Andatu dan Delilah, Badak Sumatera yang Kian Mencuri Perhatian di Way Kambas

 

 

Keinginan saya untuk melihat Andatu dan Delilah, badak sumatera yang berada di Way Kambas, Lampung, tepatnya di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS), terbayar sudah. Mereka adalah badak istimewa. Keduanya lahir, berkat adanya campur tangan manusia, yang kini beranjak remaja.

Andatu dan Delilah merupakan kakak beradik yang lahir dari pasangan Ratu (betina) dan Andalas (jantan). Andatu lahir pada 23 Juni 2012. Ia menyandang rekor sebagai badak sumatera jantan pertama yang lahir di penangkaran semi alami (in-situ) dalam 124 tahun terakhir di Asia.

Kelahirannya, tentu saja membawa kabar gembira tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga dunia. Terutama, pertambahan populasi badak sumatera yang secara keseluruhan di alam liar diprediksi sekitar 100 individu.

 

Baca: Zulfi Arsan yang Tidak akan Pernah Bisa Melupakan Delilah

 

Sementara Delilah, adalah badak betina yang lahir pada 12 Mei 2016 pukul 05.40 WIB. Nama Delilah bukan sembarang julukan. Ia diberikan langsung Presiden Jokowi pada 27 Juli 2016, saat peresmian Taman Nasional Way Kambas (TNWK) sebagai Asean Heritage Park (AHP) ke-36 di Lampung.

Terkait arti kata Delilah, saya pernah bertanya kepada Widodo S. Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI). Menurutnya, ada tiga penafsiran yang bisa diberikan.

Pertama, Delilah adalah kekasihnya manusia kuat, Samson, yang terkenal dalam cerita film. Kedua, Di’l Allah yang merupakan Bahasa Arab berarti anugrah dari Allah. Ketiga, dalam Bahasa Jawa ada juga tafsiran “Ndelalah kersaning Allah” yang artinya keajaiban atas karunia Allah. “Bila ingin tahu arti sesungguhnya, bisa ditanyakan langsung ke Bapak Presiden,” tutur Widodo, kala itu.

 

 

Andatu di masa mendatang diharapkan tumbuh menjadi badak sumatera yang tangguh. Foto atas dan bawah: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Bagaimana dengan Ratu dan Andalas? Ratu masuk ke suaka badak SRS pada 2005, yang diperkirakan usianya saat itu menginjak 5 tahun. Ia berasal dari Desa Labuhan Ratu, sebagaimana namanya, yang belokasi sekitar 2 kilometer dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Andalas sendiri adalah badak sumatera kelahiran Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, tahun 2001. Ia dipulangkan ke Indonesia pada 2007, yang hingga sekarang menjadi penghuni setia SRS.

Itu adalah gambaran singkat keluarga Andatu dan Delilah yang lahir dari pasangan badak luar biasa. Saya beruntung, Rabu pagi, 13 September 2017, tidak hanya bertemu langsung keduanya, tetapi juga berkesempatan melihat Ratu dan Andalas di kandang perawatannya masing-masing. Bahkan, saya sempat ikut merayakan ulang tahun Andalas ke-16, bersama segenap tim hebat SRS, Way Kambas.

 

 

Delilah yang kini berusia 16 bulan, tumbuh sehat dan terus dipantau perkembangannya oleh keeper dan dokter di SRS, Way Kambas, Lampung. Foto atas dan bawah: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Perawatan

Sarno, perawat (keeper) badak yang menangani Andatu, menuturkan, badak 5 tahun ini menyukai tumbuhan hutan, yang tentunya sangat baik untuk pertumbuhan tubuhnya. “Pola ini, mengikuti induknya Ratu, yang mengajarinya sejak kecil. Jadi, ia sudah sangat mandiri mencari makan,” terangnya.

Sarno yang telah bekerja di SRS sejak 1999 mengatakan, kondisi Andatu yang prima diharapkan membuatnya tumbuh sebagai badak dewasa yang tangguh. Untuk mengetahui perkembangannya, setiap hari pemeriksaan dilakukan, mulai kaki hingga sekujur tubuh dan temperaturnya. Terutama, telapak kaki. Jangan sampai ada luka atau kulitnya yang mengelupas. “Beratnya terakhir, penimbangan pada 8 September 2017, sekitar 607 kilogram.”

Saya kembali bertanya, apakah ia tidak takut andai sekali waktu Andatu ngamuk? Lelaki yang sudah mengenal karakter sejumlah badak yang ada di SRS ini seperti Andalas, Bina, Rosa, dan Ratu, hanya tersenyum saja. “Tidak,” jawabnya.

