Pencemaran Udara PLTU Rum, Apa Reaksi DPRD dan Pemerintah Tidore?

 

 

SD Balibunga, Kelurahan Rum Balibunga, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, penuh debu batubara. Para siswa dan guru terganggu, bahkan ada alami sesak napas. Warga desa juga alami hal serupa. Polusi debu batubara di PLTU Tidore pun akhirnya menyita perhatian Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dan DPRD.

Sebelumnya , sudah pertemuan PLTU bersama DPRD Tidore dengan tiga poin rekomendasi, yakni uji kualitas udara dan air, relokasi SD dan kompensasi kesehatan bagi masyarakat terkena dampak lingkungan.

Walikota Tidore Kepulauan, Ali Ibrahim bersama beberapa kepala instansi terkait Senin (27/2/17) juga mendatangi PLTU dan mengunjungi  SD Balibunga yang terdampak langsung debu  batubara. Dia ingin Kedatangannya  untuk menindaklanjuti  keluhan masyarakat sekitar PLTU Rum.

 

Baca juga: Ketika Debu Batubara PLTU Bikin Warga Rum Balibunga Sengsara

 

Walikota menggelar pertemuan  dengan manajer unit pembangkit PLTU Rum, Muhammad Ilham dan perwakilan  manajemen PT PLN Area Ternate, Saiful Ali. Pertemuan  di aula Kantor PLTU Rum ini,  mendengarkan langsung pemaparan PLTU, sekaligus mencari solusi keluhan masyarakat sekitar PLTU.

Ali mengatakan, kunjungan ini membangun dialog bersama PLN dan manajemen PLTU soal dugaan pencemaran udara debu batubara. Apalagi, SD Negeri Balibunga, tepat di samping PLTU, dengan siswa dan guru  mengalami langsung  pencemaran.

“Pemkot Tikep akan berusaha mencari solusi terbaik agar masyarakat merasa nyaman tanpa polusi. PLTU  juga tak terhambat menyediakan listrik yang melayani masyarakat,”katanya.

PLTU coba membela diri. Muhammad Ilham bilang, dalam beroperasi PLTU  telah berupaya menanggulangi dampak lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup pasca operasi. Dia juga menyebutkan soal kewajiban perizinan operasi PLTU.

Tak menjawab persoalan mengatasi pencemaran debu yang memenuhi sekolah dan kampung warga, Ilham malah menjelaskan soal perusahaan tanam pohon di lokasi PLTU.

“Salah satu upaya memelihara lingkungan dengan penanaman pohon peneduh di PLTU. Pohon itu ditanam agar membatasi debu bertebaran.”

 

Pertemuan Walikota Tikep Capt. Ali Ibrahim (kiri dari depan) dengan PLTU Rum di Kantor PLTU Rum. Foto: M Rahmat Ulhaz

 

PLTU, katanya, juga berupaya meminimalisir pencemaran udara dengan pembongkaran sebulan sekali, bahkan dua bulan sekali jika stok batubara penuh. “Pembongkaran batubara dari kapal tongkang pagi dan malam hari untuk mengurangi muncul debu,” katanya.

Proses ini, dengan teknik operasi alat berat dan pengkondisikan arah angin. Perusahaan mengklaim menyemprot berkala batubara untuk menjaga kelembaban. Sekaligus, katanya, penyemprotan bahan kimia pengikat debu hingga tak ada debu bebas keluar PLTU.

Dalam pertemuan itu, lagi-lagi PLTU memberikan jawaban yang tak memecahkan masalah. Ilham menyampaikan ke walikota, mereka sudah melakukan kewajiban-kewajiban seperti program pengobatan gratis, sunatan massal dan kuliah umum di masyarakat.

Perwakilan PLN Area Ternate Saiful Ali, mengatakan,  dalam waktu dekat  akan menambah penyaring debu berupa pagar vertikal  setinggi empat meter dengan tanaman merambat.  “Pagar ini diharapkan mampu menyaring debu batubara agar tak sampai menyebar ke pemukiman warga.”

Usai  pertemuan, Ali Ibrahim mengunjungi SDN Rum Balibunga melihat proses belajar mengajar  siswa sekaligus berdialog bersama  guru soal pencemaran udara.

Walikota menyampaikan SD Balibunga akan direlokasi  secepatnya hingga siswa bisa belajar aman dan nyaman tanpa polusi. Dinas Pendidikan bersama Walikota    menyanggupi  berkoordinasi dengan bagian pemerintahan mempersiapkan relokasi.

Sebelum meninggalkan SD Walikota  menginstruksikan  pimpinan instansi terkait membentuk tim terpadu menyelesaikan masalah lingkungan ini.  “Komitmen kita  tetap mengedapankan aspek-aspek lingkungan hidup dalam pembangunan. Ini kewajiban seluruh stakeholder pembangunan di Kota Tikep.”

 

Batubara yang ditampung dalam kawasan PLTU Rum Tidore. Foto: M Rhmat Ulhaz

 

   

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,