Kian Banyak Nelayan yang Tinggalkan Premium

 

Begitu menerima paket converter kit yang terdiri dari mesin dan tabung elpiji 3 kilogram (kg), Riyanto (36) nelayan asal Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) itu mencoba perahunya pada Kamis (19/10). Perahu dengan panjang sekitar enam meter dengan lebar satu meter tersebut melaju di sekitar perairan Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara.

“Mesinnya ternyata bagus, tidak terlalu berisik dan langsung “jreng”. Dipakai berkeliling juga aman. Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah, karena pada pembagian converter kit tahun 2016 lalu, kami belum mendapatkan jatah. Baru Oktober tahun ini, para nelayan kecil di Ujungmanik, Kawunganten, memperolehnya,” ungkap Riyanto yang berkeliling mencoba mesin perahu barunya.

Sejak Rabu (18/10), Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) bersama dengan Dinas Perikanan Cilacap mulai membagikan converter kit untuk para nelayan di Cilacap. Jumlah yang dibagikan sebanyak 2.005 paket yang terdiri dari elpiji 3 kg dan mesin perahu.

“Salah satu sasaran pembagian converter kit adalah kami, Kelompok Nelayan Windu Langgeng, Desa Ujungmanik, Kawunganten. Tahun ini, kami menerima 122 paket converter kit untuk para nelayan. Sebetulnya jumlah anggota ada 132, namun yang terbagi baru 122 paket. Mudah-mudahan yang 10 nelayan segera ada bantuan untuk mereka,” ujar Ketua Kelompok Nelayan Windu Langgeng, Muhaji Tumin.

 

Dua nelayan di Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah, tengah menunggu bantuan “converter kit” yang telah terbukti mampu menghemat pengeluaran melaut. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Menurut Muhaji, nelayan asal Ujungmanik sangat antusias, karena telah mendapat cerita dari sesama nelayan kecil yang sudah menggunakan elpiji sebagai bahan bakar pengganti BBM jenis premium. “Para nelayan yang telah memakai elpiji 3 kg menuturkan jika ongkos melaut sangat bisa dihemat, bahkan hingga 50%. Satu tabung gas bisa dipakai untuk dua hari operiasonal, sedangkan kalau dengan premium membutuhkan enam liter. Kalau dihitung-hitung, dengan premium dua hari bisa mencapai Rp40 ribu. Kalau untuk elpiji 3kg, paling hanya Rp16 ribu,”katanya.

Makanya tidak mengherankan kalau nelayan kecil yang sekarang memperoleh bantuan converter kit penasaran dan ingin segera menggunakannya. “Apalagi, dari teman-teman nelayan juga menceritakan kalau mesin yang dipakai tidak ada masalah dan lancar-lancar saja,” tambahnya.

Salah seorang nelayan asal Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara Warsito (56) mengutarakan selama setahun menggunakan converter kit sama sekali tidak ada persoalan. “Terus terang dengan adanya converter kit tersebut, maka nelayan lebih diuntungkan. Karena nelayan tidak lagi mencari BBM jenis premium. Cukup dengan satu tabung elpiji, dapat dipakai selama satu hari. Padahal, kalau premium bisa habis sekitar 3-4 liter. Sekarang bisa menghemat hingga setengahnya,” ungkapnya.

Petugas Lapangan Bidang Perikanan Tangkap pada Dinas Perikanan Cilacap Angga Setiawan menjelaskan kalau pembagian converter kit tahun ini jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Tahun lalu, hanya 902 paket yang disediakan, sedangkan tahun sekarang mencapai 2.005 paket converter kit. Masing-masing nelayan memperoleh satu paket yang terdiri dari mesin dan tabung elpiji 3 kg. Ada ribuan nelayan yang mendapatkan bantuan paket converter kit yang tersebar di sejumlah kecamatan pesisir di Cilacap. Di antaranya adalah Kawunganten, Patimuan, Kedungreja, Sidareja, Bantarsari, Kampung Laut, Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan. “Memang belum menjangkau secara keseluruhan, tetapi setidaknya akan semakin banyak nelayan yang meninggalkan premium dan beralih elpiji,” ungkap Angga.

Ia menjelaskan ada sejumlah manfaat yang bakal dinikmati nelayan, apalagi bantuan tersebut gratis. “Dari pengalaman para nelayan yang telah lebih dulu menerima, mereka mengaku dapat memangkas ongkos melaut hingga 50%. Bahkan sebetulnya, dengan menggunakan elpiji, maka lingkungan laut akan lebih terjaga, karena elpiji lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan premium. Dampak lain yang kami harapkan adalah meningkatnya pendapatan nelayan, karena sekarang ada yang dapat dihemat,” tambahnya

 

Sejumlah nelayan asal Ujungmanik, Kawunganten, Cilacap, menerima bantuan “converter kit” dari Kementrian ESDM. Mereka meninggalkan premium dan mulai mengonsumsi elpiji 3 kilogram. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Kepala Dinas Perikanan Cilacap Sujito mengungkapkan meski sebetulnya dinas kelautan sudah tidak ada di kabupaten kewenangannya, tetapi Dinas Perikanan tetap diberi kewenangan untuk mendampingi nelayan kecil. Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong bagaimana semakin menyejahterakan nelayan. “Jadi, kami masih diberi wewenang untuk mendampingi nelayan dengan perahu atau kapal di bawah 5 grosston (GT). Kalau di Cilacap, jumlahnya mencapai sekitar 15 ribu nelayan. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah memperjuangkan bantuan converter kit bagi nelayan yang nyata-nyata telah dibuktikan manfaatnya,”katanya.

Sebetulnya, lanjut Sujito, tahun ini Dinas Perikanan mengajukan bantuan converter kit sebnyak 2.093 tetapi yang direalisasi sebanyak 2.005 paket. Ia tidak mempersoalkan itu, karena tahun ini ada tambahan bantuan. “Itu adalah salah satu upaya untuk menyejahterakan nelayan kecil. Karena bantuan converter kit tersebut, nelayan bisa mengurangi pengeluaran,”ujar Sujito.

Pada bagian lain, Sujito mengungkapkan dalam program kesejahteraan nelayan, pihaknya bersama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo masih terus berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terkait dengan bantuan kredit lunak bagi nelayan.

“Dua pekan lalu, kami bersama dengan pengurus KUD Mino Saroyo ke KKP untuk memperjelas pencairan kredit ultra mikro (KUM) yang diluncurkan Menteri Susi Pudjiastuti pada Agustus lalu. Nantinya, nelayan di Cilacap bakal digelontor KUM dengan nilai Rp15 miliar. Untuk perhitungan sementara, ada sekitar 1.400 nelayan yang dapat mengakses kredit tersebut. Mudah-mudahan secepatnya bisa cair dan nelayan akan dapat memperoleh kredit dengan bunga di bawah perbankan umum. Dan nantinya penyalurannya melalui KUD,” tambah Sujito.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,