Menurut Sarno, semua karakter Andatu telah ia pelajari. Bila marah, terlihat dari gerakannya yang resah, bolak-balik, sorot mata tajam, dan telinganya megar. Sungguh tidak tenang. “Pastinya, setiap jam 9 pagi, ia akan dikeluarkan dari kandang perawatan, untuk dilepaskan ke hutan. Esok paginya, sekitar jam 7 WIB, sekujur tubuhnya dibersihkan dan perawatan rutin lainnya. Hampir setiap hari kami berinteraksi,” ujarnya.

 

 

Ratu yang telah melahirkan dua individu badak (foto atas). Tampak tinggi Delilah telah melebihi Ratu saat ini (bawah). Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Giyono, keeper Delilah dan Ratu, menyatakan kebanggaannya bisa merawat badak sumatera ini. Pekerjaan terhormat yang menurutnya, tidak semua orang memiliki kesempatan melihat satwa langka dilindungi. “Saya sudah bekerja di SRS sejak 1998,” tuturnya.

Kondisi Delilah, menurut Giyono, sehat selalu sejak kelahirannya. Beratnya 460 kilogram dan ia paling suka makan daun tumbuhan seperti akar merah, akar mencret, dan pulai. Mungkin, saat usinya 2 tahun nanti, ia bisa dipisahkan dari induknya.

“Perawatan kesehatan terhadap Delilah dan Ratu dilakukan setiap hari. Dibersihkan tubuhnya dari lumpur, selalu. “Saat dimandikan, keseluruhan tubuhnya dilihat apakah ada luka atau tidak. Termasuk, gangguan lintah dan lalat caplak penghisap darah yang tidak boleh ditolerir,” jelasnya.

 

Baca juga: Harapan, Badak Sumatera yang Patut Kita Banggakan

 

Zulfi Arsan, Dokter Hewan Suaka Rhino Sumatera (SRS) mengatakan, perkembangan Delilah cukup menggembirakan. Postur tubuhnya justru lebih tinggi dari induknya. Giginya sudah tumbuh di minggu awal kelahiran dan adaptasinya terhadap makanan cepat. Bulan pertama ia sudah bisa makan daun.

Bila dibandingkan dengan perkembangan Andatu, diusia Delilah saat ini yang 16 bulan, semuanya berjalan normal. Bahkan, ketika umurnya 9 bulan, Delilah sudah tumbuh cula sementara Andatu hingga umur 2 tahun belum ada. “Belum diketahui apakah ini karena faktor kelamin. Secara teori, betina memang lebih cepat dewasa kelamin ketimbang jantan. Apakah ini berhubungan atau tidak, kami belum bisa menjawabnya,” jelasnya.

 

 

Andalas yang berusia 16 tahun. Badak sumatera kelahiran Amerika, 2001 ini, pulang ke Indonesia pada 2007. Foto atas dan bawah: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Potensi kelahiran

Zulfi melanjutkan, diharapkan semua badak betina di SRS ini; Ratu, Rosa, dan Bina, bisa memberikan keturunan. Bina, meski sudah dikatakan tua (34 tahun), secara fisiologis masih memiliki siklus reproduksi dan saluran reproduksi yang bagus. Minimal, ada satu anak darinya.

“Sementara Rosa dan Ratu yang berusia 16 tahun, secara hitungan umur badak yang hidup hingga 40 tahun, kita berharap dari masing-masing betina ini bisa memberikan lima anak.”

Terkait populasi yang bertambah, Zulfi mengatakan, idealnya captive breeding ini terhubung dengan populasi liar. Badak-badak yang lahir, sebaiknya bisa dilepasliarakan ke hutan belantara, di masa mendatang. Namun, untuk mencapai kata ideal tersebut, ada syarat yang harus dipenuhi.

Pertama, kesehatan badak harus terjamin secara fisik maupun reproduksi. Kedua, habitatnya aman dan ketersedian pakan tercukupi. “Apakah ada jaminan? Sementara perburuan yang merupakan bahaya laten, merupakan musuh utama yang tak kunjung usai.”

Kami sudah ada planning, Andatu dan Delilah perlahan akan diminimalisir untuk bertemu manusia dengan segala aktivitasnya. Tujuannya, agar sifat liarnya, sebagaimana perilaku aslinya di alam segera muncul. “Dengan begitu, andai suatu saat nanti habitat alami mereka benar-benar ada, mereka pun siap untuk dilepasliarkan,” tandasnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,