Pencapaian Sempurna Holidin, Penangkar Hebat Bunga Bangkai Raksasa

 

 

Ketekunan Holidin, warga Desa Tebat Monok, Kepahiang, Bengkulu, menangkarkan Amorphophallus, atau dikenal sebagai bunga bangkai raksasa di Taman Konservasi Puspa Langka, patut diacungi jempol. Sejak memulai 1998, sudah ratusan pohon A. titanum, A. gigas, A. paeonifolius, A. muelleri, A. Variabilis, serta A. manta yang tumbuh sempurna. Termasuk, sebuah bunga A. titanum yang diprediksi bakal mekar Jumat (21/07/17) mendatang.

Keberhasilan tersebut, membuat Holidin begitu bahagia. Selain berpartisipasi dalam pelestarian puspa langka, Holidin menganggap upayanya itu bagian dari kampanye mengenalkan Amorphophallus kepada masyarakat luas. Harapannya, tidak hanya muncul kepedulian, tetapi juga kebunnya itu bisa dijadikan lokasi penelitian.

“Bahagia tidak terkira. Berkat Amorphophallus, saya banyak kenalan, mulai warga sekitar hingga orang hebat seperti Pak Rhenald Kasali, guru manajemen dunia. Bagi saya, persahabatan ini merupakan berkah luar biasa,” kata Holidin kepada Mongabay Indonesia, Senin (16/07/17).

Saat ini, di Taman Konservasi Puspa Langka terdapat sekitar 250 umbi dan pohon A. titanum, 17 umbi dan pohon A. gigas, 15 umbi dan pohon A. paeonifolius, 17 umbi dan pohon A. muelleri, 10 umbi dan pohon A. Variabilis, serta 8 umbi dan pohon A. manta. Jumlah umbi dan pohon A. titanum lebih banyak karena pengembangbiakannya menggunakan biji dan umbi. Sedangkan jenis lainnya hanya mengandalkan umbi.

 

Baca: Inilah Holidin, Si Penjaga Sekolah Penangkar Bunga Bangkai Raksasa

 

Holidin sangat ingin membagikan pengetahuan dan pengalamannya ini kepada siapa saja yang berniat belajar. Apalagi, bila orang yang belajar tersebut, bersedia untuk menangkar dan mengembangbiakan Amorphophallus. Baik ditangkarkan di rumah, maupun untuk pengembangan pariwisata.

“Keinginan saya, taman ini menjadi tempat belajar bersama. Mau belajar setiap hari, setiap minggu, atau kapanpun tidak masalah. Kalau ada pihak yang ingin berbuat baik bersama, saya sangat terbuka,” ujarnya.

 

Holidin yang begitu gembira dengan keberhasilannya menangkarkan bunga bangkai raksasa di Taman Konservasi Puspa Langka. Foto: Dedek Hendry/Mongabay Indonesia

 

Holidin tidak merasa tersaingi atau merugi bila upaya penangkaran dan pengembangbiakan ini dilakukan masyarakat untuk pariwisata. Sebaliknya, dia sangat senang bila hal tersebut dilakukan, terlebih bila berdampak positif bagi perekonomian masyarakat dan daerah. “Yang terpenting bagi saya adalah semakin banyak orang yang peduli dan ikut melestarikan Amorphophallus.”

 

Baca juga: Peluang Ekowisata Amorphophallus Bakal Menjanjikan, Bila…

 

Ketertarikan masyarakat terhadap Amorphophallus memang tinggi. Setiap kali bunga ini mekar, banyak pengunjung datang. Tidak hanya mereka yang kebetulan melewati jalan lintas Curup – Bengkulu, tapi juga wisatawan lokal yang sengaja datang dari rumah.

“Saya dengar-dengar, di luar negeri seperti Australia, Amerika dan Jerman, kalau ada Amorphophallus mekar di tempat semacam kebun raya, ribuan orang antri untuk melihat. Jangan sampai, nantinya anak cucu kita harus ke luar untuk melihat Amorphophallus, terlebih jenis yang endemik Indonesia,” terangnya.

Kekhawatiran Holidin akan punahnya Amorphophallus yang hidup liar di hutan, diungkapkannya kepada Mongabay Indonesia. Selain masalah illegal logging dan perambahan, pertambahan penduduk beserta pembangunan akan mengakibatkan kawasan hutan berkurang. “Tak usah jauh-jauh, hutan di sekitar tempat saya tinggal ini saja sudah banyak yang dirambah menjadi kebun. Entah bagaimana kondisi ke depannya dengan jumlah penduduk yang kian meningkat,” paparnya.

 

Rafflesia arnoldii (kiri) dan bunga bangkai raksasa Amorphophallus titanum (kanan) yang seriang dianggap jenis yang sama. Sumber: Wikipedia

 

Menyadur dari dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Rafflesia arnoldii dan Amorphophallus titanum 2015 – 2025, marga Amorphophallus di seluruh dunia berjumlah sekitar 200 jenis. Indonesia memiliki 25 jenis yang 17 jenisnya endemik. Sebanyak 8 jenis di Sumatera, 5 jenis di Jawa, 3 jenis di Kalimantan dan 1 jenis di Sulawesi. Jenis-jenis endemik Sumatera adalah A. asper, A. beccarii, A. forbesii, A. gigas, A. gracilis, A. hirsutus, A. Manta, dan A. titanum.

Disebutkan juga, ancaman kepunahan Amorphophallus, khususnya A. titanum, meliputi kondisi habitat yang menurun akibat alih fungsi lahan, kebakaran hutan, penggunaan herbisida di kebun masyarakat, serta penjualan umbi ilegal ke luar negeri. Juga, perburuan burung rangkong yang merupakan satwa pendistribusi biji A. titanum.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,