Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan

Pada pertengahan September 2017 lalu, seekor pesut atau lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris) ditemukan mati di pantai tengah Tanjung Sorong, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (13/9/2017). Pada saat ditemukan, kondisi pesut itu sudah membusuk, diperkirakan kematiannya sudah lebih dari tiga hari.

Kabar tersebut pertama kali diunggah oleh salah satu netizen PPU melalui akun facebook grup warga PPU Penajam Terkini. Kamis (14/92017), pemerintah setempat beserta Rare Aquatic Spesies of Indonesia (RASI) menurunkan tim untuk memastikan kabar tersebut. Hasilnya, dipastikan seekor pesut pesisir mati dengan tingkat kebusukan sudah berada di tingkat empat. Artinya, kondisi sudah cukup parah dan agak sulit mengidentifikasi penyebab kematiannya.

Peneliti RASI, Danielle Kreb mengatakan untuk memastikan apakah benar bangkai tersebut adalah lumba-lumba, RASI harus menurunkan stafnya ke lokasi. Dapat dipastikan bangkai tersebut merupakan lumba-lumba irawaddy karena memiliki sirip tengah. “Saya sebenarnya tidak ke lokasi, tapi ada tim RASI yang diturunkan, namanya Maulana. Dari keterangan Maulana, dipastikan jika bangkai tersbeut adalah lumba-lumba Irawaddi atau lumba-lumba pesisir,” kata dia.

 

 

Menurutnya, penyebab kematian lumba-lumba itu tidak bisa dipastikan. Meski demikian, setelah memerhatikan detil foto yang dikirim stafnya, Daniella menduga lumba-lumba tersebut mati karena terjerat jaring nelayan. “Kondisinya sudah membusuk mencapai tingkat empat, artinya sulit dideteksi, staf di lapangan sudah memastikan keadaannya. Saya lihat dari foto-foto di lapangan, ada bekas jaring. Seperti bekas jeratan, seperti itu dan staf ke sana juga bersama tim dari BPSPL,” kata dia.

Dari panjang tubuhnya, diperkirakan lumba-lumba tersebut masih remaja. Sehingga, kata dia, kecil kemungkinan mati karena sakit. Daniella sangat menyesalkan kejadian tersebut, karena sampai saat ini, menurut dia masih banyak laporan tentang kelalaian para nelayan yang tidak menjaga renggeknya. “Masih banyak informasi, kalau ada nelayan yang memasang renggek dan tidak dijaga. Jadi ketika ada lumba-lumba yang masuk, tidak terlihat,” ujarnya.

Danielle juga memastikan kematian pesut bukan karena limbah dan pencemaran di laut pesisir. Karena, menurutnya lumba-lumba yang mati hanya satu. Jika lebih dari satu, maka dimungkinkan kematian disebabkan karena limbah. “Kalau itu pencemaran, pasti banyak yang mati. Memang beberapa waktu ini ada keluhan terkait buangan pulut kelapa sawit lewat kanal air ke laut. Tapi belum saya pastikan ke sana lagi,” jelasnya.

Dalam waktu dekat, Danielle berencana bertolak ke Balikpapan untuk memantau perkembangan kondisi lumba-lumba di sana. Daniella juga akan melihat kondisi laut di pesisir dan Teluk Balikpapan, lantaran beberapa bulan terakhir banyak komunitas dari nelayan dan pemancing yang menghubunginya terkait pencemaran lingkungan. “Banyak yang menghubungi saya dan mengeluhkan kondisi laut di sana. Saya berencana akan ke sana untuk melihat langsung. Saya mengharap ada kerjasama Dinas Lingkungan Hidup untuk masalah lingkungan di sana,” ujarnya.

