Terjebak di Perkebunan, Tubuh Orangutan-orangutan Ini Penuh Peluru…

 

Dalam tiga hari, mereka mengevakuasi lima orangutan yang terjebak di perkebunan di beberapa lokasi. Dari lima orangutan, dua dalam kondisi tubuh penuh peluru, bahkan satu sudah mengalami kebutaan.

Kehidupan orangutan terus terdesak. Salah satu bukti, dalam sepekan tim Human-Orangutan Conflict Rescue Unit (Hocru), Yayasan Orangutan Sumatra Lestari–Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) mengevakuasi lima orangutan Sumatera yang terjebak di perkebunan sawit dan karet. Mereka tak bisa kembali ke rumah mereka di hutan.

Data OIC, dalam tiga hari mereka evakuasi lima orangutan. Dua orangutan, terdiri dari induk dan bayi di perkebunan sawit Desa Kampung Batu, Bakongan, Aceh Selatan. Setelah pemeriksaan tim medis, kondisi keduanya sehat, hingga langsung translokasi ke hutan.

Pada Kamis (13/7/17), tim Hocru-OIC kembali menyelamatkan dua orangutan, yang terjebak di perkebunan sawit dan karet, di Dusun Kermal, Desa Tenggulun, Aceh Tamiang. Sang induk berusia sekitar 30 tahun, anak sekitar satu tahun.

Mongabay ikut evakuasi di Aceh Tamiang. Hujan deras, dan medan curam serta licin, membuat tim sedikit mengalami kendala dalam proses evakuasi. Penyelamatan di Desa Tenggulun, dengan menembakkan bius ke tubuh lalu memasukkan satwa ke kandang sementara.

Tim melanjutkan evakuasi sang anak, tak pakai bius melainkan menumbangkan pohon kecil yang dipanjat orangutan anakan itu. Setelah itu, bergabung dengan sang induk.

Sebelum masuk ke kandang sementara, Ricko Laino Jaya, Dokter Hewan OIC memeriksa kondisi kesehatan sang anak. Hasilnya, kondisi sehat hingga langsung translokasi.

 

Tubuh banyak peluru

Kabar menyedihkan dari sang induk. Saat pemeriksaan, ditemukan lebih empat peluru senapan angin bersarang di dekat mata, dan bagian tubuh lain. Lebih mengejutkan, mata kiri sang induk telah buta, terkena peluru.

Ricko mengatakan, dalam proses evakuasi terjadi sedikit kesulitan karena medan licin. Kedua orangutan, katanya,  diperkirakan sudah lama terjebak di perkebunan campuran sawit dan karet itu. Jarak dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sekitar 16-17 kilometer, cukup jauh.

Berdasarkan temuan lapangan, sambil menggendong anaknya, induk terlihat turun dari pohon dan berjalan di tanah. Hal ini disebabkan lokasi orangutan terjebak sudah sedikit pohon besar. Ditambah lagi, sepanjang mata memandang, terlihat karet baru tanam. Tanaman kecil tampak rimbun hingga mereka turun.

Saat evakuasi, tim sempat kehilangan jejak. Setelah penyisiran, ternyata mereka bersembunyi di rerimbunan daun pohon sekitar. Kondisi mereka, katanya, sangat riskan jika membiarkan. Makanan kurang dan ancaman perburuan cukup tinggi, serta konflik dengan manusia, bisa mengancam hidup mereka.

“Itu sebabnya kita putuskan mengevakuasi. Pak Ardi Andono, Kabid Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Balai Besar TNGL mengizinkan kedua satwa translokasi ke TNGL terdekat, ” ucap Ricko.

Soal temuan empat peluru, katanya,  karena kondisi hujan cukup deras dan peluru cukup dalam di bawah kulit, sangat riskan jika sterilisasi untuk operasi. Dengan peluru cukup dalam, kalau mau mengekstrasi peluru harus membuat luka cukup besar dan bisa menganggu kesehatan jika rilis ke alam.

Setelah evakuasi dua orangutan, bersama petugas BKSDA dan TNGL, tim penyelamat Hocru-OIC langksung translokasi ke TNGL. Begitu kandang dibuka, sang induk menggendong anak keluar, lalu memanjat pohon tinggi.

Meski dengan keterbatasan melihat dengan satu mata, si ibu terlihat cekatan memegang tiap ranting. Petang datang, perlahan induk bersama anak ini hilang di antara dedaunan hutan TNGL nan lebat.

 

Induk dan anak orangutan translokasi ke TNGL. Foto: Ayat S Karokaro

 

 

***

Waktu menunjukkan pukul 23.12 kala saya bersama tim Hocru-OIC pulang ke Medan, Sumut, dan mendapatkan kabar dari tim Wildife Conservation Society (WCS), ada satu orangutan terjebak di perkebunan. Lokasi di Dusun Pancasila, Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Langkat.

Orangutan diperkirakan berusia sekitar 30 tahun itu, kata Ricko, sudah lama terisolasi di perkebunan milik warga terlihat dari sarang sudah lama.

Dengan berkoordinasi bersama WCS dan OIC, evakuasi dilakukan Jumat pagi (14/7/17), karena tak mungkin tengah malam dengan kondisi cuaca kurang mendukung.

Saat ditembakkan jarum bius, satwa ini langsung jatuh dari pohon. Jaring mengaman sudah terpasang.  Ricko memeriksa kondisi kesehatan orangutan ini.

Kabar mengejutkan lagi, saat diperiksa ditemukan begitu banyak peluru senapan angin bersarang di tubuhnya. Setidaknya ada 20 butir peluru.

Meskipun begitu, kata Ricko, posisi peluru ini tak membahayakan hidup orangutan yang masih dalam kondisi sehat. Dia merekomendasikan petugas BKSDA dan BBTNGL, segera translokasi ke TNGL terdekat.

“Begitu kita evakuasi langsung diputuskan translokasi ke TNGL. Kondisi sehat, hanya ada puluhan peluru di sejumlah bagian tubuh namun tak menggangu hidupnya.”

 

Anak orangutan berusia sekitar satu tahun usai evakuasi. Foto: Ayat S Karokaro

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,