Terkuak, Misteri Pemicu Letusan Dahsyat Supervolcano Toba

Gunung berapi raksasa Toba meletus pada 73 ribu tahun silam. Kerusakan yang ditimbulkannya dahsyat dan sangat luas. Letusan gunung rasaksa yang dinamakan supervolcano ini, menyebabkan terjadinya perubahan iklim global.

Terkait erupsi luar biasa tersebut, para ahli telah menyimpulkan pemicunya, sebagaimana yang dilaporkan dalam jurnal Scientific Report.

Letusan supervolcano Toba adalah letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah, yang menutupi 2.800 kilometer kubik daerah sekitarnya dengan abu vulkanik. Menyebabkan terjadinya hujan sangat besar di Indonesia dan India.

Sebagaimana diberitakan Business Insider, bagaimana magma dalam jumlah besar terkumpul  (dan mengapa letusannya begitu dahsyat) telah menjadi penyebab perdebatan antar-ilmuwan sejak lama. Telah diketahui, gunung berapi meletus karena kepadatan dan tekanan, yang umumnya adalah cara planet bumi melepaskan kelebihan panas dan tekanan. Namun, pemicu yang pasti akan letusan Toba memang akan tetap menjadi misteri.

Ilustrasi erupsi Gunung Toba dari jarak 42 kilometer dari Pulau Simeulue. Sumber: Wikipedia

Sekelompok peneliti dari Universitas Uppsala dan para ilmuwan internasional mungkin telah menemukan beberapa jawabannya. Jawaban ini diperoleh dari penelitian batu-batu kristal berukuran semilimeter, disebut kristal kuarsa yang tertanam dalam abu vulkanik dan bebatuan.

Kristal kuarsa tumbuh dalam magma, dan mencatat perubahan kimia dan termodinamika sebelum letusan terjadi. “Ini mirip lingkaran pohon yang mencatat perubahan iklim,” tutur Dr. David Budd, penulis utama jurnal ini dari Universitas Uppsala.

“Ketika kondisi dalam magma berubah, kristal merespon dan menghasilkan zona pertumbuhan yang berbeda dalam kristal tersebut, yang merekam perubahan. Masalahnya, setiap analog ‘lingkaran pohon’ berukuran hanya beberapa mikrometer. Inilah yang membuatnya sangat menantang untuk diteliti lebih detail,” ungkapnya.

Gunung Toba yang kini menjadi komplek Danau Toba, dengan Pulau Samosir di tengahnya. Sumber: Wikipedia

Sambil mempelajari kristal kuarsa dari Toba, para peneliti juga menemukan ada perbedaan dalam komposisi dan berat dari bagian luar kristal dengan bagian dalamnya. Di luar kristal, ditemukan senyawa yang lebih berat disebut 18O, di bagian dalam terdapat senyawa lebih ringan yang disebut 16O.

Rasio itu menunjukkan, sesuatu yang ada dalam sistem magmatik telah berubah drastis sebelum letusan besar terjadi. Para peneliti menyimpulkan bahwa ketika magma meleleh, di saat bersamaan ada sejumlah besar batu dengan rasio yang sama berada di dekatnya.

“Jenis baru ini juga mengandung banyak air, yang bisa dilepaskan ke dalam magma, memproduksi uap. Dengan demikian, tekanan gas meningkat dalam ruang magma,” ujar penulis lain, Dr. Frances Deegan.

Menurutnya, hal itu meningkatkan tekanan gas secara cepat dan akhirnya membuat magma mengalami pecah di bagian kerak atasnya, sehingga berhamburan ribuan kilometer kubik ke atmosfer.

Gunung Tambora tampak dari udara. Letusannya pada 1815 merupakan letusan terbesar di dunia yang meninggalkan kaldera berukuran 6 – 7 kilometer. Sumber: Wikipedia

Seberapa sering supervolcano meletus? 

Gunung api super seperti ini sangat jarang meletus. Level letusan biasanya menggunakan ukuran Volcanic Explosivity Index (VEI). Dimana VEI 7 dan VEI 8 merupakan letusan paling kuat. Para peneliti menyebut, letusan Toba tergolong sangat dahsyat.

Selain Toba, berikut adalah sejumlah supervolcano yang mengalami erupsi terdahsyat dalam sejarah:

  1. La Garita Caldera yang meletus sekitar 27,8 juta tahun silam, melepaskan 5.000 km kubik magma.
  2. Huckleberry Ridge di Yellowstone yang memuntahkan sekitar 2.500 km kubik magma, terjadi sekitar 2,5 juta tahun lalu.
  3. Atana Ignimbrit di Cile, meletus sekitar 4 juta tahun silam, memuntahkan 2.500 km kubik magma.
  4. Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, meletus pada 1815, letusannya termasuk salah satu paling dahsyat sepanjang sejarah umat manusia. Sekitar 100 ribu orang meninggal dunia. Letusannya juga menyebabkan musim dingin global.
  5. Gunung Vesuvius (Pompeii pada 79 SM) dan Gunung St Helens pada 1980.

Para peneliti menyatakan, letusan Toba begitu dahsyatnya hingga memusnahkan populasi manusia yang ada di sekitarnya. Terlepas dari kejadian tersebut, letusan supervolcano memang bisa terjadi kapan saja. Ada baiknya kita waspada!

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,