Begini Uniknya Kampanye Peduli Lingkungan di Banjarnegara

Cuaca terik pada Sabtu (26/08/2017) tidak menyurutkan warga untuk datang pada Festival Jerami Banjarnegara 2017 yang berlangsung di Desa Pucang, Kecamatan Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng). Mereka mendatangi lokasi yang berada di jalan baru Pucang.

Gapura yang terbuat dari jerami bertuliskan Festival Jerami menyambut kedatangan para pengunjung yang sengaja datang ke tempat itu. Mereka cukup antusias, karena gratis.

Karena bertajuk Festival Jerami Banjarnegara 2017, maka sisa panenan petani tersebut mendominasi tempat tersebut. Sebab, selain pintu gerbang yang terbuat dari jerami, juga ada berbagai macam patung yang terbuat dari jerami. Ada rumah adat, hiu, ulat, dan sejumlah jenis burung.

 

 

Salah seorang pemuda yang ikut membuat patung burung pelatuk, Nando Bayu (17) mengungkapkan ia bersama teman-temannya sengaja membuat burung pelatuk untuk mengenalkan kepada para pengunjung.

“Sekarang ini tidak semua orang mengenal burung pelatuk, apalagi anak-anak. Paling mereka hanya mengenal melalui foto atau gambar saja. Nah, kami para siswa SMK tergabung dalam pecinta alam ingin agar para pengunjung mengenal burung dan mencintai alam. Pesannya adalah burung yang ada di alam jangan diburu,” ujar Nando.

Tidak hanya burung pelatuk, tetapi juga ada jenis burung lainnya yang dibuat patung yakni burung bangau, hiu dan ular. Yang menarik, patung ular dari jerami tersebut sengaja dibuat dengan mulut menganga. Sehingga pengunjung bisa masuk de dalam mulut “ular”.

Di dalamnya ada pameran kecil yang merupakan asesoris dengan memanfaatkan bahan limbah. “Yang dipamerkan di sini ada pot dan bunga yang terbuat dari berbagai bungkus plastik bekas. Jadi berbagai kerajinan yang dipamerkan di sini berbahan baku limbah. Kami memang ingin memberikan pengertian dan edukasi terhadap masyarakat kalau sesungguhnya limbah dapat dimanfaatkan asalkan kita kreatif,” tutur Anik (35) salah seorang panitia.

 

Pameran pemanfataan limbah plastik yang disulap menjadi berbagai macam kerajinan dalam Festival Jerami 2017 di Banjarnegara, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Kegiatan itu ternyata juga menampilkan beragam karya busana yang ditampilkan oleh para model yang berlenggak lenggok di jalan Pucang tempat acara berlangsung. Warna-warni busana terlihat “antimainstream”, karena tidak terbuat dari kain saja, melainkan juga bahan-bahan limbah. Ada yang menggunakan busana berbahan baku kertas koran bekas, kemudian ada pula yang menggunakan berbagai peralatan masak dari bambu, botol bekas, plastik pembungkus sabun dan pewangi bekas serta lainnya.

Salah seorang pelajar dari SMK Negeri 1 Bawang, Banjarnegara, Uswatun Khasanah (16) mengatakan kalau busana yang ia kenakan terdiri dari berbagai macam barang-barang bekas di antaranya adalah kardus bekas, kantung plastik dan berbagai jenis bungkus bekas.

“Jadi seluruhnya memang bahan bakunya adalah bahan-bahan bekas atau limbah. Ada sembilan teman yang membuat desain kemudian membuatnya menjadi baju. Waktunya pembuatan sekitar tiga hari. Dan jadilah baju seperti yang saya kenakan,”ungkap Uswatun sambil memperlihatkan bajunya yang didominasi plastik.

Sedangkan remaja lainnya, Icha (16), mengenakan baju berbahan kertas bekas dari koran. Ide awal, kata Icha, adalah bagaimana memanfaatkan limbah untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Karena ada “fashion show” dengan konsep baju dari bahan limbah, maka bersama teman-teman langsung membuat konsep. “Saya bersama teman-teman lainnya memiliki konsep membuat baju dari kertas koran bekas. Selain koran berkas, juga ada tas palstik bekas sebagai variasi bajunya. Setelah membuatnya selama tiga hari maka jadilah busana ini,” jelasnya.

