Ketika Merah Putih Raksasa Berkibar di Tebing Harau

lembah harau3-IMG20160817102333Tim pemanjang tebing Lembah Harau, dari Komunitas Merah Putih Lembah Harau, usai mengibarkan sang merah putih di tebing setinggi 300 meter dengan bendera sepanjang 50 meter, lebar 30 an meter. Foto: Vinolia

Lagu Indonesia Raya berkumandang di antara tebing-tebing cadas Lembah Harau, Kabupaten  Limapuluh Koto, Sumatera Barat saat peringatan detik-detik proklamasi Rabu (17/8/16). Lembah Harau, salah satu kandidat geopark dunia.

Teriakan merdekapun menggema seiring pengibaran bendera raksasa berukuran 50×33,3 meter di tebing vertikal ketinggian 300 meter. Dari puncak tebing, 17 orang tergabung dalam Komunitas Merah Putih Lembah Harau (MPLH) terlihat sangat kecil. Mereka bak semut hitam menempel di dinding tebing, sesekali bergerak.

Sekitar dua jam pemanjat tebing bahu-membahu mengembangkan bendera berbahan perasut ini dengan mengikatkan sudut-sudutnya di tebing. Bendera pun berkibar sekitar pukul 09.45.

Riuh tepuk tangan terdengar dari ratusan warga yang menyaksikan aksi sejak pagi buta ini. Setelah bendera berkibar, seluruh peserta upacara bendera di lapangan menghadap Tebing Lembah Harau.

Tak lama setelah berkibar, kain pinggiran bendera sobek, diduga tiupan angin gunung begitu kencang. Insiden ini sempat membuat peserta upacara terkejut.  Meskipun begitu, bendera tetap berkibar.

“Tidak mudah mengibarkan bendera berukuran besar di tebing vertikal ketinggian 300 meter, hembusan angin kencang membuat tepi-tepi bendera salah satu sisi sobek. Beruntung para pemanjat tetap fokus,” kata Ketua Komunitas Pemanjat Tebing Harau, Zulnofri juga instruktur panjat tebing.

Para pengibar bendera, katanya, merupakan atlet panjat tebing professional. Mereka sudah malang melintang mengikuti kejuaraan, rutin berlatih tiap minggu mengasah kemampuan. Sebulan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan latihan lebih intens.

Pengibaran bendera merah putih ini,  sejak  Komunitas MPLH terbentuk 4 tahun lalu. Kegiatan ini sebagai bukti cinta komunitas pemanjat tebing terhadap negeri, sekaligus mempopulerkan pesona tebing ke mata dunia. “Dari harau menuju dunia” menjadi tagline di tengah hamparan padang rumput.

Guna memotivasi diri,  ukuran bendera tiap tahun lebih besar. Tahun pertama,  ukuran bendera delapan meter, kedua 20 meter, ketiga 30 meter dan tahun ini 50×33,3 meter. Biaya pembuatan bendera Rp20 juta dari swadaya anggota komunitas ditambah sumbangan masyarakat. Tahun depan, katanya, mereka berencana memecahkan rekor Muri.

“Dengan kegiatan ini kami ingin memotivasi generasi muda lebih mencintai negeri ini. Memaknai mendapatkan kemerdekaan tak mudah, nyawa taruhannya. Kami juga ingin Lembah Harau jadi pusat kejuaraan panjat tebing dunia,” ucap Zulnofri.

lembah harau6-IMG20160817094803Sang merah putih berkibar di tebing Lembah Harau. Foto: Vinolia

Sebagai bentuk pengkaderan, komunitas ini juga membuka sekolah panjat tebing setiap tahun. Dalam setahun mereka bisa meluluskan dua angkatan dibina ahli-ahli atau guru panjat tebing dari Jakarta dan Bandung. Ada tiga kelas, tingkat dasar, lanjut dan instruktur. Sejak sekolah ini dibuka,  sudah enam angkatan lulus lewat binaan Komunitas MPLH, sedangkan komunitas induk Vertical Rescue di Bandung, sudah  65 angkatan lulus.

 

 

Calon taman bumi

Pengibaran bendera raksasa ini mendapat apresiasi Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Dari foto-foto pengibaran bendera yang dikirim ke grup IAGI, para ahli bebatuan ini takjub dan berencana ikut program pengibaran bendera tahun depan. Mereka akan mensponsori pembuatan bendera raksasa berukuran 200×300 meter untuk memecahkan rekor Muri.

Naah…Lembah Harau juga warisan geologi, calon geopark juga, tahun depan kita ikut kegiatan disana sekalian mendorong percepatan menjadikan geopark,”  kata anggota IAGI Ade Edward Darwin dalam pesan elektronik kepada Mongabay, Rabu (17/8/16).

Pada 1994-1995, Ade, peneliti Geologi Indonesia ini pernah meneliti bebatuan di sini. Hasilnya, diketahui dataran Lembah Harau merupakan hasil sedimen danau purba. Di dalam batuan dasar–berupa batuan sama dengan Tebing Harau–sampai kedalaman 60 meter belum dijumpai.

“Artinya masih jauh di bawah. Lembah Harau sangat diketahui keunikan bisa jdi salah satu geopark nasional dan dunia. Hanya selama ini belum dapat dukungan daerah,” katanya.

Dengan pengibaran merah putih ini, ucap Ade,  bisa menjadi momentum pas. “Tinggal bagaimana daerah bisa menciptakan situasi kondusif untuk percepatan. Dari pusat (Badan Geologi Energi dan Sumber Daya Mineral-red) sudah ada rencana ke situ.”

Geopark (taman bumi) memandang alam dan masyarakat dalam hubungan timbal balik sangat erat, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Di taman bumi, keragaman hayati, dan budaya dilindungi melalui pendidikan dan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat

Menurut Chris Woodley-stewart, Manajer Geopark Pennines , Inggris Raya,  sebut Ade, geopark tak hanya berkaitan dengan batuan, juga manusia. Masyarakat perlu terlibat.

“Kami ingin orang banyak berkunjung dan menikmati geologi di dalamnya. Untuk memaksimalkan geowisata, demi keuntungan masyarakat setempat dan membantu mereka memahami evolusi bentang alam tempat mereka tinggal.”

lembah harau10-IMG20160817100658 (1)Para pemanjat tebing dan warga usai upaya bendera memperingati HUT RI ke-71. Foto: Vinolia

lembah harau9-IMG20160817104307Lembah Harau, nan indah. Foto: Vinolia

lembah harau1-IMG20160817100232Warga yang ikut menyaksikan pengibaran bendera merah putih di tebing Lembah Harau, sekaligus upacara bersama. Foto: Vinolia

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,