Terdampar di Pantai Alue Naga, Paus Sperma Ini Mati

Satu individu paus sperma mati setelah terdampar di Pantai Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, 4 Agustus 2016. Paus yang panjangnya tujuh meter lebih tersebut diperkirakan mati karena sakit atau kelelahan setelah terdampar ke bibir pantai.

Paus sperma atau paus kepala kotak (Physeter macrocephalus) adalah makhluk terbesar dalam kelompok paus bergigi sekaligus hewan bergigi terbesar di dunia. Paus ini dinamakan paus sperma karena bahan putih susu spermaceti yang terdapat pada kepalanya, dan pada awalnya diduga sebagai sperma. Ukuran kepalanya ini diperkirakan sekitar 40% dari panjang badannya.

Salah seorang nelayan dari Alue Naga, M. Nasir menyebutkan, dirinya telah melihat paus tersebut bersama satu paus lainnya pada 3 Agustus 2016 siang. Saat itu, kedua paus berada di laut antara Banda Aceh dan Pulau Sabang.

“Malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, kedua paus tersebut terseret arus ke bibir pantai. Kami melihat satu paus berhasil melepaskan diri dan berenang ke tengah laut, sementara satu lagi tidak bergerak.”

Melihat hal tersebut, warga langsung melaporkan ke kepala desa setempat untuk selanjutnya dilaporkan ke pihak terkait. “Setelah itu kabar tersiar dan ribuan warga berdatangan untuk melihat makhluk berbadan besar itu,” sambung M. Nasir.

Paus sperma ini panjangnya sekitar tujuh meter dan mati yang diduga akibat sakit atau kelelahan akibat terdampar. Foto: Junaidi Hanafiah
Paus sperma ini panjangnya sekitar tujuh meter dan mati yang diduga akibat sakit atau kelelahan akibat terdampar. Foto: Junaidi Hanafiah

Petugas Satuan Kerja Pengawasan dan Sumber Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Banda Aceh, Bustami mengatakan, dirinya belum mengetahui penyebab paus tersebut terdampar ke bibir pantai dan mati. Karena, paus sperma termasuk salah satu paus yang kuat.

“Perkiraan sementara kami, mati karena sakit atau kelelahan saat berusaha keluar dari bibir pantai. Kepastiannya, kami belum tahu.”

Bustami mengatakan, tim dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, telah mengambil sampel paus tersebut, untuk diteliti penyebab kematiannya. “Kita akan cari tahu kenapa terdampar dan mati. Dokter telah mengambil sampel sirip dan giginya.”

Paus sperma ini telah diambil sampel tubuhnya untuk diteliti penyebab kematiannya. Foto: Junaidi Hanafiah
Paus sperma ini telah diambil sampel tubuhnya untuk diteliti penyebab kematiannya. Foto: Junaidi Hanafiah

Bustami juga mengatakan, paus yang mati sama dengan mamalia lainnya, cepat menyebarkan bakteri dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga, tidak boleh didekati atau dipegang tanpa ada pelindung.

“Bakteri yang keluar dari bangkai paus sperma jauh lebih berbahaya dari bakteri yang ada pada mayat manusia.”

Berdasarkan, Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) penanganan bangkai paus sperma ini, sambung Bustami, yang harus dilakukan adalah di tenggelamkan ke tengah laut atau di tanam. Tidak boleh dibiarkan membusuk di pantai.

Anatomi kepala paus sperma. Sumber: Wikipedia
Anatomi kepala paus sperma. Sumber: Wikipedia
Inilah otak paus sperma yang beratnya lima kali dari otak manusia. Sumber: Wikipedia
Inilah otak paus sperma yang beratnya lima kali dari otak manusia. Sumber: Wikipedia

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Ridwan menyebutkan, untuk menghindari penyebaran bakteri dan bau busuk bangkai paus tersebut, BPBD telah menguburkan bangkai yang beratnya hampir tiga ton tersebut dengan menggunakan alat berat.

“Kamis malam, paus telah dikubur di bibir pantai. Solusi ini diambil karena tidak mungkin di tarik ke tengah laut untuk ditenggelamkan. Setelah musyawarah dengan semua pihak, diputuskan untuk dikubur,” sebut Ridwan.

Perbandingan ukuran panjang paus sperma dengan makhluk lainnya. Sumber: Media-2.web.britannica.com
Persebaran paus sperma, kecuali di wilayah yang tertutup es. Sumber: Wikipedia
Persebaran paus sperma di dunia, kecuali di wilayah yang tertutup es. Sumber: Wikipedia
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,