Komitmen Keterlacakan Rantai Pasok Sawit Golden Agri, Bagaimana Perkembangannya?

 

 

Sekitar 1,5 tahun lalu, Golden Agri Resources (GAR),  umumkan telah selesai memetakan rantai pasokan ke pabrik, meliputi 489 kilang (mills) penyuplai minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) dan palm kernels (PK) ke delapan pabrik mereka di seluruh Indonesia. Pekan lalu, produsen sawit terbesar kedua dunia, grub Sinar Mas ini merilis laporan keterlacakan sawit dari kebun ke pabrik milik mereka sudah mencapai 88%. Sedangkan sumber-sumber pasokan sawit dari pabrik pihak ketiga masih proses dan target selesai 2020.

Dalam laporan keberlanjutan GAR 2016 tercatat 45 pabrik milik GAR tersebar di Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jambi, Sumatera Utara, Papua, Riau, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.

“Hingga akhir 2016 sebanyak 15 pabrik GAR berhasil ditelusuri sumber-sumber pasokannya secara penuh. Sedang total, pabrik-pabrik GAR telah 88% kemamputelusuran,” kata Agus Purnomo, Managing Director Sustainability & Strategic Stakeholders Enggagement GAR saat rilis hasil laporan “Realising Sustainable Policies in Practice” di Jakarta.

Upaya melacak rantai pasokan pabrik sendiri ini ditargetkan rampung pada akhir 2017. Selain milik  pabrik sendiri,  perusahaan juga mendata pabrik pihak ketiga yang berkontribusi memasok sawit untuk produsen berbagai produk bahan pangan yang berbahan baku minyak nabati di beberapa lokasi yakni Belawan, Dumai, Padang, Lubuk Gaung, Marunda, Surabaya, Tarahan dan Tarjun.

Rantai pasokan pihak ketiga, berikut keterlacakan buah termasuk dari sisi ketenagakerjaan, katanya, ditargetkan selesai 2020.

Baca juga: Produsen Raksasa Sawit Dunia Selesai Petakan Rantai Pasokan Mereka

Selain progres pemetaan rantai pasokan, dalam laporan tahunan ini juga mencatat berbagai upaya konservasi yang dilakukan melalui kemitraan produksi dan perlindungan lingkungan.

“Setelah berhasil mengidentifikasi luas area konservasi di konsesi kami yang setara luas Singapura, kini kami bekerja dengan masyarakat dan pemerintah setempat membuat konservasi hutan terlaksana. Dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,” kata Franky Oesman Widjaja, CEO GAR, dalam laporan.

Agus mengatakan, GAR berupaya melakukan pendekatan konsultatif dan inklusif berbasis masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.

Hingga akhir 2016, GAR mengklaim berhasil menjalin kesepakatan dengan 10 desa di Kalimantan untuk melindungi lebih dari 7.000 hektar hutan bersetok karbon tinggi (SKT).

“Kini perusahaan menerapkan pendekatan sama di wilayah perkebunannya,” katanya.

Dalam upaya ini, dia bilang, kunci keberhasilan mata pencaharian alternatif tersedia hingga memungkinkan masyarakat tetap memperoleh pendapatan tanpa mengganggu ekosistem yang rawan kebakaran seperti lahan gambut.

Hal ini dengan menerapkan praktik pertanian ekologis terpadu bersama masyarakat menggunakan lahan tidur mereka.

Untuk itu,  katanya, GAR menyelenggarakan lokakarya dan pelatihan khusus setiap tahun, selain menyiapkan supplier support online.

Fokus lain yang jadi sasaran komitmen industri berkelanjutan GAR terkait sertifikasi. Agus mengakui, tuntutan konsumen jadi salah satu motivasi GAR mendapatkan berbagai sertifikat yang menjamin keberlanjutan industri.

GAR melansir 262,442 hektar tanaman termasuk 51.149 hektar milik petani swadaya, 29 pabrik (mills), sembilan pabrik inti sawit (kernel crushing plants), lima kilang minyak, tujuh stasiun pengumpulan dan satu pabrik pengolahan bahan baku telah mendapat sertifikat RSPO. Seluas 186,307 hektar kebun dan 30 mills telah mendapat sertifikat ISPO.

Sustainability ceritificate ini penting bagi beberapa konsumen di luar negeri,” kata Agus.

Bahkan, katanya,  ada konsumen GAR selain mensyaratkan sertifikat keberlanjutan, juga mempertimbangkan nilai emisi gas rumah kaca kecil untuk mau membeli produk GAR. “Mereka juga mau membayar mahal. Sayangnya, di dalam negeri ini belum.”

 

Peremajaan kebun

Mengenai peremajaan kebun, Agus menyebut GAR berencana peremajaan sekitar 5% per tahun, atau sekitar 10.000-25.000 hektar per tahun.

GAR merupakan perusahaan perkebunan sawit terbesar dengan total area tanam 488.000 hektar dengan 429 mills. Didirikan pada 1996, GAR tercatat di Bursa Efek Singapura pada 1999. Per 27 Juni 2017,  nilai kapitalisasi pasar GAR mencapai US$3,5 miliar dengan pemegang saham terbesar perusahaan investasi Flambo International Limited, 50,35%. Salah satu anak perusahaan GAR, PT. SMART Tbk melantai di BEI pada 1992.

Selain budidaya dan panen sawit, GAR melakoni pengolahan tandan buah segar menjadi sawit mentah (CPO) dan inti sawit, penyulingan CPO menjadi produk dengan nilai tambah seperti minyak goreng, margarin. Beberapa merek produk GAR tersebar di dalam negeri yakni Filma, Kunci Mas, Mitra, SmartBaker, bissOil, Palmboom, Palmvita, Red Rose, Menara, Pusaka, GOODFRY, i-soc, Delicio dan Palmvita Gold.

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , ,