Saat Kolong Rumah Panggung di Kampung Wisata Wuring dibersihkan pada Hari Difabel Internasional

Kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat sejatinya merupakan salah satu destinasi wisata Kabupaten Sikka. Eksotisme kampung Wuring terlihat dari pemukiman tradisional mayoritas nelayan suku Bajo, yang mendirikan rumah-rumah mereka di atas laut, dengan tiang-tiang kayu setinggi 2–3 meter dan berdinding bambu belah (halar) atau kayu.

Namun sayangnya, hal ini tidak didukung oleh perilaku warga kampung berpopulasi sekitar empat ribu orang ini. Sampah menjadi sebuah persoalan. Tak ada bak sampah, baik di darat maupun depan rumah panggung. Warga membuang sampah ke kolong-kolong rumah panggung miliknya yang digenangi air laut saat laut pasang.

Keprihatinan ini lalu memantik Wenefrida Efodia Susilowati dari Yayasan Bank Sampah Flores mengadakan bakti sosial bertajuk aksi bersih. Susi panggilannya, kepada Mongabay Indonesia menyebutkan aksi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari difabel internasional yang jatuh tanggal 3 Desember.

Hal terpenting menurut Susi, ingin menunjakkan bahwa kaum difabel pun peduli kebersihan, bahan selama ini mereka telah bergelut dengan sampah, selain untuk turut mendorong Kampung Wuring sebagai destinasi wisata unik yang bebas sampah.

Untuk itu tutur perempuan yang kerap dijuluki “Ratu Sampah” ini, Aliansi Peduli Difabel kabupaten Sikka menggandeng Bank Sampah Flores, Lanal Maumere, Kodim Sikka, Polres Sikka, SAR Maumere, BLH Sikka, Bea Cukai Maumere, SMK Taruna Nusantara, para anak buah kapal yang sedang bersandara di Pelabuhan Wuring serta masyarakat Kampung Wuring untuk mengadakan aksi bersih kampung.

“Karena sampahnya sudah menumpuk jadi kita hanya bertugas membersihkan untuk kesehatan dan keindahan. Selain untuk kesehatan, juga untuk ekologi laut karena sampah akan terbawa air laut dan dimakan oleh ikan,” terangnya (03/12).

Posisi geografis Kampung Wuring yang berada di dalam teluk pun turut mendorong sampah yang dibuang ke laut ikut terbawa arus laut ke daerah ini.

Pantauan Mongabay selama mengikuti kegiatan ini, hampir di setiap tempat teristimewa di kolong-kolong rumah panggung, sampah sangat banyak. Beberapa relawan bahkan berseloroh, mereka bukan membersihkan sampah tapi membersihkan gudang sampah.

“Kegiatan ini hanya pemicu saja, mengingatkan dan memberikan penyadaran kepada masyarakat. Namun untuk efektifnya saya sudah sampaikan kepada paka Camat agar kegiatan ini rutin digelar,” jelas Kolonel Mariner Firman Johan, Danlamal Maumere yang terlibat dalam aksi ini.

Kampung Wuring tampak dari laut. Kampung ini merupakan salah satu destinasi wisata karena keunikan rumah panggungnya. Foto: Ebed de Rosary
Kampung Wuring tampak dari laut. Kampung ini merupakan salah satu destinasi wisata karena keunikan rumah panggungnya. Foto: Ebed de Rosary

Kesadaran Masyarakat Minim

 Jamal Rawang Ketua RW 9 Kampung Wuring tak menampik saat disinggung mengenai minimnya kesadaran warganya. Jamal membenarkan, masyarakat khususnya di dua rukun warga yang pemukimannya berada di atas laut sering membuang sampah di kolong rumah mereka.

Masyarakat Wuring menurutnya, jarang membersihkan sampah. Padahal Pemda sering melakukan pembersihan. Di tahun 2016 ini saja sudah 5 kali diadakan bakti sosial membersihkan sampah.

“Sampah yang ada paling dibakar dan yang rumah yang  di atas laut sampahnya di buang saja ke laut. Kalau tidak musim badai dan ombak besar sampah kurang dan air lautnya jernih tapi kalau musim badai sampah pasti menumpuk di kolong-kolong rumah panggung,” terang  Jamal.

Pernah ada pengadaan tempat sampah tapi terkendala karena masyarakat tidak mau areal depan rumahnya dipakai untuk meletakan tempat sampah.

Dahulu katanya pernah diadakan motor roda tiga pengangkut sampah, namun karena terkendala biaya akibat banyak masyarakat yang tidak membayar iuran sampah dua ribu rupiah perbulannya, akhirnya operasinya terhenti.

“Awalnya bagus tapi akibat masyarakat tidak bayar iuran maka motor sampahnya pun datang mengambil sampah sebulan sekali sehingga sampah selalu menumpuk,” ungkapnya.

Sunardin, anggota DPRD Sikka yang bermukim di Wuring membenarkan hal ini. Dia mengusulkan agar masyarakat mendapat insentif untuk memelihara lingkungan tempat tinggalnya.

Salah satunya dengan mengoptimalkan atribut Wuring sebagai salah satu destinasi wisata. Menurutnya, perilaku masyarakat saat ini bertindak masa bodoh karena tidak mendapat dampak dari pariwisata.

Dikatakan, masyarakat pernah mengusulkan ke Dinas Pariwisata untuk pembuatan rumah singgah yang ditujukan untuk turis. Di tempat ini masyarakat dapat memperoleh tambahan penghasilan dari usaha menjual ikan bakar dan pagelaran seni budaya suku Bajo, yang merupakan mayoritas masyarakat di Wuring.

“Bisa jadi ini salah satu pemicu dimana masyarakat merasa tidak mendapatkan manfaat bila memelihara kebersihan, meski wisatawan asing kerap mendatangi kampung ini,” tuturnya.

 

Salah satu jalan dan jembatan di Kampung Wuring yang menghubungkan setiap bangunan. Foto: Ebed de Rosary
Salah satu jalan dan jembatan di Kampung Wuring yang menghubungkan setiap bangunan. Foto: Ebed de Rosary

Perubahan Menyeluruh

Menurut Susi, kedepannya pengolahan sampah harus dilakukan secara menyeluruh. Sebab aksi pembersihan kali ini hanya situasional dan belum tentu sekali aksi bisa langsung bersih sebab sampahnya sangat banyak sekali dan sudah menumpuk bertahun-tahun.

“Ada beberapa hal yang harus diperbaiki, orang yang handal dalam mengelola sampah, peralatannya, kebijakannya dan sistemnya sehingga tidak setengah-setengah. Harus dari hulu sampai hilir diperbaiki dan dijaga terus kesinambungannya,” terang Susi.

Dia pun mengusulkan harus dibuatnya peraturan daerah tentang sampah. Selain perlu adanya tempat sampah di tempat umum dan di rumah-rumah warga.

Bank Sampah Flores menurutnya akan melakukan aksi nyata setelah aksi bersih ini. Pada bulan Desember ini pihaknya akan memberikan pelatihan manajemen pengelolaan sampah dan daur ulang sampah.

“Kami juga akan minta pemerintah untuk menyiapkan tempat penjualan souvenir di Wuring sehingga kerajinan tangan dari sampah pun bisa dijual di tempat ini,” tutupnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,