Abrasi Mengancam, Warga Ternate Tanam dan Pelihara Mangrove

Maaruf  M Saleh, basah kuyup. Dia setengah berenang,  ketika menanam bibit mangrove di Pantai Rua Pulau Ternate awal November 2016.  Maklum, waktu  penanaman sore hari ketika air mulai pasang. Meski ada yang berhenti naik karena air mulai tinggi,   Maaruf  tetap menanam satu per satu mangrove  bantuan  Pemerintah Kota Ternate itu.

Dia sesekali  menegur  rekan-rekannya yang  lambat menanam.   ”Saya nelayan. Dengan mangrove ini mudah-mudahan ke depan  bisa  tumbuh dan menjadi tempat hidup dan bertelur ikan,” kata lelaki  50 tahun itu.

Maaruf, satu dari puluhan warga  yang menanam 1.000 mangrove dalam  program  rehabilitasi  mangrove bekerjasama dengan Pemerintah Ternate.

Gerakan ini untuk merehabilitasi mangrove di Pantai Rua.  Abrasi pantai mengancam pemukiman mereka.  “Di Rua mangrove makin habis. Sebagian mati  dan tergerus aktivitas warga. (Dengan menanam) siapa tahu ke depan  bisa jadi lokasi wisata mangrove di Kota Ternate,” katanya.

Iskandar Abdurahman,  Ketua Panitia Penanaman Mangrove Pulau Ternate mengatakan, hasil survei Dinas Kelautan dan Perikanan Ternate,    Rua termasuk wilayah layak tanam mangrove.

Di Ternate, katanya, penanaman mangrove sudah  berulangkali dilakukan pada beberapa tempat tetapi tak berhasil.  ”Kita cuma menanam tetapi sulit memelihara. Akhirnya , puluhan ribu  anakan mangrove mati sia-sia.”

Mereka pernah tanam mangrove pada 2014-2015 tetapi gagal, tak satupun mangrove tumbuh.  “Yang susah pemeliharaan,” katanya.

Berkaca dari kondisi itu, menanam mangrove di Rua ini dengan melibatkan masyarakat.  Harapannya, terjaga dan bisa tumbuh menggantikan mangrove yang hilang.

Penanaman mangro ve yang dilakukan oleh warga Kelurahan Rua. Foto: M Rahmat Ulhaz
Penanaman mangro ve yang dilakukan oleh warga Kelurahan Rua. Foto: M Rahmat Ulhaz

Dia mengatakan,  ada 59  nelayan digandeng  menanam sekaligus merawat mangrove. ”Kelompok nelayan kita harapkan menjadi pelindung mangrove. Semoga jadi pionir menjaga tumbuh kembang  mangrove karena setiap hari mereka bersentuhan dengan pantai.”

Aksi di Rua ini,  jadi contoh bagi kelurahan lain di Ternate.  “Yang baru ditanami 1.000 bibit jenis bruguiera gymnorrhiza. Jenis ini bisa tumbuh di batu karang, pasir murni dan pasir bercampur lumut  dan tanah,” katanya.

***

Menanam mangrove untuk mengatasi  abrasi pantai tak hanya di Rua juga di Kelurahan Gambesi , bersebelahan dengan Rua.

Bibit disiapkan Dinas Pertanian Perkebunan.      Rabu (17/11/16), di Pantai  Gambesi, warga  berbondong- bondong  menanam mangrove.

Mereka berpikir, abrasi mengancam Pantai Gambesi.  Terlebih,  saat ini lebih kurang  20 petani  kangkung   terancam  kehilangan  kebun mereka.

“Dari kebun mereka  sekali panen  menghasilkan 1.000  ikat kangkung. Dalam sepekan ada dua kali panen harga perikat  Rp4.000, rata-rata petani kehilangan uang sekitar Rp800.000 per pekan,” kata Ikram Sangaji,  tokoh pemuda.

Untuk itu, katanya, ketika  ada  program menanam mangrove,  warga antusias dan berbondong –bondong berpartisipasi.  “Menanam mangrove ini kabar baik bagi kami    warga Gambesi,” katanya.

Kegiatan yang dimotori Pemerintah Ternate  bekerjasama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliaran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Akemalamo,    ini menanam 7.000 anakan mangrove.

“Kami senang satu aksi antisipasi abrasi dengan menanam mangrove telah dilaksanakan. Ini  yang ditunggu warga Gambesi.”

Kadaton Kecil Sultan Ternate di kelurahan Afetaduma yang kondisi semakinnya rusak parah karena abrasi. Foto: M Rahmat Ulhaz
Kadaton Kecil Sultan Ternate di kelurahan Afetaduma yang kondisi semakinnya rusak parah karena abrasi. Foto: M Rahmat Ulhaz
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,