Sebanyak Apa Harta Karun yang Ada di Perairan Indonesia Sekarang?

Laut Indonesia ternyata bukan hanya kaya oleh beragam biota laut yang sangat banyak dan langka, namun juga menyimpan kekayaan materi dari kejayaan masa lalu. Tak tanggung-tanggung, nilainya diperkirakan mencapai triliunan rupiah dan tersebar di 463 titik di seluruh Indonesia.

Kekayaan materi masa lalu tersebut, menurut Direktur Jasa Kelautan Direktorat Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Riyanto Basuki, sudah sepatutnya dijaga dengan baik. Karena, tak hanya bernilai materi, kekayaan bawah air tersebut bernilai sejarah yang sangat tinggi dan tak dipunyai negara lain.

Saat ini, kekayaan materi yang masuk dalam kelompok barang muatan kapal tenggelam (BMKT) itu, sudah ada yang diangkat dari bawah air dan disimpan dengan baik di gudang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan (PANNAS) BMKT di Cileungsi, Kabupaten Bogor dan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.

 

 

Dari BMKT yang sudah diangkat tersebut, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP pernah merilis jumlahnya diperkirakan mencapai 200 ribu item dan berasal dari 10 kali pengangkatan di bawah 2010 atau sebelum moratorium pengangkatan BMKT diberlakukan.

Di antara kekayaan BMKT yang sudah diangkat itu, terdapat harta karun yang diangkat dari perairan Pantai Utara Jawa Cirebon dan bernilai sedikitnya Rp239 miliar. Dan, koleksi dari Cirebon tersebut, saat ini sedang bersiap dipamerkan di galeri khusus yang dibuka di kantor KKP di Jakarta.

Riyanto Basuki akhir pekan lalu mengatakan, benda yang sudah dipajang di galeri KKP, berasal dari harta karun bernilai paling tinggi dan salah satunya adalah dari hasil pengangkatan di Cirebon. Benda-benda tersebut didatangkan langsung dari gudang penyimpanan BMKT dan sengaja dipilih yang terbaik untuk dipamerkan di galeri.

“Kita ingin pameran ini memberi penegasan kepada publik bahwa Indonesia serius mengembangkan poros maritim. Dan benda-benda ini, adalah bukti bahwa di masa lalu Indonesia pernah jadi poros maritim dunia,” ucap dia.

 

Salah satu koleksi dari barang muatan kapal tenggelam (BMKT) milik Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan (PANNAS) BMKT KKP. Foto : Dirjen PRL KKP

 

Selain dari Cirebon yang merupakan harta karun dari Five Dynasty di abad 9 (907-960) masehi, Riyanto menyebutkan, benda yang sudah masuk galeri berasal dari pengangkatan BMKT dari perairan Batu Hitam, Bangka Belitung yang diketahui milik Dinasti Tang di abad 6-9 (618-906) masehi.

“Dan ada juga dari Dinasti Song abad 11 sampai 12 masehi yang diangkat dar perairan Kepulauan Riau. Itu diangkat dari Pulau Buaya dan diperkirakan berasal dari tahun 960 sampai 1.279 masehi,” jelas dia.

Dari seluruh benda yang dipamerkan di galeri, kata Riyanto, jumlahnya diperkirakan mencapai 1.000 koleksi item. Dengan koleksi yang dipamerkan mencakup peralatan kehidupan sehari-hari di zamannya masing-masing, seperti peralatan rumah tangga berbahan keramik, perhiasan, dan koin tua untuk transaksi perdagangan.

“BMKT yang diangkat dari perairan yang disebut, itu adalah berasal dari kapal-kapal karam di masa lalu. Mereka adalah kapal-kapal yang sedang berlayar masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka sebagai jalur perdagangan utama dunia,” tutur dia.

Di antara benda yang sudah masuk galeri, adalah koin tua yang berasal dari kapal karam di Cirebon dengan bentuk lingkaran yang memiliki lubang berbentuk kotak di bagian tengah koin. Di sekeliling lubang tersebut, terdapat empat huruf berbahasa Tiongkok. Sebagai ciri khas, koin tersebut terbuat dari perunggu yang menandakan di masa tersebut transaksi perdagangan menggunakan material tersebut.

Lebih rinci, Riyanto membeberkan, benda yang dipamerkan di galeri, adalah gentong, tempayang, mangkok dengan jumlah paling banyak, guci-guci untuk minuman yang berasal dari Dinasti Song, mangkok-mangkok yang punya ciri khas ornamen yang berasal dari Timur Tengah dari Dinasti Bani Fatimiyyah.

 

Salah satu koleksi dari barang muatan kapal tenggelam (BMKT) milik Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan (PANNAS) BMKT KKP. Foto : Dirjen PRL KKP

 

Bernilai Triliunan Rupiah

Sebelum menggelar pameran, Asosiasi Perusahaan Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Muatan Kapal Tenggelam Indonesia (APPP BMKTI) pernah merilis data tentang perkiraaan harta karun yang tersimpan di perairan Indonesia. Asosiasi tersebut memperkirakan, sedikitnya ada 464 titik lokasi kapal tenggelam dengan nilai ekonomi harta karun mencapai Rp127,6 triliun.

Tak hanya itu, United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pernah merilis data bahwa ada sekitar 20 ribu kapal yang berasal dari berbagai negara di dunia dan pernah melakukan pelayaran ke Selat Malaka yang diketahui menjadi jalur sutera perdagangan internasional di masa lalu.

