Habitat Hilang, Akankah Badak Bertahan Hidup di Muka Bumi?

Laporan terbaru mengenai upaya konservasi badak di Nepal, India, dan Bhutan menunjukkan, hilangnya habitat yang diperparah dengan perburuan liar merupakan ancaman utama hidup matinya satwa bercula tersebut.

Sebagaimana laporan bertajuk ‘The Greater one-horned Rhino: Past, Present, and Future 2016’ yang diterbitkan WWF Nepal, rusaknya habitat merupakan ancaman serius kehidupan badak. Perburuan menempati urutan kedua yang ada dan begitu nyata.

Kawasan lindung dan zona penyangganya yang terus dirambah, ditambah pengembalaan hewan ternak menyebabkan habitat badak di beberapa lokasi mengalami kerusakan. Selain itu, ancaman tanaman invasif, berkembang dan mendominasi di beberapa padang rumput, yang merupakan daerah jelajah badak telah menghancurkan vegetasi aslinya.

Dalam laporan tersebut, sebagaimana diberitakan The Himalayan Times, disebutkan pula beberapa tempat hidup badak yang mengalami kerusakan. “Di Taman Nasional Chitwan, Nepal, misalnya luasan padang rumput berkurang dari 20 persen menjadi 4,7 persen. Sementara di Pobitora Wildlife Sanctuary, Assam, India, meski daerah berhutannya meningkat hampir 35 persen sejak 1977, akan tetapi luasan padang rumputnya menurun hingga 68 persen.”

Tidak seperti kasus perburuan badak yang langsung didapatkan bangkainya, untuk kerusakan habitat ini agak sulit mengaitkannya dengan populasi yang ada. Karena, banyak faktor yang mempengaruhi harapan hidup badak, mulai dari tingkat reproduksi dan sebagainya. Namun begitu, studi ini memaparkan bahwa ada korelasi yang kuat antara penurunan kualitas habitat dengan jumlah jumlah individu badak yang hidup di wilayah tersebut.

Badak india yang diburu untuk diambil culanya. Di India, badak tersebar di Assam, West Bengal, dan Uttar Pradesh. Foto: Shreya Dasgupta

Bagaimana perburuan? Ini merupakan ancaman mengerikan yang dipastikan ada di setiap wilayah persebaran badak. Cula badak merupakan alasan utama perburuan itu, karena harganya yang mahal, yang digunakan sebagai bahan dasar ramuan obat tradisional China. Misal, untuk pengobatan kanker atau menambah kejantanan pria yang sebenarnya tidak ada kaitannya. “Permintaan cula badak melonjak, terutama di Vietnam, dan geng-geng kriminal menjualnya di pasar Asia. Untuk pemburu, mereka yang kebanyakan orang miskin hanya mendapat sedikit keuntungan, namun mereka tetap mengambil risiko itu,” sebagaimana tertulis di laporan tersebut.

Akibat permintaan cula di pasar gelap yang tinggi, perburuan badak di Afrika dan Afrika Selatan pun mengalami kenaikan luar biasa. Tercatat, pada 2007 hanya ada 13 kasus. Di 2015, melompat jauh menjadi 1.175 pembunuhan badak.

Laporan ini menghargai komitmen anti-perburuan di Nepal dan India. Nepal misalnya, telah bersih dari perburuan (zero poaching) selama empat tahun sejak 2011. Namun, selama permintaan cula masih ada, perburuan akan selalu terjadi. “Perlindungan badak yang hanya ada di beberapa lokasi, membuatnya sangat riskan dari bidikan senjata pemburu yang tergabung dalam sindikan kejahatan terorganisir.”

Badak India (Rhinoceros unicornis) merupakan satu dari lima spesies badak tersisa yang hidup di muka bumi ini, selain badak jawa (Rhinoceros sondaicus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), badak hitam (Diceros bicornis) dan badak putih (Ceratotherium simum) yang  masih bertahan di Afrika.

Jenis ini tersebar dari Pakistan hingga ke perbatasan Indo-Burma, dan di bagian Nepal, Bangladesh, juga Bhutan. Akan tetapi, awal abad ke-20, perburuan dan hilangnya habitat membuat hidupnya terancam. Jumlahnya di utara India dan Nepal saat ini diperkirakan kurang dari 200 individu.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,