Menjaga Terumbu Karang Dunia dari Kepunahan

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia secara bersamaan menghadapi ancaman kerusakan terumbu karang yang serius. Kerusakan tersebut disebabkan karena beragam faktor. Ada yang karena terkena dampak perubahan iklim, tapi juga ada yang disebabkan oleh faktor lain yang terjadi di tingkat lokal maupun global.

Pernyataan tersebut diungkapkan Profesor OveHoegh-Guldberg, seorang pakar terumbu karang dari Universitas Queensland (UQ) di Australia. Menurut dia, faktor lokal dan global yang memicu terjadinya kerusakan terumbu karang hingga menimbulkan pemutihan (bleaching), di antaranya karena ada proses pengasaman di laut.

“Selain itu, adajuga dampak karena badai yang mengakibatkan terjadinya banjir dan itu mengakibatkan munculnya penurunan kualitas air,” ucap pria yang menjabat Direktur Institut Global Change itu kepada Mongabay, minggu kemarin.

Lebih rinci Ove menjelaskan, gabungan faktor lokal dan global tersebut menjadi racikan kuat untuk memunculkan terumbu karang rusak. Meski tidak setiap negara memiliki faktor yang sama persis, namun bisa dipastikan kalau faktornya memiliki kesamaan.

“Faktornya itu sama saja, tapi proporsinya saja yang berbeda,” ungkap dia.

Tentang terjadinya penurunan kualitas air, Ove menilai itu terjadi di hampir semua negara di dunia. Kata dia, air yang kualitasnya buruk dan masuk ke dalam lautan akan bisa menghancurkan terumbu karang yang sehat dan indah.

Kondisi seperti itu, menurut Ove, sudah terjadi di Australia dan terumbu karang mengalami kerusakan karena air laut terkena polusi dari air di darat yang sudah menurun kualitasnya. Polusi air laut tersebut, tidak bisa dicegah dan itu membuat proses kerusakan semakin cepat dan tidak bisa dibendung lagi.

“Di Australia itu, air laut terkena polusi karena berasal dari air di darat yang sudah terkontaminasi oleh pupuk dan pestisida yang digunakan oleh para petani. Air yang mengandung pupuk dan pestisida itulah yang membunuh terumbu karang di Australia,” ucap dia.

Kondisi terumbu karang yang rusak, tertutupi pasir dan ditumbuhi algae banyak ditemukan di daerah yang diteliti di tiga pulau di pesisir Kota Makassar. Foto : Hardin/MSDC
Kondisi terumbu karang yang rusak, tertutupi pasir dan ditumbuhi algae banyak ditemukan di daerah yang diteliti di tiga pulau di pesisir Kota Makassar. Foto : Hardin/MSDC

Dengan melihat kondisi yang terjadi di Australia, Ove sangat yakin kalau di Indonesia kondisinya juga tidak berbeda jauh. Penurunan kualitas air, diakui dia menjadi faktor cukup dominan untuk merusak terumbu karang.

“Selain itu, faktor lain yang juga ikut berperan, adalah sampah plastik yang menjadi polusi berat di laut. Sampah plastik sudah menjadi masalah besar. Ini karena sifat dari plastik susah terurai jika sudah ada di alam,” jelas dia.

22 Negara, 1.000 kilometer

Di bawah Global Change Institute, Ove melakukan penelitian untuk memetakan kondisi terumbu karang di 22 negara yang mencakup Indonesia di dalamnya. Selama penelitian tersebut, Ove dan tim sudah memetakan terumbu karang seluas 1.000 kilometer.

Menurut Ove, menjaga kelestarian dan kesehatan terumbu karang sangatlah penting dilakukan oleh warga dunia. Hal itu, karena faktanya ada lebih dari 500 juta orang di dunia yang masih menggantungkan hidupnya pada ekosistem terumbu karang.

Karena masih banyak dimanfaatkan warga dunia, Ove menilai, jika terumbu karang banyak mengalami kerusakan, maka itu berpotensi akan menimbulkan kerugian di tingkat global. Untuk itu, dia mengingatkan kepada seluruh negara untuk bisa menjaganya dengan baik.

“Indonesia adalah salah satunya. Indonesia harus serius untuk menjaganya,” jelas dia.

Kegiatan pemantauan kondisi terumbu karang di perairan Bali utara, yang dilakukan dalam rangka peringatan Reef Check Day. Meski ecara umum kondisi terumbu karang di Bali utara relatif baik, ada kawasan dengan terumbu karang yang rusak. Foto : Reef Check Indonesia
Kegiatan pemantauan kondisi terumbu karang di perairan Bali utara, yang dilakukan dalam rangka peringatan Reef Check Day. Meski ecara umum kondisi terumbu karang di Bali utara relatif baik, ada kawasan dengan terumbu karang yang rusak. Foto : Reef Check Indonesia

Dalam masa empat tahun pemetaan terumbu karang tersebut, Ove menyebutkan, ada sejumlah tempat di Indonesia yang ikut diteliti. Salah satunya adalah perairan Karimun Jawa di Provinsi Jawa Tengah.

“Indonesia harus ada kepedulian terhadap terumbu karang. Karena, 60 persen penduduk Indonesia itu hidup di pesisir. Jadi sudah harus menjaganya dengan baik,” tutur dia.

Dalam melakukan pemetaan, Ove dan tim dibantu dengan kamera panoramik 360 derajat -berbentuk skuter dan menghasilkan 600.000 foto bawah laut yang kemudian akan dianalisa oleh para ilmuwan.

Ove mengemukakan, setelah melihat dan meneliti foto terumbu karang terbaru, bisa diambil kesimpulan bahwa kondisi terumbu karang di berbagai tempat untuk saat ini sangat memprihatinkan.

Pemutihan Terumbu Karang

Tantangan lain yang sedang dihadapi oleh warga dunia sekarang, menurut Ove, adalah bencana pemutihan terumbu karang. Proses alam tersebut tidak bisa dicegah oleh teknologi modern dan terjadi di semua tempat di seluruh dunia.

“Di Indonesia juga sama. Saat ini kondisinya sudah memburuk selama berbulan-bulan. Meskipun yang terburuk terjadi pada 1998 dan 2010, namun bencana pemutihan terumbu karang sekarang tetap menakutkan,” ungkap dia.

Faktor manusia, diakui Ove, ikut berperan besar dalam proses perusakan terumbu karang di seluruh dunia. Selain faktor yang sudah disebut di atas, ada faktor lain yang bersifat lokal seperti di Indonesia, yakni teknik menangkap ikan dengan cara merusak perairan (destructive fishing).

“Teknik seperti itu sangat rentan merusak terumbu karang. Harus ada ketegasan dari pemerintah Indonesia. Karena, terumbu karang ini sifatnya menjadi milik dunia, walau lokasinya ada di Indonesia,” sebut dia.

Dengan melihat fakta-fakta tersebut, Ove menghimbau kepada seluruh negara di dunia, utamanya negara perairan tropis, agar bisa membuat dan menerapkan regulasi yang baik untuk penyelamatan terumbu karang. Jika tidak dimulai dari sekarang, maka ancaman kepunahan terumbu karang tidak akan bisa dihindari lagi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,