau mulai sadar, mereka beri minum susu, dan makan daging. Anak harimau sudah mulai memberi respon. Awalnya mereka beri daging ikan. Obat-obatan dan vitamin tersedia di Barak Gajah dan juga dibawa oleh tim SRI.

Pukul 17.00, kondisi anak harimau mulai pulih dan sudah bangkit, Jen kembali ke Padangsidempuan, begitu juga SRI dan Kasi Konservasi Wilayah VI BBKSDA Sumut. Malam itu anak harimau mereka masukkan ke dalam kandang sementara berukuran kecil (60 cm x 50 cm x 120 cm). Syukur ronda dan jaga malam di dekat kandang harimau. Dia tidur di sana sampai pagi.

12 April 2016:
Pagi hari, Syukur beri makan anak harimau dengan susu. Respon sudah bagus. Sekitar pukul 10.00, tim SRI dengan Jen datang. Siang hari karena kondisi di Garak Gajah sudah banyak yang tahu hingga banyak pekerja camp penasaran jadi kurang nyaman untuk anak harimau. Anak harimau kemudian dipindahkan ke lokasi penyelamatan yang nantinya menjadi tempat Tiger Santuary. Daerah itu sangat terbatas aksesnya.

Di lokasi ini rencananya anak harimau akan dimasukkan ke dalam kandang besar (3,5 x 3,5 x 4 m). Tetapi sebagian besar mereka yang ada di lokasi menilai, lubang kandang besar—kandang untuk mamalia sedang dewasa –ini terlalu besar hingga khawatir anak harimau bisa keluar sesuai teori kucing, jika kepala bisa keluar makan badan juga. Tetapi Jen menyarankan bisa diatasi dengan membuat jaring bayangan atau jaring matahari. Kandang besarpun ditutup sekelilingnya dengan jaring matahari.

Setelah diberi makan, anak harimau dalam kandang kecil kemudian dimasukkan ke dalam kandang besar dengan catatan pintu kandang kecil tetap tertutup, hingga anak harimau berada di dua kandang, di dalam kandang kecil yang dimasukkan lagi ke dalam kandang besar. Sorenya, Jen dan Kasi Konservasi Wilayah VI kembali ke Sidempuan. Syukur tetap jaga malam di samping kandang harimau mengamati perkembangan harimau.
13 April 2016:
Pagi hari anak harimau Syukur beri minum susu. Sudah mulai kuat minum susu. Syukur berikan makanan dan sampai tiga kali tambah makanan. Anak harimau sudah kuat. Sekitar pukul 9.00, Syukur rekam video anak harimau dan share ke grup WA Barumun Nagari. Syukur mengabarkan kepada kawan-kawan tentang perkembangan anak harimau. Syukur sampaikan ke kawan-kawan anak harimau diberi nama Hamidah.

Syukur menghubungi kembali Jen. Syukur kabarkan Hamidah sudah kuat makan dan minum susu dan meminta saran apa tindakan selanjutnya. Jen mengatakan agar membuka pintu kandang kecil tetapi tetap di dalam kandang besar. Syukur sempat menolak dengan argumentasi seperti kemarin, tetapi Jen berkeras dan mengatakan anak harimau butuh tempat yang lebih luas dari kandang kecil. Serta meyakinkan, teknik penutupan dengan kain sudah cukup untuk mencegah harimau keluar dari sela- sela jerejak kandang. Syukurpun mengikuti saran ini. Syukur amati kondisi sekitar dan memperhatikan perilaku anak harimau setelah keluar dari kandang kecil sekitar 20 menit.

Kemudian, kepada keeper, —biasanya ada tiga orang keeper yang menjaga siamang, burung, dan hewan lain–, Syukur titipi tugas untuk melihat kandang harimau. Karena sudah tiga hari mendampingi anak harimau dan wartawan juga sudah mulai berdatangan, Syukur pikir sudah waktunya melayani pertanyaan-pertanyaan dan wawancara wartawan. Syukur kemudian turun ke pos keamanan dan meminta keeper menjaga anak harimau.

Kira-kira setelah setengah jam saya di pos keamanan, keeper yang bernama Ali menghubungi Syukur dan mengabarkan bahwa Hamidah lepas. Syukur bilang, akan datang, ada beberapa wartawan yang Syukur tinggalkan. Syukur bilang ke wartawan, nanti bisa menelpon saja. Syukur kembali ke kandang harimau dan melihat Hamidah sudah tidak ada. Waktu itu hanya ada satu keeper yakni Ali beserta isterinya yang memang tinggal di situ dan Muhammad Hatta petugas dari BBKSDA Sumut, tenaga bakti rimbawan KPHK SM Barumun yang sedang pemetaan di daerah itu. Kepada tim, Syukur katakan untuk tidak mengganggu kandang sampai tim penyidik BKSDA datang.

