Pulau Morotai Akan Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan, Apa Itu?

Penggunaan energi baru terbarukan akan diterapkan di Pulau Morotai, salah satu provinsi terdepan Indonesia yang terletak di Provinsi Maluku Utara. Teknologi tersebut akan digunakan untuk memproduksi listrik yang akan dialirkan ke rumah-rumah di seluruh pulau.

Untuk keperluan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengadopsi teknologi ocean thermal energy yang sudah digunakan sejak lama di Jepang. Teknologi tersebut terbukti ramah lingkungan namun bisa menghasilkan suplai listrik yang bagus.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, teknolog ocean thermal energy ke depannya akan digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan yang menjadi lokasi pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Selain di Morotai, SKPT dibangun juga di lokasi lain seperti di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Menurut Susi, teknologi tersebut akan dikembangkan di 12 lokasi SKPT yang akan dibangun pada 2017, salah satunya di Morotai. Pembangunan teknologi tersebut akan dibiayai oleh Pemerintah Jepang melalui program dana hibah (grant).

“Jepang sudah clear untuk program deep sea water ini,” tutur dia akhir pekan lalu di Jakarta.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang laut KKP Bramantyo Satyamurti Poewardi menjelaskan, Jepang menawarkan pengembangan energi baru terbarukan melalui teknologi ocean thermal energy setelah melalui proses yang lama dan ketat. Proyek tersebut untuk mengalirkan listrik di pulau kecil dan terluar Indonesia.

“Rencananya, mereka akan coba memulainya di Morotai. Ketika nanti kita dapat, nanti akan saya infokan,” ujar Tyo.

Lebih jauh Tyo mengatakan, sebagai bagian dari pengembangan untuk pulau kecil dan kawasan perbatasan, Jepang sudah melihat beberapa lokasi SKPT, salah satunya di Natuna. Menurutnya, dari hasil pantauan tersebut, Jepang menilai Natuna sebagai lokasi yang potensial untuk dikembangkan menjadi sentra perikanan di Indonesia.

“Kami melihat lokasi SKPT. Biar mereka tahu, pasar ikan di Natuna itu mini-nyaTsukiji (pasar ikan terbesar di dunia). Mereka sempat kaget. Mereka takjub dengan beberapa harga ikan di sini. Mereka sempat nanya, kenapa bulu babi kita tidak diekspor. Di Jepang harga bulu babi sangat mahal,” ungkapnya.

Skema konversi energi termal lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) untuk menghasilkan listrik di Hawai. Foto : treehugger.com
Skema konversi energi termal lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) untuk menghasilkan listrik di Hawai. Foto : treehugger.com

Secara teknis, Tyo mengungkapkan, teknologi yang dikembangkan di Pulau Morotai nanti adalah teknologi yang menggunakan air dingin dari dalam laut yang di dorong ke atas. Perbedaan temperatur yang diangkat ke atas akan menjadi daya listrik. Selain itu, jelas Tyo, air laut dalam yang dikeluarkan dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan tuna.

Dari literasi Wikipedia, konversi energi termal lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) adalah metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur yang berada di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor.

Seperti pada umumnya mesin kalor, efisiensi dan energi terbesar dihasilkan oleh perbedaan temperatur yang paling besar. Perbedaan temperatur antara laut dalam dan perairan permukaan umumnya semakin besar jika semakin dekat ke ekuator.

Desain wahana konversi energi termal lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) untuk menghasilkan listrik. Foto : theenergycollective.com
Desain wahana konversi energi termal lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) untuk menghasilkan listrik. Foto : theenergycollective.com

Tantangan perancangan OTEC di awal adalah bagaimana menghasilkan energi yang sebesar-besarnya secara efisien dengan perbedaan temperatur yang sekecil-kecilnya. Secara teknik, permukaan laut dipanaskan secara terus menerus dengan bantuan sinar matahari, dan lautan menutupi hampir 70% area permukaan bumi.

Perbedaan temperatur ini menyimpan banyak energi matahari yang berpotensial bagi umat manusia untuk dipergunakan. Jika hal ini bisa dilakukan dengan biaya efisien dan dalam skala yang besar, OTEC mampu menyediakan sumber energi terbaharukan yang diperlukan untuk menutupi berbagai masalah energi.

Konsep mesin kalor adalah umum pada termodinamika, dan banyak energi yang berada di sekitar manusia dihasilkan oleh konsep ini. Mesin kalor adalah alat termodinamika yang diletakkan di antara reservoir temperatur tinggi dan reservoir temperatur rendah.

Ketika kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah, alat tersebut mengubah sebagian kalor menjadi kerja. Prinsip ini digunakan pada mesin uap dan mesin pembakaran dalam, sedangkan pada alat pendingin, konsep tersebut dibalik.

Dibandingkan dengan menggunakan energi hasil pembakaran bahan bakar, energi yang dihasilkan OTEC didapat dengan memanfaatkan perbedaan temperatur lautan disebabkan oleh pemanasan oleh matahari.

Siklus kalor yang sesuai dengan OTEC adalah siklus Rankine, menggunakan turbin bertekanan rendah. Sistem dapat berupa siklus tertutup ataupun terbuka. Siklus tertutup menggunakan cairan khusus yang umumnya bekerja sebagai refrigeran, misalnya ammonia. Siklus terbuka menggunakan air yang dipanaskan sebagai cairan yang bekerja di dalam siklusnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,