Ternyata, Tarantula Memiliki Kemampuan Mengukur Jarak Tempuhnya

 

 

Tarantula merupakan julukan untuk jenis laba-laba ukuran besar berbulu. Di dunia ini, ada 800 spesies tarantula yang telah teridentifikasi. Sementara laba-laba, diperkirakan ada 45 ribu jenis yang dapat kita temukan di penjuru bumi, kecuali Benua Antartika.

Tarantula serigala atau Lycosa tarantula adalah jenis yang spesial. Bila umumnya laba-laba bersarang di jaring sutera, di celah bebatuan dan pepohonan, tarantula ini justru bersarang di lubang-lubang tanah yang terlihat samar. Ditutupi daun-daun, ranting, dan batu-batu kecil yang kemudian diikat dengan sutera buatannya sendiri.

Spesies ini aktif malam hari (nokturnal) dan mengintai kehadiran mangsanya dari dalam sarang. Begitu mangsa terpantau, ia langsung menyergap, dan kembali ke sarangnya yang berjarak 30 hingga 40 sentimeter. Cara berburunya yang mirip serigala ini, membuatnya dijuluki tarantula serigala.

Belum lama ini, tim peneliti dari Autonomus University of Madrid mempelajari seluk-beluk wolf spider. Ternyata, ia memiliki cara unik yang disebut ‘path integration’ untuk kembali ke sarangnya. Dengan mekanisme tersebut, tarantula serigala tidak mengikuti jalan yang sama (seperti ia pergi) untuk kembali ke sarangnya. Ia bergerak melalui jalur berbeda, berdasarkan pengukuran dari empat pasang mata yang dimilikinya.

Pada 1999 sebelumnya, tim peneliti dari universitas yang sama, menemukan bahwa tarantula serigala menggunakan cahaya yang terpolarisasi untuk mengetahui posisi mereka dengan sarangnya. Dalam penelitian baru-baru ini, tim peneliti ingin mengetahui lebih banyak dan menganalisis peran masing-masing, dari empat pasang matanya, dalam proses pengukuran jarak, yang disebut odometri. Penelitian tersebut telah dipublikasikan di Journal of Experimental Biology 2017.

“Untuk menghitung jarak yang ditempuh, tarantula ini membutuhkan odometer (alat untuk mengukur jarak tempuh) yang mencatat rute, lokasi yang sesuai tujuannya. Juga, ‘kompas’ yang digunakan untuk menunjukkan arah perjalanan,” kata Joaquin Ortega-Escobar, penulis utama jurnal ini, sebagaimana keterangannya dilansir dari Phys.org, April 2017.

Cahaya yang terpolarisasi itu dijadikan kompas dan petunjuk arah. Escobar menuturkan, tarantula serigala menggunakan mata medial anterior untuk mengukur sudut cahaya. Sementara, mata lateral anterior digunakan untuk menunjuk arah. Mata lateral anterior yang dibantu dengan mata lateral posterior juga berfungsi untuk mengukur jarak ke sarang mereka.

“Dalam percobaan ini, kami menutup matanya menggunakan cairan cat yang larut air. Lalu kami mengamati bagaimana ia berjalan, seolah menuju ke sarangnya sejauh 30 sentimeter. Tapi, ia berhenti di jarak 8,5 sentimeter dan tidak sampai ke tujuan akhir,” jelas Escobar. Dengan mata laterial anterior tertutup dan mata lainnya terbuka, ia memiliki masalah dalam menentukan jarak kembali ke sarangnya. “Dibutuhkan mata lateral anterior untuk mengukur jarak,” tambahnya.

 

Susunan empat pasang mata pada cephalothorax tarantula serigala. OLA menunjukkan mata lateral anterior, OMA mata medial anterior, OLP mata lateral posterior dan OMP mata lateral posterior. Foto: Joaquin Otrega-Escobar via Phys.org

 

Studi yang pernah dilakukan sebelumnya pada semut gurun (Cataglyphis fortis), para peneliti melakukan hal yang sama yaitu menutup satu bagian mata. Hasilnya, tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam perjalanan kembali ke sarangnya.

Tarantula serigala masuk dalam famili Lycosidae. Panjang tubuhnya berkisar 19 mm hingga 34 mm dan tersebar di Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa bagian selatan, Afrika, Asia, dan Australia. Nama tarantula berasal dari Taranto, kota di Italia. Bila dibandingkan tarantula lainnya, wolf spider ini ukuran tubuhnya terbilang lebih kecil. (Berbagai sumber)

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,