Mongabay.co.id

Sedimentasi di Danau Sentani, Melihat Wajah Jayapura yang Sedang Kritis

Danau Sentani tidak bisa dipisahkan dari Jayapura. Danau Sentani bersama dengan pegunungan Cycloop, keduanya telah menjelma menjadi “icon” bagi dua wilayah administrasi, Kota dan Kabupaten Jayapura.

Danau Sentani adalah danau terluas di Papua dengan luas 9.360 hektar, terletak di ketinggian 85 mdpl dan berkedalaman air sekitar 75 meter. Danau Sentani pun merupakan danau yang unik, satu-satunya danau yang terbentuk akibat aktivitas tektonik berupa landslide dam.

Tak aneh jika pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Bali tahun 2009, ia dimasukkan menjadi satu dari 15 danau prioritas di Indonesia. Selain merupakan sumber air utama bagi penduduk sekitar, air Danau Sentani juga dimanfaatkan untuk keperluan industri, irigasi lahan perkebunan, perikanan tangkap, hingga perikanan budidaya.

Namun, tak seindah yang tampak, Danau Sentani menghadapi masalah erosi dan sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan. Persoalan ini berpengaruh kepada wajah Danau Sentani sebagai penyedia sumberdaya hayati dan sumberdaya air.

Baca juga: Pelebaran Jalan, Danau Sentani Menyusut, Hutan Sagu pun Terbabat

“Persoalan danau tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kelayakan air danau akan berakibat terhadap komunitas yang mengkonsumsi di air danau tersebut,” jelas Direktur Eksekutif Walhi Papua, Aiesh Rumbekwan kepada Mongabay beberapa waktu lalu.

Reklamasi di seputaran danau pun dapat berpengaruh kepada ketahanan pangan masyarakat. Aiesh merujuk contoh proyek pelebaran ruas jalan Sentani-Waena, yang dilakukan tahun 2012-13 yang menggerus dusun sagu milik masyarakat lokal Sentani. Padahal, sagu merupakan sumber pangan lokal masyarakat. Reklamasi dan pencemaran menjadi agen penyempitan danau dan sedimentasi yang terjadi.

“Pemerintah daerah, Dewan Adat Suku Sentani, bersama masyarakat harus duduk bersama mencari solusi perlindungan sagu dan danau ini. Jika tidak, generasi berikut akan terancam krisis pangan lokal juga mengalami krisis air,” ungkapnya.

 

Danau Sentani, danau terluas di Papua. Memiliki kekayaan ragam hayati dan penting untuk sosial ekonomi masyarakat. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Terancam karena Lokasinya yang Dekat Kota

Dalam buku Ekologi Papua (2012), disebutkan bahwa dari semua habitat perairan tawar di Papua, Danau Sentani yang paling terancam kondisinya, karena lokasinya yang berdekatan dengan pusat perkotaan. Hal ini mengakibatkan jenis-jenis ikannya terancam penangkapan berlebihan dan pencemaran. Danau ini juga mengalami berbagai tekanan, seperti introduksi jenis-jenis ikan asing.

Jenis-jenis ikan seperti ikan mas (Cyprinus carpio), lele (Clarias batrachus), mujair (Oreochromis mossambica), betok (Anabas testudineus) dan kepala ular (Channa striata) dianggap merugikan jenis fauna ikan asli. Padahal di Danau Sentani sendiri bisa ditemui empat ikan endemik, yaitu ikan gabus sentani (Oxyeleotris heterodon), ikan pelangi sentani (Chilatherina sentaniensis), ikan pelangi merah (Glossolepis incisus) serta spesies hiu air tawar, Pristis microdon.

Cynthia Henny, peneliti dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI, menyebut permasalahan utama Danau Sentani karena adanya peningkatan potensi erosi di Daerah Tangkapan Air (DTA) yang menyebabkan sedimentasi dan pendangkalan dasar danau. Juga pencemaran danau akibat kegiatan manusia; seperti buangan limbah, peningkatan kepadatan gulma, hingga hilang/berkurangnya biota endemik.

“Ekosistem danau saat ini pada kondisi status eutrofik ringan. Kondisi ekologi yang tercemar sedang, dan sudah ada indikasi akumulasi logam berat pada ikan danau. Hal ini perlu diwaspadai apabila air dimanfaatkan untuk air minum,” ungkapnya dalam Seminar Hari Air Sedunia di Sentani (12/03).

