Banyak spesies tanaman yang mampu bertahan hidup di lingkungan ketinggian yang ekstrim. Beberapa diantaranya misalnya adalah rerumputan berbatang keras, teki-tekian, herba berbunga, tanaman cushion, lumut, dan lumut kerak. Tanaman-tanaman di ketinggian ini harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan mereka yang keras, suhu yang begitu rendah, kering, radiasi ultraviolet, dan musim tumbuh yang singkat.
Sekelompok ilmuwan mendaki di ketinggian 6000 meter lebih, dan terkejut menemukan kawasan tempat hidup organisme hijau ini. Tim ini kemudian mempelajari tanaman ini selama beberapa waktu.
Tim yang dipimpin oleh Jiri Dolezal, dari Institute of Botany di Czech Academy of Sciences Průhonice, Republik Ceko, mengadakan studi tidak terlalu lama, mengalami rasa mual dan kelelahan luar biasa mempelajari bagaimana tanaman merespon pemanasan di lokasi ketinggian tersebut.
“Kami hanya mampu mempelajarinya beberapa jam saja dalam sehari,” kata Roey Angel, anggota tim dari Universitas Wina di Austria.
Berbeda dengan tanaman yang telah mereka temukan dan pelajari, tumbuhan ini begitu kuat bertahan meski pada suhu dingin yang menusuk. Tanaman ini memiliki cara yang memungkinkan mereka untuk melawan musim dingin yang panjang dan keras serta kekurangan air. Ukurannya tak lebih besar dari koin, mengandung kadar gula antibeku yang tinggi , dan memiliki daun yang tertata seperti roset yang membantu mereka untuk memantulkan udara yang lebih hangat.
Akar mereka juga kecil, tetapi tim menemukan bahwa dari akar 1 milimeter, tumbuhan ini mampu membuat sekitar 20 titik pertumbuhan. Ini menyiratkan bahwa tanaman ini telah ada selama setidaknya dua dekade.
Lumut dan ganggang dikenal tumbuh di ketinggian setinggi ini, tetapi yang ini adalah sesuatu yang berbeda: tanaman vaskular; tanaman bantal, tepatnya. Bahkan ada enam spesies yang berbeda dari mereka, semuanya tumbuh di dataran kecil yang menghadap ke barat daya di Gunung Shukule II, di wilayah Ladakh di India.
Tumbuhan itu adalah Draba alshehbazii, Draba altaica, Ladakiella klimesii, Poa attenuata, Saussurea gnaphalodes dan Waldheimia tridactylites. Komunitas kecil vegetasi ini sekarang menjadi habitat tumbuhan tertinggi yang pernah ditemukan, bertahan hidup di ketinggian di atas 6.120 m.
Para peneliti kemudian mempelajari tanaman ini dan menyatakan bahwa tanaman itu telah berevolusi untuk bertahan hidup dalam kondisi dingin yang ekstrim dan berubah-ubah di ketinggian itu. Meski dengan bantuan adaptasi ini, tanaman ini tidak mungkin bisa bertahan hidup di kawasan jika tak ada gletser mencair dan juga pemanasan global yang berdampak menghangatkan puncak-puncak di pegunungan Himalaya.
Menurut para peneliti, suhu rata-rata di musim tumbuh yang begitu singkat di tempat ini telah meningkat sekitar 6 derajat Celsius dalam satu dekade terakhir. Ketika suhu terus naik, tanaman di tempat itu mempunyai kesempatan untuk tumbuh.
Satu-satunya faktor pembatas yang nyata bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang adalah suhu yang begitu dingin saat musim dingin; tanaman ini membutuhkan setidaknya 40 hari di tanah yang tidak beku setiap tahun untuk tumbuh. “Dengan adanya pemanasan global, saya yakin di masa depan, tanaman-tanaman akan tumbuh di tempat yang lebih tinggi lagi” ujar Dolezal.
Ilmuwan lain menyatakan kesetujuannya. “Saya terkejut ada tanaman yang tumbuh di ketinggiannya tersebut – ini sangat tinggi,” kata Jan Salick, seorang kurator senior di Missouri Botanical Garden di St Louis, Amerika Serikat. Salick juga menyatakan bahwa puncak-puncak gunung beku di dunia nantinya akan ditumbuhi tanaman-tanaman seperti ini, yang akan tumbuh di ketinggian-ketinggian baru, seiring perubahan iklim.
Sumber : newscientist.com dan springernature.com