Jangan Lupakan, Badak Sumatera yang Ada di Kalimantan Timur…

 

Tahun 2013, tiga individu badak sumatera tertangkap kamera jebak saat bermain di kubangan di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim). Bukti foto itu akhirnya menepis anggapan banyak orang, jika badak sumatera di Kalimantan sudah punah.

Dosen sekaligus peneliti badak sumatera di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul), Chandra Dewana Boer, selama puluhan tahun, berusaha membuktikan bahwa badak sumatera nyatanya memang ada di Kalimantan.

“Sejak tahun 2000, sudah ada yang melapor ke saya, ada jejak badak di Kutai Barat. Waktu itu, saya langsung menjelaskan ke mana-mana, tapi tidak ada yang percaya. Tahun 2013, kamera jebak akhirnya membuka tabir ilmiah itu, ada tiga individu badak yang terekam sedang mencari sepan.”

Baca: Badak Sumatera, Apakah Baik-baik Saja di Habitatnya?

Mulanya, kata Chandra, tiga badak yang terekam itu diduga merupakan satu keluarga. Ternyata, pada penelitian yang dilakukan Chadra bersama WWF Indonesia dan Yayasan Badak Indonesia (YABI), semuanya berjenis betina. “Dari situ, bisa ditarik kesimpulan, masih ada badak lainnya yang belum terekam kamera jebak.”

Chandra memastikan, masih ada sekitar 20-an badak yang hidup di Kalimantan. “Saya kira jumlahnya bisa 20 individu. Tapi, tidak hanya di Kutai Barat, badak-badak ini juga ada kemungkinan menyebrang ke Kalimantan Tengah, dari jalan tembus antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur di Kutai Barat.”

 

Badak sumatera tidak hanya tersebar di Sumatera tetapi juga ada di Kalimantan Timur. Foto: Rhett Butler
Badak sumatera tidak hanya tersebar di Sumatera tetapi juga ada di Kalimantan Timur. Foto: Rhett Butler

 

Sepan

Sepan adalah lokasi sumber mata air asin di hutan. Sepan merupakan tempat bagi binatang-binatang hutan seperti rusa, kijang, kancil, dan satwa lainnya mencari sumber mineral dari air asin.

“Di Kutai Barat, kalau mau dicari bisa saja. Saya pernah tanyakan pada orang lokal,  dari mana mereka tahu ada sepan. Mereka jawab dari hewan-hewan liar. Insting hewan, bisa mendapatkan sepan dengan mudah, sebagaimana badak yang sangat membutuhkan sepan,” ujarnya.

Chandra mengira, hilangnya sepan-sepan yang ada merupakan salah satu faktor punahnya hewan-hewan yang ada di hutan. “Hewan kan butuh mineral, ketika sepan banyak yang kering karena maraknya pembukaan lahan untuk industri, kebutuhan mineral itu sudah tidak bisa dicari lagi. Mungkin itu salah satu faktor pendukung kepunahan hewan-hewan yang ada.”

Ketika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Pemkab Kutai Barat, Pemkab Mahakam Ulu, Universitas Mulawarman (Unmul), YABI, dan WWF Indonesia menggelar survei akhir 2013 hingga awal 2014, Chandra sudah menegaskan untuk memasang kamera jebak itu di daerah-daerah sepan. Menurut dia, jika ingin melindungi badak, lindungi juga sepan. “Badak pasti mencari sepan, di situ kita bisa pasang lagi kamera jebak guna menemukan badak lainnya.”

 

Najaq, badak sumatera di Kalimantan Timur yang kini tinggal kenangan. Najq merupakan satu dari tiga individu badak sumatera yang tertangkap kamera jebak di 2013 lalu. Foto: YABI
Najaq, badak sumatera di Kalimantan Timur yang kini tinggal kenangan. Najaq merupakan satu dari tiga individu badak sumatera yang tertangkap kamera jebak di 2013 lalu. Foto: YABI

 

Area perlindungan

Chandra mengatakan, ketika keberadaan badak tersebut tertangkap kamera, pihaknya langsung melirik hutan bekas PT. Kelian Equatorial Mining (PT.KEM) untuk dijadikan area konservasi. Di wilayah tersebut, ada sebuah bendungan yang airnya sudah mengendap. Kondisi air bendungan itu dinilai bisa bermanfaat bagi hewan-hewan liar. Luas hutan PT. KEM yang 6.000 hektare, yang dipakai perusahaan hanya 1.000 hektare. Sehingga, 5.000 hektare yang tersisa, akan sangat berguna untuk melestarikan badak yang ada.

Sayang, rencana tersebut terganjal masalah dana. Pemkab Kubar sendiri tidak memiliki anggaran lebih untuk penyelamatan badak-badak yang ada. Padahal, sebelum mengajukan peminjaman lahan, Chandra sudah melakukan survei terlebih dahulu di hutan PT. KEM.

