Afis Sabi Masrury, Mahasiswa Kreatif Pencipta Alat Pendeteksi Ikan

 

 

Cuaca tidak menentu menjadi faktor penyebab sulitnya nelayan tradisional mencari ikan di laut belakangan ini. Ditambah keterbatasan peralatan dan ekonomi yang pas-pasan, nasib nelayan tradisional makin terpuruk karena tidak mempu bersaing dengan nelayan moderen yang memiliki peralatan lengkap untuk menangkap ikan.

Kondisi inilah yang menjadi alasan utama Afis Sabi Masrury, mahasiswa semester akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, menciptakan alat pendeteksi ikan. Tujuannya, memudahkan nelayan tradisional menangkap ikan.

Alat yang dinamakan Sabi Fish Finder tersebut merupakan pendeteksi dan pemanggil ikan. Afis memanfaatkan berbagai komponen elektronika yang diintegrasikan dengan peralatan telekomunikasi berbasis android.

“Ini perangsang saja, supaya ikan mendekat. Inti alat ini adalah mendeteksi ikan, ketika terdeteksi maka pada aplikasi android ada tertera informasi. Grafik mengenai bentuk dasar perairan serta notifikasi suara bila ada ikan akan akan muncul,” terang Afis, baru-baru ini

Alat ini sempat diuji coba di kolam ikan Kampus Untag Surabaya. Terbukti, dapat “memanggil” ikan, berkumpul di dekat alat buatan Afif. Ikan berkumpul karena mendengarkan frekuensi sonar yang dipancarkan alat yang dirancang mahasiswa asal Situbondo itu.

 

Sabi Fish Finder karya Afis Sabi Marury yang dapat mendeteksi ikan sekaligus mengumpulkannya. Foto: Petrus Riski

 

Data android

Afis juga telah melakukan uji coba di kolam buatan di beberapa tempat, serta di pantai Kenjeran, Surabaya. Komponen utama alat ini berupa sensor ultrasonic sebagai pendeteksi ikan, arduino micro control, buzzer untuk pemanggil ikan, serta modul kamera sebagai validasi obyek di bawah air. Ikan akan terdeteksi pada kondisi bawah air mulai 30 cm hingga 3 meter,

“Semua data bisa dilihat dan ditampilkan diaplikasi android. Jadi, ikan yang terdeteksi alat ini ukurannya berkisar antara 5 hingga 20 cm.”

Afis menegaskan, karena alat buatannya masih berupa purwarupa, maka masih bisa dikembangkan lebih lengkap lagi. Purwarupa ini hanya diciptakan dengan biaya Rp500 ribu, yang diharapkan dapat terjangkau oleh nelayan.

“Sekarang ini sudah ada nelayan yang pakai smartphone atau android. Alangkah baiknya teknologi tersebut disinergikan dengan Sabi Fish Finder,” tuturnya.

 

Afis Sabi Masrury menunjukkan alat pendeteksi dan pemanggil ikan buatannya. Foto: Petrus Riski

 

Senang

Sarmuin, nelayan asal Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak mengungkapkan, kesulitan nelayan tradisional saat ini masih pada peralatan tangkap ikan yang seadanya. Selain perahu kecil dengan mesin tempel dan jaring sederhana, nelayan tidak dapat menangkap ikan bila cuaca tidak mendukung.

“Ukuran perahu nelayan di sini agak kecil, kalau cuaca buruk ya tidak berani melaut. Hasil tangkapannya juga tidak menentu.”

Sarmuin mengangap, keberadaan teknologi akan sangat membantu, terlebih ada beberapa nelayan yang memiliki perangkat telekomunikasi berbasis android. Meski di lain sisi, peralatan moderen menjadi harapan nelayan tradisional, untuk bersaing dengan nelayan menengah dan besar.

“Tentunya, bila ada teknologi yang diberikan kepada nelayan untuk mencari ikan, akan sangat memudahkan. Kami sangat senang bila peralatan nelayan tradisional ditambah atau ditingkatkan. Termasuk, bantuan teknologi untuk mendeteksi ikan di laut,” tandasnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,