Pipa Bawah Laut Rusak, Penyaluran Air Bersih ke Maitara Terancam

 

 

Speed boat milik tim SAR dan satu kapal nelayan  mengangkut sekitar lima orang berputar-putar di laut depan Desa Maitara Selatan,  dua pekan lalu. Mereka melakukan pengecekan  lanjut kerusakan  pipa bawah laut untuk proyek air bersih yang akan dialirkan ke Pulau Maitara.

Beberapa hari speed boat dan  perahu kayu berputar putar di depan pipa induk ini.  “Mereka mengecek kerusakan pipa,” kata Budi Zakaria  Sekretaris Desa Maitara Selatan.

Sebelumnya,  mereka sudah mengecek ke laut pipa rusak itu dan telah menyampaikan ke  pemerintah kota.

Baca juga: Sulitnya Warga Pulau Maitara Dapatkan Air Bersih

Proyek Balai Sumberdaya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum Wilayah Maluku–Maluku Utara  ini, sepekan sebelumnya mengalami kerusakan. Dari tiga pipa yang  ditarik dari Tidore ke Maitara,  satu rusak dan menyembul ke permukaan laut. Pipa ini putus seperti terpotong.

Proyek ini sebenarnya baru selesai dan tahap ujicoba mengalirkan air dari Tidore. Sayangnya, setelah ujicoba, suplai air terhenti  sampai kini. Warga setempat menduga konstruksi pipa air bersih  ini tak beres hingga rusak.

Pemasangan pipa  bawah laut, niatnya menjawab krisis air bersih di Maitara. Warga selama ini bergantung air hujan dan sumur. Mereka yang punya uang  membeli air isi ulang di Tidore dan Ternate untuk konsumsi sehari-hari.

Kerusakan pipa bawah laut ini bikin warga khawatir, penyaluran air bersih gagal. Yunus Zakaria, guru di Pulau Maitara meminta, masalah ini segera teratasi.

“Kalau Pak Presiden Jokowi mendengar keluhan kami lebih bagus. Kami ingin memperoleh air bersih seperti mereka di Ternate dan Tidore. Proyek ini harus bisa dinikmati masyarakat,” katanya.

Senada dikatakan Muchlis Malagapi,  Kepala Desa Maitara Tengah.  Dia khawatir pipa air bersih rusak buat masyarakat tak bisa mewujudkan impian dapat air bersih.  “Mungkin pemasangan pipa bawah laut ini tak beres hingga proyek selesai, tak menghasilkan air bersih setetespun.  Saya curiga, proyek asal jadi. Belum apa-apa pipa sudah rusak,” katanya.

Muhlis mendesak , kepolisian mengusut jika ada pekerjaan tak beres, terutama pemasangan sistem perpipaan bawah laut.

Padahal,  katanya, rencana air bersih mengalir tahun ini. “Mewakili  masyarakat Pulau Maitara, sangat berharap  proyek ini tuntas, bisa mengalirkan air.”

Dia merasa belum merdeka karena sampai sekarang belum menikmati  pelayanan air bersih. “Kami masyarakat Maitara berhak  mendapatkan  pelayanan dasar  air bersih   yang adil seperti masyarakat lain di Ternate dan Tidore.”

 

Pipa induk bawah laut di tepi pantai sebelum masuk ke perkampungan dan rumah warga. Foto: M Rahmat Ulhaz

 

 

Program PDAM terhambat?

Dengan kerusakan pipa ini, kata Muhlis bisa menghambat rencana PDAM  menyukseskan program Nawacita   10 juta sambungan untuk  masyarakat  berpenghasilan rendah  (MBR). Maitara, katanya,   mendapat jatah 500 sambungan.

Dia mendesak Pemerintah Kota Tidore Kepulauan melalui PDAM berkoordinasi dengan Balai Sumber Daya Air agar cepat memperbaiki pipa rusak. “Masyarakat akan lapor masalah ini  ke aparat berwajib,  jika  proyek  dikerjakan asal-asalan,” katanya.

Tidak hanya pipa rusak, sumur air bersih yang dibangun Balai Sumber Daya Air di Kelurahan Fabaharu  Tidore Kepulauan juga belum berfungsi dan tak bisa menyuplai air bersih ke Maitara.

Protes terhadap masalah ini juga datang dari Ketua Pemuda Maitara Selatan,  Ahmad Zen. Pulau Maitara, katanya,  dengan  ikon uang Rp1.000,  merupakan  pintu masuk parawisata  Kota Tidore Kepulauan.

Untuk menjadikan Maitara pintu masuk parawisata,  harus membereskan kebutuhan air bersih.  “Bagaimana membangun pariwisata Kota Tidore Kepulauan, sementara air bersih belum tersedia,” katanya.

Erlangga Perwira, mantan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)  proyek ini menjelaskan, soal kerusakan pipa bawah laut, hasil identifikasi mengalami kerusakan terpapas bukan jebol. “Ini bukan bentuk jebol, tapi seperti terpotong atau terpapas,” katanya.

Dia belum bisa memastikan apakah pipa sengaja dirusak orang, atau terapung dan terhantam kapal.  “Belum ada kesimpulan. Masih penelitian oleh tim tehnis,” katanya.

Sementara setelah diangkat pelampung,  terlihat kerusakan bukan masalah teknis struktur.  “Kami tak mau berspekulasi siapa atau karena apa kerusakan terjadi.”

Meskipun pipa air bawah laut terpapas, katanya, tak menghalangi  rencana distribusi air. “Pipa bukan hanya satu tapi tiga. Ketika satu bermasalah, masih ada dua pipa untuk mengalirkan air.”

Ansar Gunawan, Direktur PDAM Kota Tikep, mengatakan, sebenarnya tak masalah secara teknis tetapi mengakui ada kerusakan pipa transmisi bawah laut.  Saat ini, Satker BWS  dan Sumber Daya Air (SDA) Malut sudah melakukan investigasi.

Untuk menyambung pipa bawah laut, katanya, perlu teknologi khusus. “Ini diatasi segera,” katanya.

Sedang soal sambungan baru PDAM untuk MBR  di Kota Tidore Kepulauan pada 2017, ada 1.000 sambungan. Dari jumlah itu,  sekitar 500 MBR di Pulau Maitara. Sisanya,  di Kelurahan Topo dan daerah lain. Untuk  program MBR, kendala di Topo,  pipa transmisi sering rusak. Diapun berjanji menanggulangi.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,