 

Masyarakat adat yang tinggal di Kabupaten Jayapura. Danau Sentani dan Cycloop menjadi bagian dari identitas kultur masyarakat. Foto: Chris Paino/Mongabay Indonesia

 

Kondisi Danau Sentani yang terus terancam sedimentasi, tak lepas dari tekanan yang terjadi di hulunya, yaitu kawasan Pegunungan Cycloop. Luas kawasan Cagar Alam Cycloop 31.379,89 hektar (SK Menhut Nomor 782/Menhut-II/2012) sangat rentan dengan tekanan perambahan hutan, dan konversi kawasan hutan menjadi area kebun masyarakat yang dilakukan oleh penduduk lokal maupun pendatang. Padahal, terdapat 12 sungai yang berasal dari pegunungan Cycloop yang langsung mengalir ke Danau Sentani.

Tekanan yang terjadi di kawasan Cycloop tak urung turut mempengaruhi ekosistem yang ada di Danau Sentani. Lahan kritis di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani adalah 14.847 hektar atau 19,04 persen dari luas total DAS Sentani 77.967 hektar.

Dalam kondisi DAS seperti ini, maka sedimen yang masuk ke dalam danau semakin besar, air larian permukaan (run off) semakin tinggi, serta banjir akan segera terjadi pada saat curah hujan cukup tinggi. Selain itu pada musim kemarau beberapa sungai yang dulu mengalir sepanjang tahun sekarang menjadi kering.

Contoh kerusakan di kawasan penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop dapat diketahui melalui smart patrol Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Data patroli pada bulan April-Juni 2017, tim patroli MMP Raveni Rara berhasil menemukan lima titik pembalakan untuk pengambilan kayu sowang, kayu merah, dan kayu merbau.

Baca juga: Kayu Sowang Tumbuhan Asli Pegunungan Cyclops yang Kini Terancam Punah

Tim juga menemukan penggunaan kawasan untuk kebun pinang, kebun coklat, dan kebun campuran. Selain itu terdapat 17 titik pemasangan jerat untuk perburan satwa, serta satu titik pengambilan hasil hutan bukan kayu. Cycloop pun masih bermasalah dengan aktivitas penggalian C di beberapa titik kawasan ini.

Jika masalahnya berada di hulu, lalu bagaimana penanganannya?

Timbul Batubara, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, beranggapan cara pelibatan masyarakat adalah proses yang harus ditempuh.

“Kalau represif tidak ada gunanya, pendekatannya adalah kemanusiaan.  BBKSDA Papua mendapat amanat dari Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK untuk menjalankan model konservasi berbasis kearifan masyarakat adat,” lanjutnya.

Dia merujuk pengembangan wisata alam berbasis masyarakat dapat menjadi model untuk diterapkan.

Sebagai ikon budaya masyarakat di sekitar Danau Sentani, katanya, potensi ekosistem dan ekowisata perlu dikelola secara terintegrasi dan komprehensif yang melibatkan semua pemangku kepentingan. “Melibatkan mereka. Ini tantangan kita untuk melakukan koordinasi dengan instansi terkait, baik Pemda, kepala-kepala suku, dan tokoh adat.”

Di sisi lain, Cynthia Henny menyarankan pentingnya pemulihan atau restorasi badan air Danau Sentani lewat pengelolaan ekosistem danau secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap karakteristik dan ekosistem danau, seperti hidrodinamika, biogeokimia, keragaman hayati dan karakter ekologis biota.

 

Kawasan penyangga CA Cycloop yang dijadikan lahan tambang Galian C. Kerusakan dan degradasi Daerah Tangkapan Air (DTA) di wilayah hulu menyebabkan laju sedimentasi di Danau Sentani meningkat. Foto: Angela Flassy/Mongabay Indonesia

 

Untuk menurunkan beban cemaran di area yang tidak ada struktur vegetasinya, khususnya di wilayah sempadan, Henny merujuk pentingnya penerapan teknologi biogeokimia berbasis ekosistem.

“Target capaian pengelolaan, yaitu danau sehat, yang dapat diperkirakan dan terukur. Monitoring dan evaluasi program juga wajib dilaksanakan secara berkelanjutan agar pengelolaan sesuai dengan rencana.”

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, mendukung agar ekosistem Danau Sentani dan CA Cycloop dapat diperhatikan termasuk pelibatan publik lewat beragam aksi nyata. Dia mencontohkan apa yang telah dilakukan oleh Pemkab Jayapura, yang melakukan aksi bersih sampah di Danau Sentani, yang melibatkan partisipasi masyarakat, pelajar, ormas, juga aparat TNI/Polri (02/03).

“Kalau kita bicara Danau Sentani, erat dengan keberadaan Cagar Alam Cycloop. Oleh karena itu, perlu merumuskan komitmen dan kerja bersama bagaimana melestarikan Danau Sentani dan Cycloop secara menyeluruh,” tutur bupati dua periode tersebut .

Jalan masih panjang. Semoga para pihak dapat bekerja bersama, sehingga ikon lansekap penting ini dapat terus terjaga.

 

 

Exit mobile version