Bukan Hanya Siswa, Kepedulian Masyarakat Terhadap Rafflesia Arnoldii Harus Ditingkatkan

 

 

Raut wajah siswa kelas 6 SD Negeri 88 Kota Bengkulu itu tidak sedikit pun terlihat lelah. Walau berjalan di atas bebatuan, di aliran sungai, lalu mendaki jalan setapak dengan kemiringan hampir 70 derajat, mereka tetap riang. Sesekali, terdengar teriakan Herman Suryadi, guru kelas pendamping, yang mengingatkan 10 muridnya itu untuk hati-hati. “Tidak usah buru-buru,” ucap Herman yang berada di barisan paling belakang, Sabtu (21/10/17).

Tiba di lokasi, di wilayah Desa Taba Teret, Bengkulu Tengah, Bengkulu, mereka langsung mengamati dua bunga Rafflesia arnoldii yang mekar dan tujuh bonggol (calon bunga) R. arnoldii. Beberapa dari siswa itu, segera memotret puspa nasional tersebut menggunakan kamera smartphone. Puas mengamati, generasi penerus bangsa ini mengajukan berbagai pertanyaan dan mencatat jawaban Juanito, warga Desa Taba Teret, yang sekaligus pemandu.

“Kami mendapat tugas, mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia,” kata M. Ryan Rumizar kepada Mongabay Indonesia. Membuat laporan hasil pengamatan dan wawancara tentang R. arnoldii adalah tugas IPA, sementara laporan perjalanan tugas Bahasa Indonesia. Sehingga, aktivitas mengamati dan wawancara menjadi sangat penting. “Tugas individu, bukan kelompok,” tambah Alif Fajar Nusantara.

 

Baca: Konservasi Rafflesia Memang Penting Dilakukan, Mengingat…

 

Ryan dan Alif baru memang baru pertama kali melihat R. Arnoldii. Selama ini, mereka hanya melihat gambarnya di buku mata IPA, spanduk, billboard, dan berbagai media lainnya yang dipasang di banyak lokasi strategis. Pengalaman melihat langsung, sangat berarti bagi keduanya. “Kami senang bisa melihat langsung tumbuhan langka ini, sehingga bisa membandingkan dengan apa yang ditulis di buku,” ujar Ryan.

 

Siswa kelas 6 SD Negeri 88 Kota Bengkulu ini begitu gembira melihat R. arnoldii mekar di tempat tumbuhnya. Foto: Dedek Hendry/Mongabay Indonesia

 

Ryan dan teman-temannya ini adalah kelompok terakhir dari tiga kelompok yang secara bergantian melihat R. Arnoldii, hari itu. “Sudah dua bulan, saya menunggu informasi tentang Rafflesia mekar. Saya langsung minta izin kepala sekolah untuk membawa siswa belajar ke lokasi. Total, 30 siswa yang kami bawa menggunakan dua unit angkutan kota,” kata Herman.

Dalam buku mata pelajaran IPA semester 1 kelas 6, Rafflesia disebutkan sebagai salah satu tumbuhan langka. “Banyak orang dari daerah lain, bahkan luar negeri ke Bengkulu untuk melihat Rafflesia. Ironis jadinya bila kami yang tinggal di Bengkulu, yang dikenal sebagai The Land of Rafflesia, tidak pernah melihatnya. Saya berinisiatif mengajak siswa belajar ke sini, selain mereka mendapatkan pengalaman sekaligus menumbuhkan kepedulian,” tambahnya.

Menurut Herman, yang pernah studi banding ke Jepang saat dinobatkan sebagai Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2011, belajar di alam terbuka menjadi kewajiban bagi sekolah dasar di Jepang. “Siswa di sana, bahkan belajar menanam padi. Padahal, mereka terkenal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bandingkan dengan Bengkulu, mungkin tidak banyak sekolah mau mengajak siswa menanam padi meski tidak sulit mencari sawah. Sama halnya dengan Rafflesia.”

 

R. arnoldii yang mekar dan bonggolnya (calon bunga). Foto: Dedek Hendry/Mongabay Indonesia

 

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 kelas 6 juga dipelajari keterampilan menulis laporan. Kunjungan belajar ini juga sekaligus menjadi sarana mengasah keterampilan menulis siswa yang dikenalkan dengan rumus 5W + 1H, rumus paling dasar bagi kalangan wartawan.

“Selama ini, kunjungan siswa mengamati Rafflesia mekar di tempat tumbuhnya sangat jarang. Sehingga, tidak terjadi proses penggalian informasi yang baik, terlebih mengolahnya menjadi tulisan. Dengan metode seperti ini, kepedulian dan kebanggaan siswa untuk melestarikan Rafflesia bisa tumbuh. Begitu halnya dengan kepedulian masyarakat luas yang harus ditingkatkan,” timpal Muhammad Ikhsan, mantan ketua Bengkulu Heritage Society yang juga fotografer freelance.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,