Anak Gajah Sumatera Ini Lahir di Hari Bakti Rimbawan

 

 

 

Dunia konservasi Indonesia berbangga. Pada Hari Bakti Rimbawan yang selalu diperingati setiap 16 Maret, ada hadiah istimewa menyambut kegiatan tersebut. Satu individu gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), yang berada di Conservation Response Unit (CRU) Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, melahirkan bayi betina seberat 80 kilogram.

Koordinator CRU Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Rusdi yang dihubungi dari Banda Aceh, mengatakan begitu gembira dengan kelahiran anak gajah yang induknya bernama Siska (36 tahun) itu. “Ini kado terindah yang kami terima sejak bekerja di CRU Trumon,” tuturnya, Kamis (16/03/17).

Rusdi mengaku, mahout dan tim CRU Trumon, termasuk masyarakat sekitar CRU, sudah lama menantikan kelahiran anak gajah dari perkawinan Sisca dengan gajah jantan Meutuah itu. Penantian itu terjawab ketika Siska melahirkan pada 16 Maret 2017 pukul 00.30 WIB.

“Sebenarnya, dua gajah betina di sini, Siska dan Nanik, hamil. Hanya saja, Nanik keguguran pada November 2016,” ungkap Rusdi yang juga menambahkan, di CRU Trumon terdapat empat gajah jinak, dua betina dan dua jantan.

 

Bayi betina seberat 80 kilogram ini menambah jumlah gajah di CRU Trumon menjadi lima individu gajah. Foto: Tim CRU Trumon

 

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo mengatakan, kelahiran anak gajah di CRU Trumon merupakan hadiah sangat bermakna bagi dunia konservasi Indonesia.

“Ini kado luar biasa, lahir saat peringatan Hari Bakti Rimbawan. Saya telah melaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta. Semua bahagia. Terima kasih Rusdi, Koko dan mahout lainnya yang telah merawat gajah-gajah dengan baik.”

Sapto mengatakan, tim dokter hewan dari Pusat Konservasi Gajah di Saree, Kabupaten Aceh Besar, telah dikirim untuk memeriksa anak gajah tersebut. “Kami akan memastikan kondisinya sehat. Semoga, sehat selalu dan saat dewasa dapat membantu menangani konflik antara gajah dan manusia. Kita tidak akan memisahkan anak gajah ini dari induknya.”

Sapto juga mempersilahkan masyarakat jika ada yang ingin mengadopsi anak gajah tersebut. Adopsi yang dimaksud bukan seperti mengadopsi anak manusia. Tetapi sebagai donator yang membantu biaya perawatan dan makanan. “Kita membuka peluang untuk siapa pun yang ingin membantu. Tujuannya, menyelamatkan gajah dari kepunahan.”

 

Siska dan Nanik saat dimandikan di CRU Trumon. Foto: Junaidi Hanafiah

 

Waspada penyakit

Ancaman kehidupan gajah sumatera bukan hanya karena rusaknya habitat dan perburuan. Tetapi juga ada penyakit yang harus diwaspadai.

Pada Januari 2017, Rosa, Dokter Gajah dari PKG Saree, Kabupaten Aceh Besar mengatakan, saat ini keselamatan gajah di Asia terganggu penyakit Elephant Endorheliotropic Herpes Virus (EEHV) atau herpes gajah.

“Virus yang menyerang gajah muda di sejumlah negara ini sangat sulit disembuhkan, obatnya juga belum ada,” ujarnya.

Pemerhati gajah dari Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC), drh. Muhammad Wahyu, saat menghadiri Workshop Penanganan Medis dan Pengendalian Gajah yang dilaksanakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada (UGM) mengatakan, kelestarian gajah di lembaga konservasi dan alam liar makin terancam karena penularan penyakit EEHV.

“Terhadap gajah sumatera, EEHV ditemukan disejumlah tempat baik itu di Aceh, Sumatera Utara, maupun Lampung. Gejala umum, wajah membengkak dan liduh berwarna biru. Ada beberapa individu gajah yang mati karena penyakit ini,” jelasnya.

Hari Bakti Rimbawan merupakan hari lahirnya Departemen Kehutanan pada 16 Maret 1983. Saat itu Presiden Soeharto dalam pidato pembentukan Kabinet Pembangunan IV memecah Departemen Pertanian yang sebelumnya mengurus sektor kehutanan. Departemen Kehutanan pun berdiri sendiri.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,