Sedihnya, Harimau Ini Kena Jerat, Tertombak dan Beberapa Bagian Tubuh Hilang…

 

Pada Kamis (25/5/17), suasana di Dusun Kuala Indah, Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura), Sumatera Utara, terlihat riuh.

Sejumlah warga tampak berduyun-duyun ke area pedesaan. Mereka melihat ada sejumlah orang– bukan warga kampung–, tengah membawa harimau Sumatera dengan tubuh tertusuk tombak.

Mengetahui satwa yang mereka lihat dilindungi, warga mengambil harimau dari sejumlah orang, dan membawa ke tengah kampung. Warga desa heboh. Apalagi harimau sudah mati dengan kepala pecah, darah segar masih mengalir.

Menurut kesaksian warga, mereka tak mengenal sejumlah pria itu. Bersama orang ‘asing’ itu, ada sejumlah pria dari desa mereka.

Warga bersama Kepala Desa Terang Bulan, ambil kesepakatan segera mengubur harimau. Saat tanah digali, orangtua mengambil kain ulos Batak dan daun sirih serta pinang, lalu menempatkan ke piring kemudian meletakkan di dekat harimau mati itu.

Kain ulos diselimutkan ke tubuh sang raja rimba. Praktis anak-anak berani memegang harimau ini. Ada juga yang berfoto ria, sembari menunggu proses penggalian tanah untuk makam harimau. Setelah itu, satwa inipun dikuburkan. Sedang sejumlah pria yang tak mereka kenal sudah tak terlihat lagi.

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), mendapatkan informasi langsung meluncur ke Desa Terang Bulan. Setibanya, petugas KSDA langsung olah tempat kejadian perkara (TKP), dan mencoba berdialog dengan warga, agar mau membongkar kuburan harimau. Bangkainya, akan dibawa ke Kantor BBKSDA Sumut di Medan, untuk outopsi.

 

 

Satu jam lebih dialog antara petugas dengan warga tak membuahkan hasil. Sebagian warga tak mengizinkan kalau makam harimau dibongkar, mereka juga tak mau satwa dibawa keluar desa. Setelah memberikan penjelasan panjang lebar, akhirnya warga mengizinkan.

Setelah menempuh perjalanan tujuh jam lebih dari Kabupaten Labura menuju Medan, pada Jumat pagi (26/5/17), tim BBKSDA Sumut tiba di Medan. Petugas langsung membuka plastik berwarna hitam, pembungkus harimau. Mereka periksa fisik harimau.

Fitri CH Noor, Teknisi Kehutanan BBKSDA Sumut, mengatakan, dari bentuk tubuh, harimau masih remaja jelang dewasa. Dari pemeriksaan, ditemukan ada sejumlah tubuh hilang, seperti alat kelamin, kulit kening, kumis dan ujung ekor, serta sejumlah kuku.

Dugaan awal, kematian harimau luka terbuka dengan senjata tajam di kepala tembus tengkorak. Kemungkinan ada yang membacok dengan parang atau sejenis senjata tajam, dan mengenai kepala.

“Harimau ini jantan. Kematian diduga akibat benda tajam menghantam kepala tembus ke tengkorak,” kata Fitri.

Dia bilang, hutan sekitar desa merupakan hutan produksi terbatas (HPT), memiliki pakan cukup, dan tempat harimau hidup.

Informasi dari petugas, satwa ini turun ke desa selama sepekan terakhir memakan ternak, namun tak menganggu manusia. Ada bekas luka di kaki diduga bekas jerat namun bukan luka mematikan.

“Untuk lebih pasti nanti kita tunggu hasil outopsi dokter hewan. Dugaan awal kematian karena luka di kepala.”

Al Haris Rumidi, Pelaksana Harian Kepala Seksi Perencanaan Perlindungan dan Pengawetan, BBKSDA Sumut, dikonfirmasi Mongabay mengatakan, belum bisa mengambil keputusan mengapa satwa ini bisa masuk kampung, termasuk ada bekas tombak dan jerat di kaki.

Mereka akan penelusuran mendalam. Bersama Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum (Gakkum) LHK Sumatera, akan mendalami apakah harimau masuk desa karena berbahaya dibunuh warga, atau ada motif lain.

 

Harimau mati di Desa Terang Bulan. Foto: Ist

 

Saat ditanya kemungkinan satwa dibunuh sengaja dan dijerat pemburu, dia belum bisa mengambil kesimpulan. Saat ini, katanya, mereka masih melakukan investigasi.

Harray Sam Munthe, Direktur Sumatran Tiger Rangers (STR) mengatakan, selama satu bulan ini mendapatkan laporan tim lapangan dan warga desa, kalau sering melihat harimau keluar hutan.

Mereka mendalami ke lapangan, katanya, ternyata penyebab utama satwa keluar hutan karena habitat rusak oleh alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit. Pembalakan liar, katanya, juga jadi penyebab. Selain itu, ada sejumlah pemburu mereka dapati masuk hutan membawa jerat harimau dan satwa liar lain.

Seminggu sebelum kejadian, mereka memergoki tiga pria bukan warga desa setempat dalam hutan. Saat ditanya, orang itu menyatakan tengah mencari rotan tetapi bawaan jerat harimau.

Menurut Harray, ketika hari harimau ditemukan, tiga pria– bukan warga desa–ada disitu. Saksi mata mengatakan, harimau diambil dari tiga orang itu kemudian dibawa ke Desa Terang Bulan.

Dugaan awal, harimau mati bukan karena masuk ke desa lalu dibunuh warga, tetapi mati terjerat.

“Jadi pemburu ini kami duga menggandeng warga desa. Saat jerat, kena harimau mereka bawa tapi ketahuan warga desa lain. Mereka menghilang.”

Dia mendesak, ada pengusutan mendalam terkait kematian harimau ini. Pemburu dan penjerat, katanya, harus ditindak tegas agar jera. “Yang menguliti wajah, memotong kelamin, harus dipidana. Harus diusut tuntas.”

 

Harimau mati terjerat dan kena tombak dengan kemaluan hilang. Foto: Ayat S Karokaro

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,