Para remaja itu berlenggak-lenggok di atas jalan aspal hitam sebagai “catwalk”. Mereka mengenakan berbagai macam baju yang berbahan baku limbah. Panitia sengaja melombakan untuk mereka yang secara kreatif mampu memanfaatkan limbah atau barang bekas.  Ternyata, barang yang sudah tidak terpakai tersebut mampu disulap menjadi bahan yang lebih bermanfaat.

Mira Rahmawati, 16, misalnya, cukup antusias menjadi model pakaian bekas. Ini merupakan sebuah pengalaman berharga bagi dirinya mengenakan baju dari bahan-bahan limbah. “Tujuannya, tidak lain mengajak para remaja untuk memanfaatkan limbah menjadi sesuai yang punya nilai manfaat. Selain itu, bagaimana lebih menyadarkan mereka agar peduli terhadap lingkungan,” tambahnya.

 

Seorang model memeragakan busana yang terbuat dari kertas bekas sebagai rangkaian Festival Jerami 2017 di Banjarnegara, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Inisiator kegiatan Festival Jerami Banjarnegara, Ariyanto, mengatakan Festival Jerami Banjarnegara 2017 merupakan yang pertama kali diselenggarakan di Banjarnegara, bahkan Indonesia.

“Sebetulnya, ide awalnya saat saya mengikuti pameran di Jepang, ternyata di sana ada festival jerami. Sedangkan di Indonesia yang notabene penghasil beras malah tidak ada festival jerami. Umumnya, sehabis panen, jerami dibakar. Nah, kami ingin jerami yang biasanya menjadi limbah tersebut tidak dibakar, melainkan dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih baik. Salah satunya adalah dijadikan sebagai destinasi wisata dengan membuat berbagai macam patung berbahan baku jerami. Di sisi lain, setelah usai jerami dapat dimanfaatkan oleh para petani agar bisa dijadikan pupuk organik. Intinya adalah sebagai edukasi kepada masyarakat khususnya petani, kalau sesungguhnya jerami dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai lebih,”jelas Ariyanto.

Ia mengungkapkan dalam Festival Jerami 2017 ini, juga diisi dengan pemanfaatkan limbah untuk pembuatan baju, kemudian dipamerkan dalam “fashion show”. “Ini tidak lain adalah bagaimana menggugah kreativitas warga dan anak-anak muda untuk berkarya dengan memanfaatkan barang-barang yang sudah masuk dalam kategori limbah. Dan ternyata, pesertanya cukup banyak dan mereka antusias,” ujarnya.

 

Kampanye peduli sampah dilaksanakan pada saat acara Festival Jerami Banjarnegara 2017. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Pada bagian lain, Ariyanto juga mengatakan bahwa ajang ini sebagai bagian dari edukasi peduli sampah. Ia prihatin, sebagian besar anak-anak sekarang sangat cuek membuang sampah sembarangan.

“Begitu beli jajan, bungkusnya dibuang begitu saja. Memang tidak bisa menyalahkan mereka sebagai anak-anak, karena mereka juga meniru. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini, kami menyediakan bak sampah di mana-mana dan ada panitia yang memantau perilaku para pengunjung. Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, mereka dihampiri oleh panitia yang membawa tempat sampah. Mereka diminta untuk memungut lagi dan membuangnya ke bak sampah. Siapapun mereka, baik anak-anak, remaja atau dewasa,”ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa kegiatan yang diselenggarakan harus benar-benar tidak menyisakan sampah. “Saat awal acara bersih, rampung juga harus bersih. Makanya, panitia juga sibuk memunguti sampah di lokasi acara. Ini penting sebagai bagian dari edukasi peduli sampah. Jangan sampai kalau acara meninggalkan sampah berserakan. Kami memulainya dari sini untuk peduli sampah.”

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,