Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida

Nusa Penida, sebuah kawasan kepulauan di Kabupaten Klungkung, Bali meniadakan semua aktivitas di laut selama 24 jam tiap tahunnya dengan sebutan Nyepi Segara sebagai penghormatan pada laut pemberi kesejahteraan. Kali ini dirayakan pada Minggu (17/10/16).

Nyepi berarti sepi, hening. Sementara Segara artinya laut. Suasana penghentian segala aktivitas laut nampak di titik-titik penyeberangan dari dan menuju Nusa Penida yang terdiri dari tiga pulau Nusa Ceningan, Lembongan, dan Nusa Penida ini.

Misalnya titik penyeberangan kapal di Pantai Sanur, Denpasar. Sejumlah speedboat yang rutin bekerja bolak balik menyeberangkan penumpang terlihat ditambatkan. Biasanya penyeberangan sudah ramai sejak pukul 7.30 pagi sampai sore sekitar pukul 4. Hari itu, mesin-mesin speedboat istirahat. Perjalanan dengan kapal cepat biasanya dilalui sekitar 30-50 menit dari Sanur menuju Nusa Penida tergantung kondisi gelombang.

Hanya warga yang tak merayakan Nyepi Segara di Sanur yang sedang menikmati pantai dengan mandi atau bermain pasir. Sementara di pesisir Kusamba, Kabupaten Klungkung warga sekitar turut menghormati Nyepi Segara ini dengan meniadakan aktivitas di perairan.

Nyoman Widana, salah satu warga di Nusa Penida merayakan Nyepi Segara dengan sembahyang di pura Segara. Pura ini umum dan cukup banyak tersebar terutama di pesisir. Tempat ritual penghormatan sang Baruna, simbol penguasa laut.

Menurutnya warga sangat menghormati Nyepi Segara ini dengan cara meniadakan semua aktivitas di laut. Misalnya tak mencari ikan, rehat dari rutinitas merawat lahan rumput laut, termasuk meniadakan segala aktivitas wisata air yang menjadi primadona di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida ini.

“Desa adat menerapkan sanksi bagi pelanggar, ada yang sanksinya denda ada juga beras. Tergantung desa adat masing-masing,” ujar Widana yang menjadi humas Badan Pengawas Desa Ped di Nusa Penida ini.

Sejumlah speedboat terlihat libur karena tak ada aktivitas penyeberangan dari dan ke kawasan perairan Nusa Penida selama 24 jam pada Minggu (16/10). Terlihat gugusan Nusa Penida dari titik penyeberangan pantai Sanur, Denpasar. Foto : Luh De Suriyani
Sejumlah speedboat terlihat libur karena tak ada aktivitas penyeberangan dari dan ke kawasan perairan Nusa Penida selama 24 jam pada Minggu (16/10). Terlihat gugusan Nusa Penida dari titik penyeberangan pantai Sanur, Denpasar. Foto : Luh De Suriyani

Nyepi Segara adalah kearifan lokal yang diwarisi turun temurun. Warga pesisir Nusa Penida menyadari laut sudah memberikan berkah dan kini saatnya pengendalian diri dengan merehatkan selama sehari. “Agar penguasa laut tak mengusik. Kami percaya kekuatan niskala dan tak berani melanggar,” tambahnya tentang keyakinan ini.

Secara ritual, Nyepi Segara bertolak dari Hari Raya Nyepi peringatan tahun baru Saka umat Hindu di Bali yang diperingati secara nasional tiap tahun. Ada upacara penyucian benda-benda sakral dan pengambilan air suci di laut untuk ditaruh di pura-pura lalu diberikan ke warga yang sembahyang. Kemudian ritual simbol pengorbanan dengan menghaturkan sejumlah hewan ke laut. Diakhiri dengan hening untuk introspeksi diri sendiri dan penyucian alam.

Saat Hari Nyepi, Bali menjadi senyap karena seluruh aktivitas dihentikan, terutama fasilitas publik termasuk bandara dan pelabuhan selama 24 jam penuh.

Ada empat hal yang dianjurkan tak dilakukan. Empat pantangan tersebut antara lain  Amati Karya,  Amati Geni, Amati Lelungan dan Amati Lelaungan. Amati Karya atau tidak bekerja dan tidak menjalankan aktivitas lainnya. Amati Geni, yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerang, Amati Lelungan tidak bepergian dan Amati Lelanguan tidak mengumbar hawa nafsu atau bersenang-senang.

Selain Nyepi di laut, sejumlah desa lain juga melakukan ritual Nyepi versi lainnya dengan cara berbeda. Desa-desa adat di Bali menerapkan Desa Kala Patra artinya menghormati tiap ritual sesuai keyakinan dan waktunya. Untuk menyederhanakan, Nyepi diseragamkan waktunya oleh pemerintah di era Orde Baru dan menjadi hari libur nasional.