“Sebelum diajukan, harus disurvei dulu, apakah di hutan itu ada rantai makanan atau tidak. Kondisi air dan sebagainya juga sudah kami teliti. Tapi kembali lagi pada dana, kami tak punya uang untuk proses pemindahan badak dan sebagainya,” ungkapnya.

 

Rangka badak sumatera yang ada di Museum Zoologi, Kebun Raya Bogor. Foto: Rahmadi Rahmad
Rangka badak sumatera yang tersimpan di Museum Zoologi, Kebun Raya Bogor. Foto: Rahmadi Rahmad

 

Jejak badak

Tahun 2002, Chandra melanjutkan, ada seorang warga Hutan Wehea Kutai Timur yang mengaku melihat jejak badak di Kutai Timur. Chandra bergegas memastikan apakah benar jejak tersebut milik badak atau bukan. “Saya lihat, benar itu jejak badak. Kemudian, ada juga yang melapor melihat jejak badak di Berau. Sebenarnya, kalau mau disurvei bisa saja, tapi kembali masalah pendanaan untuk melakukan itu semua.”

Bagi Chandra, ditemukannya jejak-jejak tersebut, membuka rahasia jika kepunahan badak sumatera di Kalimantan tidaklah benar. Masih banyak badak yang tersisa dan terus melakukan perjalanan untuk kelanjutan hidupnya. Tidak hanya di Kutai Barat, tapi juga di Kutai Timur, dan Berau yang merupakan tempat kehidupan hewan-hewan liar.

“Masih banyak badak yang belum kita temukan. Kesimpulannya memang sulit untuk ditemukan karena badak selalu berjalan. Tapi, banyak cara untuk menemukannya, di mulai dari jejak, kita bisa mengikuti ke mana badak-badak itu melangkah,” paparnya.

Manajer WWF Program Kalimantan Timur, Wiwin Effendy membenarkan jika banyak jejak badak yang ditemukan di Kaltim. “Ya benar, memang banyak jejak. Awal mula WWF bekerja mengenai konservasi badak, ketika melakukan survei orangutan. Tidak disangka, tim menemukan jejak kaki lumayan besar yang diduga jejak badak,” katanya.

Sejak saat itu, semua foto jejak kaki itu dibawa dan ditanyakan pada para ahli badak, nasional maupun internasional. Hasilnya benar, jejak kaki tersebut seratus persen milik badak. “Sejak saat itu hingga sekarang, kami meneruskan kerja-kerja konservasi badak yang ada di Kalimantan.”

 

Menjaga kehidupan badak berarti kita turut menjaga kelestarian hutan karena badak berperan penting dalam ekosistem hutan. Foto: Rhett Butler
Menjaga kehidupan badak berarti kita turut menjaga kelestarian hutan karena badak berperan penting dalam ekosistem hutan. Foto: Rhett Butler

 

Terkait persebaran badak sumatera di Kalimantan, Haerudin R. Sadjudin, Program Manajer Yayasan Badak Indonesia (YABI) menjelaskan, badak sumatera dahulunya diperkirakan ada hampir di seluruh hutan Kalimantan. “Badak sumatera di masa lalu tersebar di India, Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Hingga tahun 1930-an masih terlihat keberadaannya. Saat ini, populasinya menurun drastis, akibat hutan yang tergerus dan perburuan cula yang tak henti.”

Bila dilihat dari sejarah zoogeography, persebaran jenis ini ada di Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan Kalimantan mengindikasikan badak merupakan satwa yang berada di bagian Oriental. Awalnya, disatukan dengan Sunda Land. Saat badak sumatera masih tersebar di India, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaysia, termasuk Kalimantan dan Sumatera, badak ini diklasifikasikan dalam tiga subjenis berdasarkan persebarannya.

Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis daerah persebarannya berada di Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Dicerorhinus sumatrensis harrissoni ada di wilayah Kalimantan. Sedangkan Dicerorhinus sumatrensis lasiotis ada di Vietnam, Myanmar bagian utara hingga Pakistan bagian timur. Untuk subjenis Dicerorhinus sumatrensis lasiotis, beberapa peneliti badak menyebutkan, keberadaannya sudah tidak terlihat lagi sejak puluhan tahun lalu.  

“Untuk badak sumatera yang ada di Kalimantan merupakan jenis Dicerorhinus sumatrensis harrissoni,” paparnya.

Pengamanan badak di Kalimantan ini harus dilakukan, mengingat keberadaannya yang saat ini terpencar di beberapa wilayah. Dalam batas maksimum, jumlah badak yang hanya 30 individu akan sulit berkembang. “Tumpuan penyelamatan badak sumatera di dunia saat ini hanya ada di Sumatera dan Kalimantan. Dan ini milik Indonesia,” tegas Haerudin.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,