Tak menunggu, saya segera menghubungi kepala Resort SM Barumun II (lokasi BNWS ada di wilayah Resort SM Barumun II Seksi Konservasi Wilayah VI, Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan, BBKSDA Sumut), Parta Basmely, mengabarkan bahwa anak harimau lepas. Syukur meminta, Partamelaporkan kondisi secara struktural dan segera datang untuk mengecek. Setengah jam kemudian Parta tiba.

Tindakan yang mereka lakukan segera cari dan selamatkan (search and rescue/SAR) karena waktu itu musim kemarau. Mereka serakkan beberapa kantung air dan sebar makanan di beberapa tempat karena harimau masih anakan dan belum bisa mencari makan sendiri sambil terus pencarian fisik. Mereka periksa juga lubang-lubang alam di sekitar lokasi. Tetapi anak harimau tidak berhasil ditemukan.

14 April 2016:
Tim dari penyidik BBKSDA Sumut datang dan memeriksa. Selain Syukur, keeper BNWS yang berada di lokasi saat Hamidah lepas juga diperiksa oleh penyidik (PPNS BBKSDA Sumut) selama satu hari satu malam. Mereka menemukan lubang celah jerejak di kandang besar yang kiri kanan besi terdapat bulu-bulu anak harimau itu. Kemungkinan dari celah itu anak harimau berusaha dan berhasil keluar. Foto dan bulu mereka kumpulkan sebagai bukti. Selesai diperiksa dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) ditandatangani mereka kembali melakukan pencarian.

Pada saat proses pencarian ini teman-teman dari SRI datang membawa kandang jerat, jaring, dan obat bius. Mereka sama-sama mencari. Setelah empat hari karena anak harimau tidak ditemukan, tim SRI pulang. Untuk melanjutkan pencarian, Syukur tidak punya cukup tenaga. Syukur mengajak salah seorang teman membantu melakukan pencarian. Bersama-sama mereka terus melakukan pencarian. Mereka menyebar kantong air, menyebar beberapa potong daging, kemudian di daerah tertentu kita pasang jaring ikat, jaring berdiri untuk menjerat anak harimau dan menangkapnya. Satu lagi metodenya, adalah kandang jebak, kandang besi. Selama satu minggu mereka cari terus secara intens. Anak harimau belum berhasil ditangkap tetapi mereka menemukan jejak-jejak yang diyakini jejak kaki anak harimau.

Dua minggu kemudian, dalam proses pencarian, mereka melihat anak harimau dengan kasat mata pada malam hari sebanyak tiga kali. Mereka juga melakukan pencarian siang dan malam hari untuk memperbesar kemungkinan perjumpaan. Mereka menggunakan cahaya senter untuk mencari perhatian mata harimau. Sampai sekarang, mereka masih terus melakukan pencarian. Tetap dengan metode kandang jebak dan juga pengamatan lingkungan apakah lingkungan ini mendukung harimau hidup atau tidak. Salah satu faktor, air dan makanan kecil yang mungkin ditangkap.

Waktu mereka menelusuri, menemukan sungai dengan stadia U, sungai tua, musim kemarau panjangpun akan ada titik-titik air seperti sumur yang terpotong-potong di daerah itu, dalam sungai ada yang satu meter, ada setengah meter. Dengan temuan itu, mereka yakin sumber air tetap ada. Daerah itu juga habitat ayam hutan. Dari kedua faktor itu, mereka yakin anak harimau itu bisa bertahan. Lokasi itu juga cukup aman dari ancaman predator lain.

Kemudian pada masa-masa hujan mereka lakukan pengamatan jejak, jejak masih mereka temukan sampai sekarang.

19 April 2016:
Tanggal 19 April 2016, setelah tim penyidik dari BBKSD datang, Syukur menerima surat teguran dari BBKSDA ke Yayasan Persamuhan Bodhicitta Mandala Medan sebagai lembaga yang isinya teguran tertulis atas kelalaian menjaga anak harimau. Teguran tertulis ini meminta yayasan terus melaporkan hasil pencarian anak harimau (yang masih terus dilakukan) dan menyarankan perbaikan kandang. BBKSDA menyimpulkan, tidak ada tindakan kriminal atau kesengajaan atas peristiwa ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,