Jangan Sampai, Gajah di CRU Kelaparan Akibat Pasokan Pakan yang Tak Kunjung Datang

 

 

Conservation Response Unit (CRU) adalah unit yang didirikan untuk mengatasi konflik yang terjadi antara manusia dengan gajah sumatera. Peran CRU bukan sebatas menanggulangi pertikaian, tapi juga mencegah terjadinya perburuan liar terhadap satwa dilindungi itu.

CRU berada di daerah yang konfliknya tergolong tinggi. Setiap satu unit CRU, ditempatkan tiga sampai empat individu gajah jinak. Gajah tersebut, sebelum dibawa ke CRU, dirawat di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.

Saat ini, di Provinsi Aceh terdapat tujuh CRU. Rinciannya adalah CRU Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur; CRU Kabupaten Aceh Utara; CRU Manee, Kabupaten Pidie; CRU Pinto Rime, Kabupaten Bener Meriah; CRU Woyla, Kabupaten Aceh Barat; CRU Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya; dan CRU Trumon, Kabupaten Aceh Selatan.

Pembangunan CRU di tujuh kabupaten/kota tersebut merupakan program bersama antara Pemerintah Kabupaten/Kota Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan BKSDA Aceh, dibantu sejumlah lembaga swadaya masyarakat.

 

Baca: Intan Setia, Masa Depan Gajah Sumatera di CRU Trumon

 

Untuk mendukung operasional CRU, pada 2017, Pemerintah Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menganggarkan biaya pengadaan pakan gajah untuk lima CRU sebesar Rp899.300.000, atau hampir 900 juta Rupiah. Pengadaan pakan tersebut dilaksanakan oleh perusahaan Berkah Mulya Bersama untuk lima CRU yaitu CRU Serbajadi, CRU Kabupaten Aceh Utara, CRU Manee, CRU Pinto Rime, dan CRU Woyla.

 

Intan Setia, anak gajah sumatera yang lahir 16 Maret 2017 di Conservation Response Unit (CRU) Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dalam Spesifikasi Teknis pengadaan pakan gajah itu, sebagaimana yang diterima Mongabay Indonesia dari Koalisi Peduli Hutan Aceh (KPHA), disebutkan bila pakan gajah yang harus dipasok adalah pelepah kelapa, tebu, dan pisang segar.

Di persayaratan khusus disebutkan, pelaksana sanggup memasok pakan gajah ke CRU empat hari sekali. Pakan harus segar dan bebas penyakit, sedangkan biaya pendistribusian sudah termasuk dalam anggaran yang telah ditetapkan.

Meski pihak rekanan pengadaan pakan telah ditetapkan sejak April 2017, namun tim CRU baru menerima pakan gajah untuk satu kali pengadaan. Tepatnya, pada Agustus 2017.

“Rekanan tidak mengantarkan pakan gajah ke CRU. Kami dikirimkan uang untuk membeli pakan gajah pada Agustus 2017. Jumlahnya hanya Rp13.200.000,” sebut leader CRU Serbajadi, Dedek Makam.

Dedek Makam mengatakan, selama ini untuk mengatasi ketiadaan pakan gajah, mahout bersama asisten di CRU terpaksa mengikat gajah jinak di kebun warga dan mengawasinya setiap saat.

“Hal ini terpaksa dilakukan agar gajah tidak kelaparan. Tapi, tidak mungkin gajah-gajah tersebut terus diikat di kebun masyarakat, karena tidak semua mengizinkan,” terangnya.

Dedek Makam menambahkan, pada Agustus 2017, rekanan pemasok juga mengirimkan bon kosong ke CRU agar tim di CRU mengisi bon pembelian pakan sejak April, Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2017.

“Kami bingung, sejak April hingga Juli, pakan tidak dipasok, tapi kami diminta  mengisi bukti pembelian. Alasannya, untuk mempercepat administrasi dan pakan bisa segera dipasok. Kami akhirnya mengisi bukti pembelian tersebut,” ujarnya.

 

Baca juga: Foto: Sampoiniet, Conservation Response Unit Pertama di Aceh

 

Abdullah, mahout yang bertugas merawat gajah di CRU menyebutkan hal yang sama. Biaya pembelian pakan baru dipasok Agustus 2017 dan itu hanya untuk satu bulan. Menurutnya, ketika pakan untuk gajah masih dibiayai pemerintah kabupaten, pakan gajah rutin datang. “Kami kebingunan memenuhi pakan gajah-gajah tersebut.”

Kadang, sambung Abdullah, mahout harus menyeberangi sungai yang deras untuk mengikat gajah di kebun masyarakat. Bahkan, mahout juga harus menerima umpatan masyarakat yang tidak setuju gajah diikat di kebun mereka.

“Kemana dibawa pakan gajah itu, kenapa tidak dipasok ke CRU. Kalau terus seperti ini, gajah-gajah di CRU bisa kelaparan,” ungkapnya.

 

Gajah sumatera yang berada di CRU Sampoiniet tengah melakukan patroli bersama mahout. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Tersendat

Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo kepada wartawan di Banda Aceh mengatakan, laporan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Aceh menunjukkan pakan secara rutin dipasok ke CRU.

“Yang agak tersendat hanya untuk September 2017. Tapi laporan dari CRU, mereka tidak menerima pakan itu,” jelas Sapto.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pakan Gajah untuk CRU dari Dinas LHK Aceh, Asnawi mengatakan, selama ini pasokan pakan gajah ke CRU lancar, tidak ada kendala. Kegiatan tersebut dikerjakan oleh rekanan. “Selama ini pakan didrop dengan lancar, karena ini dilaksanakan oleh rekanan,” terangnya, Selasa (3/10/17).

Saat diberitahukan bahwa CRU baru satu bulan menerima pakan gajah, Asnawi mengaku belum mengetahui hal tersebut dan meminta waktu untuk bertanya kepada rekanan. “Saya tidak tahu masalah ini, saya harus menghubungi rekanan itu untuk memastikan.”

 

Perusahaan pemenang lelang untuk pemasok pakan gajah di CRU di Aceh. Sumber: lpse.acehprov.go.id

 

Pernyataan yang sama disampaikan Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Saminuddin. Menurutnya, pengadaan pakan gajah di CRU harus melalui kontraktual, sesuai peraturan yang berlaku. Setelah melalui proses pelelangan, kontrak dilakukan terhitung 27 April 2017-31 Des 2017.

“Sebagaimana permintaan leader CRU, pasokan pakan dilakukan setiap 4-6 hari sekali. Ini, sesuai standar kebutuhan gajah yang direncanakan,” sebutnya.

Awalnya, sambung Saminuddin, memang ada sedikit kendala mengangkut pakan ke lokasi CRU karena jalannya sulit dilewati. Tetapi sekarang, sudah normal. “Sama sekali tidak benar isu yang mengatakan gajah jinak terancam kelaparan.”

Saminuddin menambahkan, secara alami, makanan gajah banyak tumbuh di hutan sekunder dan semak belukar. Gajah jinak biasa ditambat di tempat seperti itu. “Jadi, pakan yang dipasok itu lebih merupakan makanan tambahan untuk gajah jinak,” tegasnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,