Antisipasi Kebakaran Lahan Gambut, Ratusan Sumur Bor Disiapkan di Lokasi Rawan di Kalteng

Badan Restorasi Gambut (BRG) awal minggu ini resmi menyerahkan 200 sumur bor dan 20 mesin pompa yang tersebar di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Pembangunan sumur bor ini dilakukan secara kolaboratif bersama Masyarakat Peduli Api (MPA) di lima desa, yaitu Desa Tumbang Nusa 50 unit, Taruna 50 unit, Pilang 50 unit, serta Garong dan Gohong masing-masing 25 unit. Pemeliharaan dan pengoperasian sumur bor nantinya akan dilakukan oleh MPA setempat bersama masyarakat.

Lokasi Kabupaten Pulang Pisau dipilih karena merupakan kabupaten prioritas dalam penanganan lahan gambut dan merupakan salah satu kabupaten yang terbakar hebat tahun lalu di Kalteng.

“Di APBNP kami menganggarkan sekitar empat ribu sumur bor untuk empat kabupaten yang jadi prioritas tahun ini,” jelas Deputi Bidang Konstruksi, Operasional dan Pemeliharaan BRG Alue Dohong di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya Pulang Pisau, Minggu (7/8/16). Ia menambahkan, mesin pompa dan perlengkapannya merupakan hibah dari Norwegia.

Menurut Alue, sumur bor ini tak hanya berlaku sebagai sumber air untuk memadamkan  api, tapi juga untuk membasahi gambut. Untuk Pulang Pisau, BRG merencanakan akan menambah lagi 1.000 unit sumur bor, dan juga akan membantu upaya persemaian dan penanaman yang dialokasikan di dua desa seluas 60 hektar.

Merujuk data KLHK 2015 kawasan gambut yang ada di Kalteng melingkupi luas 4.873.702,4 hektar, dimana hasil verifikasi ground check lapangan luas area yang terbakar mencapai 402.779 hektar pada 2015 lalu.

Sumur bor nomor 25 yang ada di Desa Taruna, Pulang Pisau. Foto: Ridzki R. Sigit
Sumur bor nomor 25 yang ada di Desa Taruna, Pulang Pisau. Foto: Ridzki R. Sigit

Sebelumnya, pada tanggal 18 Mei 2016, Pemprov Kalteng telah membentuk Tim Restorasi Gambut daerah yang diharapkan bisa bersinergi dengan program BRG. Strategi penanganan kebakaran hutan dan lahan saat ini diarahkan kepada pencegahan, dan tidak semata lagi hanya fokus pada upaya pemadaman api.

“Ini sesuai arahan Presiden 16 Januari 2016 di Istana Bogor. Kerangka regulasi di tingkat pemda harus berorientasi pada upaya pencegahan,” jelas Kepala Dinas Kehutanan Kalteng, Sipet Hermanto.

“Juga harus melibatkan aparatur pemerintahan, masyarakat, pelaku usaha, termasuk patroli terpadu yang melibatkan TNI, Polri, Manggala Agni dan komponen masyarakat.”

Menurut Hermanto, Pemprov Kalteng telah melakukan pemetaan daerah rawan kebakaran, inventarisasi kepemilikan lahan, pembangunan sumur bor dan kanal bloking (tabat), serta pembuatan embung di daerah yang rawan kekeringan dan kebakaran yang tertuang dalam RPJMD 2016-2020.

Dia menjelaskan, Pemprov Kalteng telah merencanakan pembangunan 2.000 unit sumur bor. Dengan rincian 60% (1.200 unit) oleh pemerintah. Itu terdiri dari Pemerintah pusat 30% (600 unit), Provinsi 10% (200 unit), Kabupaten Kota 20% (400 unit). Sedang sisanya 40% (800 unit) merupakan kontribusi dari mitra kerja pemerintah yaitu dari privat perkebunan, pertambangan, kehutanan, jasa kontruksi maupun sektor perbankan.

Edy Pratowo, Bupati Pulang Pisau, menambahkan saat ini di Pulang Pisau telah terbentuk 84 kelompok MPA dengan jumlah personil mencapai 840 orang untuk upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Menurutnya, Kabupaten Pulang Pisau pun telah memiliki peta rawan kebakaran, peta penempatan kolam tampung air (embung), dan peta sumur bor. Saat ini pihaknya sedang membangun empat buah embung dan memasang 184 sumur bor, serta mengadakan alat pemadam portable.

“Kami juga sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. Serta mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” ucapnya.

Untuk diketahui luasan gambut yang ada di Kalteng, maka 3.160.604,6 hektar terletak di kawasan budidaya, sedangkan 1.670.097,9 hektar merupakan kawasan lindung yang umumnya terdiri dari kubah gambut. Deposit karbon yang terkandung dalam gambut di Kalteng diperkirakan mencapai 6,35 giga ton yang jika lepas sebagai emisi ke atmosfer akan berpengaruh signifikan kepada iklim dunia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,