Pangan sampai Listrik di Nagari Ini dari Hutan yang Terjaga

Deru mobil Jeep menderu kencang, saat menaiki tanjakan bukit-bukit kecil. Alat transportasi tua ini, merupakan sarana pengantar selain motor atau berjalan kaki menuju Jorong Jolok Sungai Siriah Nagari Pulakek Koto Baru,  Kecamatan Sungai Pagu, Solok Selatan, Sumatera Barat.

Jalanan tanah berbatu dan tebing-tebing curam menjadi pemandangan biasa di sepanjang perjalanan. Jorong Jolok Sungai Siriah, berada di hutan produksi terbatas berisi sekitar 240 jiwa.

Jauh dari akses ke pusat kecamatan dan ibukota kabupaten, membuat jorong ini masih belum teraliri listrik negara. Beruntung mereka memiiki sungai beraliran deras dan terjaga.

Secara geografis, jorong ini berada di hulu Sungai Kemingkiang. Warga berinisiatif membuat pembangkit listrik mikro hidro. Sejak akhir 2009, jorong ini sudah memiliki PLTMH dengan kapasitas daya 20 KiloWatt.

Basrial, operator mikro hidro bersiap menuju rumah PLTMH di ujung desa. Dia setiap hari mengoperasikan pembangkit yang mulai hidup pukul 17.00 hingga 7.00 pagi, ecuali Jumat atau ada acara besar seperti pesta adat atau pernikahan, listrik bisa hidup siang hari.

Warga jorong ini hanya wajib bayar Rp 20.000 setiap rumah, mereka sudah bisa menikmati listrik untuk berbagai kebutuhan. Tak hanya penerangan, mereka bisa pakai listrik untuk berbagai keperluan rumah tangga seperti menonton televisi dan peralatan elektronik lain.

Saat ini, katanya, ada sekitar 45 rumah tangga mengakses listrik mikro hidro ini. ”Pemasangan baru kena tarif Rp350.000. Ini termasuk biaya instalasi dan kabel,” katanya.

Setiap bulan, Basrial menerima upah Rp50.000, selebihnya duit akan disimpan bendahara PLTMH untuk biaya perawatan. “Biaya perawatan lumayan mahal, kami belum bisa ganti bearing yang bermasalah. Harga satu bearing Rp1 juta.”

Jorong ini, merupakan dusun sejak 1974. Menurut Datuk Katik Sutan Sabran Permato, tokoh masyarakat sana, inisiasi pembangunan PLTMH diusulkan bersamaan pembangunan jalan pada 2004. Namun, katanya, jorong baru menikmati listrik pada penghujung 2009.

“Kita sudah disini sejak 1974, baru 2009 merasakan listrik memanfaatkan aliran sungai kami miliki.”

Mereka sudah nyaman dengan PLTMH ini. Jikapun pemerintah peduli mereka, hendaknya prioritas akses jalan dan sekolah.

“SD harus ke jorong tetangga. Kami berharap bisa merasakan kemerdekaan seperti daerah lain dengan sarana dan prasarana khusus pendidikan dan jalan. Kalau penerangan,  kami sudah nyaman dengan PLTMH, Cuma butuh perbaikan ada yang rusak,” katanya.

Warsi sudah menargetkan lima PLMTH, dua di Pakan Rabaah Timur, satu di Pakan Rabaa,  satu di Pulakek Koto Baru  dan satu di Simancuang.

 

 

Hamparan sawah di Jorong Jolok Sungai Siriah. Foto: Elviza Diana
Hamparan sawah di Jorong Jolok Sungai Siriah. Foto: Elviza Diana

 

Mandiri energi

Sejak dua tahun silam, Nagari Pulakek Koto Baru,  sudah mendapatkan SK penetapan areal  kerja hutan nagari seluas 4.245 hektar,  terdiri hutan lindung 2.255 hektar dan 2.010 hektar HPT.

Fahmi Reza,  Ketua Lembaga Pengelola Hutan Nagari Pulakkek Koto Baru mengatakan, areal HPT merupakan wilayah Jorong Jolok Sungai Siriah. “Hampir separuh hutan nagari di jorong ini. Awalnya kami usulkan 7.250 hektar, yang disetujui dan memperoleh SK 4.245 hektar,” katanya.

Sebagian hutan berada di hulu Sungai Kemingkiang. Dengan menjaga hulu, katanya, kemandirian energi bisa terus terjaga. “Kenapa kami mengusulkan hutan nagari ini, salah satu untuk kemandirian energi juga. Kayu-kayu di hulu tak bleh sama sekali ditebang. Kami ada aturannya.”

Sungai Kemingkiang, berperan penting bagi kehidupan di nagari ini. Nagari Pulakek Koto Baru terdiri dari enam jorong, yaitu Jorong Kepalo Bukik, Pulakek Tengah, Koto Birah, Air Batu, Mantarai Indah dan Sungai Siriah.

Mayoritas warga menggantungkan hidup pada sawah dan perkebunan karet, dengan irigasi dari sungai itu. “Di Sungai Siriah saja ada ratusan hektar sawah, belum lagi jorong-jorong lain. Irigasi andalkan Sungai Kemingkiang.”

Setahun lalu, Lembaga Pengelola Hutan Nagari Pulakek Koto Baru mendapatkan penetapan hak pengelolaan hutan nagari. Mereka kini, menyusun rencana kerja tahunan menitikberatkan beberapa poin termasuk kemandirian energi dari pengelolaan hutan berkelanjutan.

“Kita berharap tak hanya kemandirian energi, juga mandiri pangan.Ini air sehari-hari dari hutan yang terjaga,” katanya.

Adzan magrib terdengar dari surau di tengah-tengah perkampungan. Saya beserta rombongan bersiap meninggalkan kampung kecil di tengah hutan ini. Mereka memberikan contoh manusia hidup harmoni bersama alam.

jorong3-rotan-yang-merupakan-hhbk-yang-juga-menjadi-sumber-pendapatan-masyarakat

Rotan, salah sumber mata pencarian warga dari hutan. Foto: Elviza Diana

SUmber air nan jering dari Sungai Kemingkiang. Foto: Elviza Diana
Sumber air nan jering dari Sungai Kemingkiang. Foto: Elviza Diana
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,