Duyung Terdampar di Perairan Morotai, Belum Setahun Lima Mati

 

 

Puluhan orang dari Desa Raja dengan kendaraan roda dua menuju Pantai Wawama, Morotai Selatan, Maluku Utara, Kamis (25/5/17), sekitar pukul 11.00. Tujuan mereka ingin mengambil daging duyung atau dugong yang terdampar.

Warga Desa Raja ini biasa mengkonsumsi daging duyung. Rencana mereka gagal karena kedatangan mereka udah didahului petugas yang akan mengamankan bangkai mamalia laut itu.

Informasi Mongabay  menyebutkan,  mamalia ini mati terbawa  arus ke Pantai Desa Wawama. Temuan dugong tersebar luas hingga sampai ke petugas Dinas Perikanan Pulau Morotai.

“Daging ini ada sebagian warga makan,” kata Amin Kaimudin,  warga  Wawama.

Karena keduluan petugas niatan pun batal. ”Waktu kami dari Dinas Perikanan datang sebagian warga mau mengambil daging. Kami melarang,” kata Irvan Kabayo, Bagian Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Pulau Morotai.

Hasil identifikasi, dari tubuh dugong mati tak ada tanda-tanda luka.  Dinas sudah melaporkan temuan duyung mati sepanjang 2,88 meter  dan berat hampir 300 kilogram itu kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bahkan lapor juga ke kepolisian dan petugas karantina hewan. Akhirnya, mereka turun langsung melihat mamalia dilindungi ini.

Setelah itu mereka bersepakat mengangkut dugong ke Pantai Sagolo, tak jauh dari Tanjung Dehegila Morotai untuk dikuburkan.

Penguburan dugong ini, katanya, agar warga tak mengambil daging buat konsumsi. ”Kami langsung sampaikan kepada nelayan, mamalia ini dilindungi negara, tak boleh ditangkap untuk  konsumsi,” katanya.

 

Duyung kala diangkut ke pantai berbeda untuk dikubur. Foto: Dinas Keluatan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai

 

Belum setahun lima dugong mati

Duyung atau nama latin dugong dugon belakangan banyak ditemukan mati di Perairan Pulau Morotai. Data Dinas Perikanan Pulau Morotai menyebutkan,  belum setahun sudah lima dugong mati dan terdampar di perairan di kampung-kampung Morotai.

Mamalia  ini juga ditangkap nelayan.   “Beberapa waktu lalu ada nelayan di Pulau Kokoya Morotai,  menangkap dugong dan mengikat di  laut dekat rumah. Kala petugas tahu, dilepas ke laut.”

Ivan menceritakan, beberapa bulan sebelumnya ada temuan dugong mati tetapi daging langsung dikonsumsi warga. Dinas mendapat kabar dan turun mengecek, ternyata tinggal tulang belulang.

“Di Morotai ada warga yang mengkonsumsi. Ada juga warga memiliki keyakinan air mata dugong jadi pengasihan.”

Merekapun mengimbau nelayan atau warga sekitar pulau-pulau di Morotai tak menangkap dugong. Kalaupun masuk jaring agar melepasnya.

Mohammad Akang Idris, kelompok penyelam tergabung dalam Nasijaha Dive Centre (NDC) mencatat, dalam setahun ini, banyak satwa laut dilindungi mati. Bahkan  ada ditangkap seperti paus, lumba-lumba dugong dan hiu.   Untuk itu, perlu perhatian serius aparat dan penggiat bidang ini.

Sebagai orang yang setiap saat beraktivitas di bawah laut, katanya,   menganggap kematian satwa adalah ancaman serius. Apalagi dugong-dugong yang mati di Morotai beberapa waktu ini.

“Kami hampir setiap saat menyelam di laut Malut terutama di Pulau Morotai. Dugong adalah mamalia sangat langka. Waktu menyelam kami jarang  menemukan dugong bermain. Jika ada mamalia ini  mati sia-sia  sangat disayangkan,” katanya.

Dia bilang, beberapa kawasan laut di Malut banyak padang lamun   sebenarnya tempat dugong mencari makan. Dia menyebut Pulau Ternate,  Maitara Hiri dan Morotai banyak padang lamun.

“Ini harus menjadi perhatian instansi terkait untuk memberikan perlindungan padang lamun tempat hidup dan mencari makan   mamalia ini. Saya mengimbau masyarakat menangkap hewan hewan laut yang dilindungi itu.”

Menurut dia, keberadaan satwa laut seperti dugong ini jadi daya tarik dan ikon laut Malut, baik konservasi, penelitian maupun pariwisata.

 

Duyung telah dikuburkan. Foto: Dinas Keluatan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai

 

Duyung yang mati terdampar. Foto: Dinas Keluatan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,