Dari jumlah tersebut, UNESCO menyebut seluruhnya tidak pernah kembali ke negara asalnya masing-masing dan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut bahkan memperkirakan seluruh kapal yang memuat banyak sekali materi penting untuk transaksi perdagangan dan yang lainnya, mengalami karam di perairan Indonesia.

Data UNESCO tersebut, kemudian diperkuat dengan data APPP BMKTI yang menyebut ada 134 titik lokasi kapal tenggelam di sekitar perairan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sementara, di sekitar Selat Malaka, lokasi yang terdeteksi ada kapal tenggelam dari masa lalu jumlahnya mencapai 37 titik.

“Selain di Pelabuhan Ratu, lokasi yang banyak ditemukan BMKT, juga ada di sekitar Selat Malaka di perairan Sumatera yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura,” ujar Sekretaris Jenderal APP BMKTI Harry Satrio.

 

Rawan Penjarahan

Meski bernilai tinggi, Riyanto Basuki mengakui, keberadaan harta karun BMKT di perairan Indonesia, sebagian di antaranya ada yang berlokasi di perairan dangkal. Akibatnya, harta karun tersebut banyak yang diketahui oleh para nelayan dan warga lokal. Kemudian, mereka secara perseorangan berinisiatif mengambilnya dan menjualnya ke pihak lain.

“Ini yang dikuatirkan. Karena dangkal, mereka bisa menyelam dengan tradisional tanpa alat. Benda yang berhasil diangkat, kemudian dijual ke pihak swasta tanpa sepengetahuan Negara. Ini yang berbahaya,” jelas dia.

Karena mengandung tingkat kerawanan yang tinggi, Riyanto mengaku persoalan tersebut menjadi fokus penanganan oleh Pemerintah dan berharap aset harta karun BMKT yang masih ada di sejumlah perairan Indonesia, bisa terselamatkan dengan utuh.

“Pencurian terjadi, karena lautnya tidak terlalu bergelombang dan dangkal. Ini jadi konsen kita untuk menyelamatkan benda-benda BMKT,” ungkap dia.

Riyanto mengatakan, persoalan pencurian juga yang menyebabkan Pemerintah memberlakukan moratorium pengangkatan harta karun BMKT sejak 2011 hingga sekarang. Karena, Pemerintah sadar bahwa benda BMKT adalah kekayaan Negara yang harus dijaga dan bisa dimanfaatkan dengan baik.

 

Seorang penyelam sedang menyelam di dekat bangkai kapal yang berisi harta karun. Pada 2017, Pemerintah mulai mengangkat barang muatan kapal tenggelam (BMKT) di perairan Indonesia. Foto : Dirjen PRL KKP

 

Kepala Sub Direktorat Pengawasan Produk dan Jasa Kelautan PSDKP KKP Halid Yusuf mengungkapkan, sejak moratorium izin BMKT diberlakukan dan investasi asing tertutup untuk pengangkatan BMKT, kasus penjarahan bermunculan di sejumlah daerah yang memiliki titik BMKT. Dia menyebut, sepanjang 2016 saja, tercatat sedikitnya sudah ada 5 kasus pencurian benda BMKT di Natuna, Lingga, Bangka Belitung, dan Pulau Selayar.

Seperti diketahui, sebelum diberlakukan moratorium, Indonesia sudah mengangkat harta karun di 10 lokasi perairan. Namun, Indonesia pernah mengalami pencurian BMKT yang dilakukan Michael Hatcher dari kapal Geldermalsen. Benda BMKT dari kapal tersebut kemudian dilelang di Balai Lelang Christie di Belanda dan menghasilkan uang senilai USD17 juta. Hasil pelelangan tersebut tidak dibagi sepeserpun kepada Indonesia.

 

2017, Harta Karun dari Natuna Diangkat

Karena sudah 7 (tujuh) tahun tidak dilakukan pengangkatan, Riyanto Basuki berharap, Pemerintah bisa melakukan pengangkatan lagi pada 2017 ini. Dengan demikian, resiko dari pencurian bisa diminimalisir dan harta karun yang ada bisa dimanfaatkan.

Namun, untuk bisa mengangkat harta karun, Riyanto mengaku pihaknya masih menunggu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ditandatangani. Selain itu, pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk penentuan titik lokasi yang akan diangkat harta karunnya.

Riyanto menyebut, dari sekian banyak titik yang dideteksi ada BMKT, Pemerintah akan fokus pada titik di sekitar Bangka Belitung dan Natuna (Kepri). Untuk pengangkatan tersebut, sepenuhnya akan dilakukan oleh Pemerintah dengan biaya sendiri dari APBN.

“Karena pengangkatan BMKT ini sudah masuk daftar negatif investasi, maka yang harus melakukannya adalah Pemerintah langsung. Semua stakeholder akan dilibatkan, karena biaya pengangkatannya sangat mahal,” papar dia.

Lokasi-lokasi yang menjadi fokus pengangkatan tersebut, kata Riyanto, adalah lokasi yang paling rawan dicuri dan diketahui memiliki titik lokasi yang banyak. Perairan Kepulauan Riau, kata dia, adalah lokasi yang paling banyak terdeteksi memiliki harta karun BMKT dan salah satunya paling banyak ada di Kepulauan Natuna dan Kepulauan Lingga.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
,