Jembatan Roboh

Nyepi Segara tahun ini riuh karena sebuah jembatan yang menghubungkan pulau terkecil Nusa Ceningan dengan Nusa Lembongan di kawasan perairan Nusa Penida ini ambrol. Laporan sementara pemerintah pada pukul 23.00 WITA menyebut sedikitnya 9 korban meninggal dan 30 luka-luka.

Jembatan yang menghubungkan dua pulau Nusa Ceningan dan Lembongan di kawasan konservasi perairan Nusa Penida ambrol pada Senin petang. Sedikitnya 9 meninggal dan 30 luka. Foto : BNPB
Jembatan yang menghubungkan dua pulau Nusa Ceningan dan Lembongan di kawasan konservasi perairan Nusa Penida ambrol pada Senin petang. Sedikitnya 9 meninggal dan 30 luka. Foto : BNPB

Sejumlah warga yang dikonfirmasi dari Denpasar menyebut aktivitas di jembatan yang selalu berderak dan goyang ketika dilewati kendaraan ini sedang ramai karena ada upacara agama di sebuah pura di ujung jembatan di Pulau Ceningan.

Jembatan ini lebarnya sekitar 1,5 meter dan panjang sekitar 100 meter. Motor yang melewati harus bergantian dari arah Ceningan dan Lembongan. Karena sering goyang, diplesetkan menjadi jembatan cinta.Pemandangan sekitarnya indah dengan perahu nelayan dan aktivitas petani rumput laut sehingga kerap menjadi lokasi selfie juga.

Jembatan Kuning, sebutan lain warga karena catnya kuning ini roboh pada Minggu (16/10/2016) pukul 18.30 Wita. Berdasarkan laporan sementara Pusdalops BPBD Bali yang diterima dari Puskesmas Nusa Penida 2 dan Puskesmas Pembantu Ceningan terdapat 9 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.

Sebanyak 8 korban meninggal yang sudah berhasil diidentifikasi adalah I Wayan Sutamat, 49, asal Jungut Batu.Putu Ardiana, 45, Lembongan.Ni Wayan Merni, 55, Jungut Batu.I Putu Surya, 3, Jungut Batu, I Gede Senan, 40, Kutampi Nusa Penida, Ni Wayan Sumarti, 56, Dusun Klatak, Ni Putu Krisna Dewi, 9, dan Ni Kadek Mustina, 6.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporna publiknya merilis hingga pukul 21.00 Wita pencarian korban dihentikan karena kondisi gelap. Selain itu juga sudah tidak ada laporan dari masyarakat setempat yang anggota keluarganya hilang. Namun demikian evakuasi akan dilanjutkan besok pagi.

Berdasarkan laporan sementara semua korban adalah masyarakat lokal. Tidak ada warga asing. Pencarian dilakukan oleh masyarakat dan aparat setempat. Petugas Basarnas, BPBD dan lainnya belum dapat menjangkau pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Kapal Basarnas akan diberangkatkan pada Senin (17/10/2016) pagi pukul 06.00 Wita.

Jembatan yang menghubungkan dua pulau Nusa Ceningan dan Lembongan di kawasan konservasi perairan Nusa Penida ambrol pada Senin petang. Sedikitnya 9 meninggal dan 30 luka. Foto : BNPB
Jembatan yang menghubungkan dua pulau Nusa Ceningan dan Lembongan di kawasan konservasi perairan Nusa Penida ambrol pada Senin petang. Sedikitnya 9 meninggal dan 30 luka. Foto : BNPB

Laporan ini menyebut saat roboh diatas jembatan terdapat banyak warga karena sedang melakukan upacara keagamaan di Pura Bakung Ceningan yaitu Hari Nyepi Segara dimana tidak melakukan aktivitas di laut sehingga jalur darat ramai.  Sebelum runtuh sudah goyang-goyang kemudian ambruk.

Beberapa pengendara motor dan orang sehingga jatuh ke laut yang sedang surut. Beberapa warga yang ada di lokasi langsung berusaha menyelamatkan korban. Beberapa korban yang jatuh ada yang langsung berenang dan berjalan di selat. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah warga yang jatuh saat jembatan ambruk.

Diduga karena kelebihan beban karena banyaknya masyarakat di atas jembatan sehingga seling jembatan putus dan jatuh ke laut. Selain itu beberapa kali juga pernah rusak dan sudah mendapat perbaikan. Lokasi di kepulauan menyebabkan kesulitan untuk melakukan evakuasi.

Kepala UPT Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Gede Jaya Serataberana yang dikonfirmasi mengatakan Senin pagi pencarian akan dilanjutkan. Termasuk tindak lanjut jembatan ambrol, satu-satunya penghubung darat dua pulau Nusa Lembongan dan Ceningan.

“Semua korban baik meninggal dan luka sudah diambil keluarganya masing-masing. Besok semua pihak akan ke lokasi,” katanya. Ia menyebut Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat yang menjadi lokasi pelayanan kesehatan bisa menangani korban.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,