Titan Arum, Bunga Bangkai yang Bikin Penasaran

 

 

Titan Arum itu akhirnya mekar di Kebun Raya Bogor. Tepatnya, dalam pot di Taman Araceae, Sabtu sore (4/11/17). Uniknya, bunga bangkai yang tingginya hingga tiga meter ini, hanya mekar dalam waktu 3-4 hari saja. Penasaran?

Titan Arum atau Amorphophallus titanum sesungguhnya tumbuhan endemik Sumatera. Jenis yang ditemukan pertama kali oleh Odoardo Beccari, botanis asal Florentina, Itali, pada 1878 ini, dapat tumbuh dari utara hingga selatan Sumatera, mulai ketinggian 28 hingga 720 m dpl.

Di Kebun Raya Bogor sendiri, jenis ini dikembangkan sejak 1954, sebagai upaya konservasi ex situ. Bagian-bagian tubuhnya seperti bunga, daun, umbi, dan biji pernah dikoleksi dari beberapa lokasi di Sumatera untuk penelitian.

“Pematang Siantar, Bengkulu, Lembah Anai, Sijunjung, Riau, Lematang, Sibolangit, Lahat, Kepahiyang, Muara Imat, Kerinci, Muara Kelumbu, Solok, Cagar Alam Barumun, Batang Pangean, dan Pasaman Barat dari 1954 hingga 2014,” tulis peneliti Kebun Raya Bogor, Dwi Murti Puspitaningtyas dan Siti Roosita Ariati dalam Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Nasional, Volume 2, Desember 2016.

 

Inilah Titan Arum yang mekar di Kebun Raya Bogor, 4 November 2017. Penuh tantangan mengembangkan bunga bangkai ini hingga mekar. Foto: Kebun Raya Bogor-LIPI

 

Meski mekar di Kebun Raya Bogor, sejatinya jenis ini bisa dikatakan sulit untuk dikembangkan di luar habitat aslinya. Ini dikarenakan reproduksi seksualnya memerlukan penyerbukan silang. Selain itu, setiap individu bunga bangkai, siklus hidupnya hanya 3-4 tahun, yang bergantian antara fase daun (vegetatif) dan bunga (generatif). Itu juga diselingi fase dormansi umbi atau buah, jika terjadi penyerbukan dan pembuahan.

Pada masa vegetatif, daun soliter (kanopi seperti payung) muncul pada tangkai daun vertikalnya yang hijau berbintik putih, dengan ketinggian 4-5 meter. Daun ini bertahan sekitar 1-2 tahun. Jika cadangan makanan cukup di umbi dan daya dukung lingkungan baik, bunga akan muncul. Namun, bila semua itu tidak dipenuhi, daun yang tumbuh lagi.

Ternyata, bunga yang mekar tersebut bukan bunga tunggal, melainkan majemuk. Bunga terdiri dari tongkol atau spadix kuning pucat dan pelindung atau spathe merah keunguan. Bunga jantan dan betina terletak di bagian bawah tongkol yang ditutupi pelindung bunga. Aroma daging busuk yang terpancar dari bunga ini justru membuat serangga datang mendekat.

Kesulitan mengembangkan Titan Arum tidak disangkal oleh Dian Latifah, Peneliti Konservasi Tumbuhan dan Biologi Biji LIPI. Menurutnya, faktor mikroklimat di Kebun Raya Bogor, misalnya data 2011-2012 yang menunjukkan suhu minimum 23-27 derajat Celcius dengan kelembaban 74-87 persen, membuat kondisi ini lebih hangat dibandingkan Titan Arum yang hidup di habitat aslinya.

“Saat ini, penelitian terkait media dan nutrisi serta kondisi mikroklimat rumah pembibitan yang sesuai untuk penanaman bunga bangkai tengah dikembangkan dalam pot,” ujarnya kepada Mongabay Indonesia akhir pekan lalu.

 

Staf Kebun Raya Bogor tampak melakukan pengukuran tinggi pelindung tongkol Titan Arum setelah fase mekarnya berakhir. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas

 

Konservasi

Titan Arum merupakan jenis flora yang dilindungi dengan status konservasi Rentan (Vulnerable/VU) berdasarkan IUCN. Di Bengkulu, ancaman kehidupan jenis ini masih tinggi, selain populasinya yang tidak begitu banyak, kepedulian masyarakat juga belum sepenuhnya muncul.

Menurut penelitian Syamsul Hidayat dan Yuzammi dalam Buletin Kebun Raya Indonesia 2008, masyarakat sengaja memotong dan mematikan tumbuhan bunga bangkai yang dtemui di Bengkulu dengan berbagai alasan. Misalnya, karena bunga bangkai dianggap sebagai tumbuhan tidak bermanfaat, tumbuhan pengganggu, mengeluarkan bau tidak sedap, serta adanya mitos bahwa bunga bangkai merupakan tumbuhan pemakan manusia yang perlu dimusnahkan.

“Berbeda dengan di Kebun Raya Bogor, kami bersyukur pengunjung peduli aturan yang ada sehingga belum pernah terjadi kerusakan. Tidak ada juga predator besar yang merusak bunga, hewan kecil seperti lalat, justru membantu proses penyerbukan,” terang Dian.

 

Tahun 2008, Amorphophallus titanum juga mekar di Kebun Raya Bogor. Foto: Kebun Raya Bogor-LIPI

 

Menurut Dian, sebagai perbandingan, Titan Arum yang diamatinya dari 2011 hingga 2013, dengan curah hujan yang lebat bunga dapat bertahan hingga hari ke lima. Meski ada juga yang rusak dalam dua hari. “Untuk individu yang baru ini, tongkolnya mampu bertahan dari hujan lebat, namun tidak bisa bertahan setelah mekar. Penyebabnya, masih dianalisis oleh tim Peneliti Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor.”

Dian menambahkan, jika dihitung, Titan Arum sudah mekar sebanyak 13 kali di Kebun Raya Bogor yang berperan mengkonservasi bunga ini untuk kepentingan penelitian. “Jenis ini mengandung glukomanan atau serat pangan yang dapat dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional. Mari kita sayangi Amorphophallus titanum ini dengan menjaga hutan sebagai habitat alaminya. Dengan semangat Hari Menanam Pohon Indonesia, 28 November nanti, dan Bulan Menanam Nasional, sepatutnya kita jaga hutan untuk masa depan,” tandasnya.

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,