Begini Siasat Difabel untuk Tanggap Bencana Alam

Sejumlah korban bencana alam membentuk komunitas difabel khusus cedera tulang belakang dan memberdayakan difabel lain untuk tanggap pada bencana. Agar difabel dan keluarganya mudah bersiasat saat musibah datang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan apresiasi untuk Supriyadi,

Ketua Spinal Cord Injury (SCI) Klaten karena perannya dalam tanggap bencana alam. Penghargaan Tokoh Inspiratif atau Reksa Utama Anindha lainnya untuk Tangguh Award 2016 adalah Usman Firdaus, Sukamsi, Sadiman, dan Agus Maryono. Mereka dinilai berperan dengan bidang yang berbeda-beda namun menginspirasi terhadap pengabdian kemanusiaan.

SCI adalah istilah untuk cedera tulang belakang, diakibatkan sejumlah hal terutama kecelakaan. Bisa menyebabkan kelumpuhan. Supriyadi bercerita, ada siasat bagi pengguna kursi roda jika bencana tiba. Pertama, melatih keluarga. Jika gempa bumi, ada keluarga yang sudah terlatih membuka jalan yang mudah diakses, lalu diikuti difabel.

Namun idealnya rumah sudah akses kursi roda misalnya ramp yang kelandaiannya mudah dilalui. “Agar kita mandiri melakukan evakuasi,” ujar Supriyadi, staf Tata Usaha SMA Muhammadiyah 1 Klaten ini. Ia korban gempa menimpa Klaten pada 27 Mei 2006. Juga terjadi di Jogjakarta dan sekitarnya dengan lebih 6000 korban meninggal. Dari gempa wilayah ini ada puluhan ribu orang menjadi penyandang disabilitas atau difabel.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Klaten saja mencatat 1.064 jiwa meninggal dunia, 18.127 jiwa luka-luka, 29.989 rumah roboh, 62.992 rumah rusak berat, dan 98.910 rumah rusak ringan akibat goncangan hampir 6 skala richter (SR) itu. Menimbulkan trauma cukup lama karena musibah paling meluluhlantakan.

Saat itu umurnya sekitar 40 tahun, Supriyadi seorang relawan PMI dan bekerja sebagai kepala staf tata usaha sekolah dengan anak 2 umur 8 dan 1 tahun. Gempa mengguncang usai salat Subuh hampir pukul 6 pagi. Istrinya yang sedang masak terlempar ke luar rumah. Anak pertamanya dan ia sendiri segera keluar rumah. Namun ia balik lagi karena anak keduanya masih tidur dan belum bisa jalan.

Reruntuhan bangunan rumah mengenai punggungnya. Anak keduanya juga meninggal dengan hidung dan telinga keluar darah kena reruntuhan. “Tahun pertama memulihkan diri, sulit sekali sering mikir bunuh diri karena divonis cacat permanen,” katanya. Ia perlu 2 tahun mengatasi trauma mental dan membiasakan diri dengan kursi roda. Ia bersyukur ada banyak dukungan termasuk dari istri.

Supriyadi mengatakan ada sejumlah lembaga yang punya perhatian pada difabel, seperti pertemuan dan homecare seperti dari Yayasan Interaksi. Usai program, para korban gempa yang cacat fisik ini memutuskan membentuk kelompok dukungan sebaya SCI Klaten. Tujuannya, mendorong penanggulangan bencana yang inkusi. “Tak diistimewakan tapi diperhatikan. Agar bisa mandiri. Kita mulai dari sendiri kalau ada bencana berikutnya siap,” jelas pria lincah ini.

Misalnya bermitra dengan BPBD Klaten meningkatkan kapasitas difabel menghadapi bencana serta terlibat dalam aktivitas tanggap bencana dan bakti sosial seperti tanam pohon dan bersih sungai.

