Pondok Sandal Jodoh yang Membuat Wisatawan Kepincut. Seperti Apa?

Aprianto dan Winda Ulfa bergantian motret. Di depan sampah sandal berbentuk pagar yang diberi nama Pondok Sandal Jodoh itu,mereka bergaya. Lokasinya di kawasan Pantai Tapak Paderi, Kelurahan Pondok Besi, Kota Bengkulu. Puas berpose, mereka pindah lokasi, ke pajangan botol bekas yang berada di sebelah sandal tersebut, Senin (22/8/2016) siang.

“Kreatif. Sampah yang identik barang tak berguna, bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan,” ujar Aprianto, mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Bengkulu kepada Mongabay Indonesia. Aprianto yang berdomisili di Desa Karang Tinggi, Bengkulu Tengah ini,mengetahui keberadaan Pondok Sandal Jodoh melalui media sosial.

“Keren. Bila ide kreatif ini muncul sejak lama, mungkin sebagian masalah sampah di pantai Bengkulu terselesaikan,” tambah Winda, mahasiswi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu yang tinggal di Kelurahan Penurunan, Kota Bengkulu.

Aprianto pun puas dengan fotonya yang berlatar sandal dan botol plastik itu. “Saya akan promosikan dan ajak teman ke sini. Kreativitas warga Kelurahan Pondok Besi patut diapresiasi dan menjadi contoh masyarakat lain.”

Adalah Agus Feri, warga Kelurahan Pondok Besi yang terlibat membuat Pondok Sandal Cinta. Menurutnya, ide tersebut tidak sengaja. Awalnya, ia menggantungkan sampah sandal sebagai kritik terhadap pemerintah daerah. Tidak diduga, deretan sampah sandal itu malah dijadikan latar foto oleh wisatawan.

“Bukan hanya sandal, botol plastik bekas dan pecahan karang pun kami manfaatkan. Semakin hari, semakin banyak pengunjung yang berfoto. Hanya saja, sampah kayu yang belum bisa kami maksimalkan. Sejauh ini, upaya yang kami lakukan adalah membakarnya.”

Sepasang pengunjung berfoto di depan Pondok Sandal Jodoh, di Pantai Tapak Paderi, Kelurahan Pondok Besi, Kota Bengkulu. Pondok sandal Jodoh merupakan sarana pengolahan sampah menjadi bentuk yang menarik dan aktraktif. Foto : Dedek Hendry
Sepasang pengunjung berfoto di depan Pondok Sandal Jodoh, di Pantai Tapak Paderi, Kelurahan Pondok Besi, Kota Bengkulu. Pondok sandal Jodoh merupakan sarana pengolahan sampah menjadi bentuk yang menarik dan aktraktif. Foto : Dedek Hendry

Menurut Agus, hampir sebulan ini, jumlah wisatawan lokal yang datang meningkat. Dalam sehari bisa mencapai 500 orang. Pengunjung tidak dipungut bayaran, namun didorong memberikan sumbangan saja. Uang yang terkumpul itu digunakan untuk membeli peralatan, membuat tempat sampah, gotong royong membersihan pantai, dan kegiatan sosial masyarakat di Kelurahan Pondok Besi.

“Kami berharap pemerintah ikut mengatasi sampah kayu. Saat air pasang, kayu, ranting, bahkan batang terbawa ke pantai. Pernah, kami disarankan agar tidak membakar kayu, namun kami juga tidak diberikan solusi,” tambah Dero Ardiansyah, warga Kelurahan Pondok Besi lainnya.

Kota Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia membuatnya memiliki pantai yang dapat dijadikan objek wisata. Sebut saja Pantai Pasir Putih, Pantai Panjang, Pantai Malabero,Pantai Tapak Paderi, dan Pantai Jakat dengan garis pantai sekitar 10 kilometer. Khusus Pantai Tapak Paderi, tidak jauh dari wilayah ini terdapat Benteng Marlborough, benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara yang dibangun 1714 – 1719.

Pariwisata

Manager Program Walhi Bengkulu Fery Fadli menilai, Pemerintah Daerah Bengkulu perlu melihat inisiatif warga Kelurahan Pondok Besi tersebut. Menurutnya, pelibatan masyarakat setempat untuk mengatasi sampah di sepanjang pantai Kota Bengkulu sangat potensial dilakukan dengan memberikan reward atau insentif.

“Insentif yang diberikan pengunjung sifatnya sukarela, belum tentu akan berkelanjutan. Pemerintah daerah perlu mengantisipasi dengan mendorong pelaku industri pariwisata mengalokasikan dana CSR. Sehingga, partisipasi masyarakat untuk mengatasi masalah sampah berkelanjutan bisa dilakukan.”

Mengapa pelaku industri pariwisata perlu mengalokasikan dana Menurut Fery, pelaku pariwisata akan sangat diuntungkan dengan kondisi pantai yang bersih. “Wisatawan pastinya nyaman dan puas. Peluang mereka kembali dengan mengajak keluarga, sahabat atau kolega, termasuk mempromosikannya melalui media sosial terbuka lebar,” paparnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,