 

RASI menyelidiki dan meneliti seekor pesut atau lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris) ditemukan mati di pantai tengah Tanjung Sorong, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (13/9/2017). Foto : Maulana Malik/RASI

 

Senada, Staf RASI, Maulana mengatakan penyebab kematian lumba-lumba itu sudah tidak bisa diprediksi sebab. Ketika ditemukan, bangkainya langsung dikuburkan tak jauh dari lokasi ditemukannya. “Bangkai tidak bisa diperiksa lagi karena sudah membusuk. Jadi langsung dikuburkan tak jauh dari lokasi penemuan. Saya ke lokasi tidak sendiri, bersama pemerintah setempat, Forum Peduli Teluk Balikpapan dan BPSPL,” jelasnya.

 

Kondisi Laut yang Mengkhawatirkan

Forum Peduli Teluk Balikpapan (FPTB) menduga pesut sedang bermigrasi dari Teluk Balikpapan. Sebab, lokasi persebarannya hingga ke Pantai Sorong dan Tanjung Jumlai PPU.

Anggota FPTB, Hery Seputro, mengatakan kematian mamalia laut Teluk Balikpapan sudah terjadi tiga kali selama tahun 2017. Kasus kematian di Bulan september adalah kasus yang ketiga. Sebelumnya, ada juga kematian di Pantai Melawai Balikpapan.

“Selama Tahun 2017 ada 3 kematian, tapi yang berhasil ditemukan bangkainya hanya 2, yakni yang mati di Pantai Melawai dan Pantai Sorong ini. Sementara yang satu lagi, masih belum dipastikan fakta atau hoax. Tapi sepertinya bangkainya sudah dihanyutkan karena waktu kami datangi, tidak ditemukan lagi,” ungkapnya.

Dijelaskan Hery, untuk mengetahui penyebab kematian mamalia laut, umumnya harus dengan cara nekropsi. Namun karena kondisi bangkai yang ditemukan sudah membusuk, maka pihaknya memutuskan tidak melakukan nekropsi. “Seharusnya nekropsi untuk memastikan penyebab kematiannya. Tapi sudah busuk, jadi langsung dikuburkan ketika ditemukan,” katanya.

 

RASI menyelidiki dan meneliti seekor pesut atau lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris) ditemukan mati di pantai tengah Tanjung Sorong, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (13/9/2017). Foto : Maulana Malik/RASI

 

Terkait Teluk Balikpapan, Hery menegaskan harus monitoring dan survey terbaru untuk mengetahui kondisi yang terjadi di sana. “Sepertinya memang harus ada survey dan monitoring untuk mengetahui kondisi yang terjadi di Teluk Balikpapan. Sejauh ini, tidak ada pencemaran di laut. Limbah atau minyak belum terlihat,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut dia, kondisi pesut di Teluk Balikapapan masih terancam oleh pencemaran sampah. Karena, lanjut dia, semua biota laut bisa mati karena memakan sampah. “Pernah suatu kali kami melakukan nekropsi untuk biota laut, ternyata penyebab kematiannya karena memakan sampah. Contoh penyu hijau, biota ini makan ubur-ubur dan rumput laut. Jika ada plastik atau pampers, dia mengira itu makanan dan akan dimakan dan menyebabkan kematian,” jelasnya.

Senada, Sekar Mira dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melihat fenomena kematian lumba-lumba yang tak biasa di Pesisir Balikpapan. Menurutnya, jika benar dalam satu tahun telah terjadi tiga kematian, maka dipastikan ada sesuatu yang salah pada kondisi laut di pesisir. “Keterdamparan dapat menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang salah di perairan kita,” kata dia.

Setelah melihat gambar kematian lumba-lumba Irawaddy itu, Sekar membenarkan tingkat kebusukannya sudah berada di nomor empat bahkan lima. Namun untuk memastikan penyebab kematiannya, tetap harus melakukan nekropsy. “Tindakan nekropsy atau pengamatan bangkai paska kematian harus dilakukan agar dapat lebih definitif dalam menggali penyebab kematian,” ujarnya.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,