Ratih Probosiwi dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta dikutip dari artikelnya di academia.edu menganalisis UU Penanggulangan Bencana. Penyandang disabilitas diatur mendapat perhatian khusus dan prioritas dalam upaya penanggulangan risiko bencana(pasal 55 ayat 1), namun lebih lanjut tidak terdapat penjelasan mengenai upaya penanganan penyandang disabilitas padahal mereka harus diperlakukan khusus karena keterbatasannya.

Ratih menyebut penyandang disabilitas tidak dapat diperlakukan sama dengan kelompok rentan lainnya, misal bagaimana harus memegang tanpa melukai mereka. Upaya evakuasi yang selama ini diberlakukan oleh pemerintah, lebih banyak mengenai menggunakan apa dan ke arah mana mereka harus menyelamatkan diri, namun tidak memperhatikan mengenai cara penyelamatan bagi kelompok rentan khususnya penyandang disabilitas. Aksesabilitas jalur evakuasi juga dinilai tidak representatif bagi kepentingan dan kebutuhan penyandang disabilitas.

Supriyadi (dengan kursi roda) bersama sejumlah penerima penghargaan Tangguh Award 2016 lain di Manado (13/10/16). Foto: Luh De Suriyani
Supriyadi (dengan kursi roda) bersama sejumlah penerima penghargaan Tangguh Award 2016 lain di Manado (13/10/16). Foto: Luh De Suriyani

Peraih Tokoh Inspiratif lain adalah Usman Firdaus dari komunitas Mat Pecil peduli konservasi sungai Ciliwung yang melaksanakan edukasi dan pemberdayaan. Sukamsi pendiri Javanesse Mangrove Education Centre kelompok peduli pantai selatan, memelopori penanaman bakau pasca tsunami. Mbah Sadiman, tokoh penghijauan Wonogiri selama 20 tahun merawat dan menanam pohon. Sementara Agus Maryono, doktor UGM lulusan Jerman melakukan naturalisasi sungai

Dalam pengunegarahan Kamis (13/10/16) lalu BNPB juga menganugerahkan penghargaan Pengabdian Insan Kemanusiaan atau Dharma Widya Argya kepada Gubernur Provinsi Jawa Timur Soekarwo. Ia dinilai memiliki kepedulian dan kepemimpinan terhadap warga yang terdampak bencana, khususnya pascabencana erupsi Kelud 2014 lalu. Menjelang eruspi eksplosif Gunung Kelud, sekitar 80.000 orang dapat melakukan evakuasi masif dan penanganan darurat berbagai pihak dikomando dengan baik. Di samping itu, pascabencana erupsi proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang berjalan dengan lancar.

Selain penghargaan khusus ini, BNPB juga memberikan penghargaan empat kategori lain, yaitu Tokoh Inspiratif, Website Terbaik, Pusdalops Terbaik dan Pengelolaan Data Bencana Terbaik.

Kepala BPNB Willem Rampangilei mengatakan kesadaran tanggap bencana ini sangat penting karena jutaan warga Indonesia tinggal di area rawan bencana. “Kita perlu memaksimalkan upaya pengurangan risiko bencana karena kerugian Rp30 triliun karena bencana alam, insiden kebakaran hutan mencapai Rp221 triliun,” ia mencontohkan.

Indonesia sangat rawan tapi juga alam memberikan berkah luar biasa. Tren bencana ke depan menurutnya frekuensi dan magnitude makin meningkat. “Diperparah degradasi lingkungan dan perubahan iklim. Penanggulangan bencana are everyone business,” serunya.

Agar efektif menurutnya teknologi informasi perannya sangat penting karena alat early warning secanggih apa pun tak berhasil jika tak diketahui publik. Misal melalui media sosial untuk menyebarkan informasi. Salah satu yang baru dirintis adalah video streaming melalui BNPB TV.

Tangguh Award juga diberikan pada karya-karya dokumentasi soal kebencanaan misalnya karya foto, film, karya jurnalistik, karya ilmiah, dan poster.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,