Cai Tao dan Hu Chun, Sepasang Panda Ini Segera Datang ke Indonesia

 

 

Sebentar lagi, masyarakat Indonesia akan melihat panda di Taman Safari Indonesia. Cai Tao dan Hu Chun, sepasang panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca), akan datang ke Indonesia pada 28 September 2017.

”Sekitar akhir Oktober atau awal November soft launching,” kata Jasen Manansang, pemilik Taman Safari Indonesia di Jakarta, pekan lalu. Sedangkan, grand-launching akan menunggu keputusan Presiden Joko Widodo dan Presiden Tiongkok yang akan datang meresmikan.

Panda ini kategori Appendiks I CITES, satwa endemik sekaligus lambang bagi negara asalnya, Tiongkok. Cai Tao, panda jantan berbobot 128 kilogram, sedangkan betina Hu Chun berbobot 113 kg. Keduanya berusia tujuh tahun dan hasil konservasi eks situ atau usaha pelestarian alam di luar habitat asli di Tiongkok, tepatnya di Chengdu Panda Base.

Indonesia menjadi negara ke-16 dan keempat negara ASEAN yang mendapatkan peminjaman pengembangbiakan (breeding loan) panda raksasa. Kesepakatan ini dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Tiongkok, serta MoU business to business antara TSI, dengan China Wildlife Coservation Association (CWCA), pada 1 Agustus 2016 di Guiyang, Tiongkok.

“Panda ini warisan yang harus dijaga dan kembangkan. Saya bangga sekali TSI sebagai lembaga konservasi pertama dan obyek wisata nasional untuk menampung giant panda,” katanya.

Sebenarnya, inisiasi konservasi ini telah dijalin sejak 2010, antara Indonesia dan Tiongkok dalam peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Tahun 2013, pembicaraan ini kembali dibicarakan saat Presiden Xijinping datang ke Indonesia. Upaya ini kembali dipercepat saat kunjungan Presiden Jokowi ke Tiongkok Maret 2015.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai pembina lembaga konservasi, telah menetapkan TSI sebagai lokasi breeding loan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P. 83/Menhut-II/2014, tentang Peminjaman Satwa Liar Dilindungi ke Luar Negeri untuk kepentingan pengembangbiakan.

Panda ini untuk pelestarian dan pengembangbiakan (breeding) non-komersial dan perbaikan genetik atau penambahan darah baru (fresh blood) bagi satwa sejenis yang menjadi koleksi lembaga konservasi luar negeri.

Giant panda merupakan harta Tiongkok yang terbatas, saya berharap akan hidup sehat dan bahagia serta membawa kebahagiaan kepada rakyat Indonesia. Dan mempromosikan persahabatan rakyat Tiongkok dengan Indonesia,” kata Sun Weide, Plt Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia.

Sepasang panda ini dijadwalkan berangkat dari Chengdu pukul 04.10 waktu lokal dan tiba di Bandara Soekarno Hatta, terminal Cargo RH 530 pada 08.50. Selanjutnya, panda akan masuk karantina di Lembaga Konservasi TSI, Cisarua, Bogor.

“Kami dari Garuda sudah mendapat konfirmasi tertulis pernyataan, bahwa yes panda ini akan kompatibel, akan bisa bertahan terbang di altitude tertentu. Itu sudah dapat konfirmasi. Panda akan save diterbangkan,” ucap Sigit Muhartono, Direktur Kargo Garuda Indonesia.

Dia menjamin,  keamanan pesawat akan diperhatikan saat membawa binatang hidup.  Izin penerbangan ini mengikuti aturan super ketat.

Sampai kini, tercatat 15 negara menjalin kerjasama konservasi giant panda dengan negara Tiongkok, yaitu Thailand, Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Australia, Jerman, Austria, Spanyol, Inggris, Belgia, Perancis, Belanda, Amerika Serikat, dan Kanada.

 

Rumah baru yang disiapkan buat panda di TSI/ Mongabay Indonesia

 

Persiapan

Sepasang panda akan menempati habitat di atas bukit dengan ketinggian 1.500 mdpl dan luas lahan mencapai lima hektar, 6.000-7.000 meter persegi merupakan bangunan, sisanya terbuka.

Bentuk bangunan menyerupai kuil tiga lantai. Dilengkapi fasilitas lift, teater, tempat edukasi untuk pengunjung, kandang untuk tidur, kawin, fasilitas ruangan kesehatan, hingga arena bermain outdoor dan indoor.

TSI telah mempersiapkan kandang dan petugas khusus untuk kedatangan sang panda ini sampai dua tahun. Tenaga dari Tiongkok ada dua orang, satu dokter dan satu penjaga sementara waktu. Sedangkan,  dari Indonesia yang dapat pelatihan di Tiongkok satu dokter dan satu penjaga.

”Di TSI, kita sudah menyiapkan delapan keeper dan dua tim medis menangani ini sejak tahun lalu,” ucap Jasen.

Tak hanya itu, makanan panda disiapkan bambu 63 jenis, ada 29 jenis bisa jadi makanan persis dengan di Tiongkok. ”Sepuluh jenis bambu ada di Indonesia. Beruntung sekali.”

Satu hari, satwa ini makan empat kali, pukul 09.00, 11.30, 14.30 sama 16.30. Sekali makan, panda membutuhkan maksimal 30 kilogram.

Usia panda di alam biasa sampai 20 tahun, jika memiliki perawatan baik dimungkinkan bisa 37 tahun– usia panda tertua di Tiongkok.

Adapun, hasil pengembangbiakan panda ini jika memiliki anak, akan kembali ke Tiongkok. Peminjaman satwa berlangsung selama 10 tahun ini mungkin bisa diperpanjang.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,